Anemia adalah salah satu kelainan (disorder) berkaitan dengan darah yang paling banyak terjadi. Di Amerika Serikat sendiri, data dari National Heart, Lung, and Blood Institue mencatat ada 3 juta orang yang mengalami anemia. Anemia berasal dari Yunani ‘an’ yang berarti tanpa, dan ‘haima’ yang berarti darah. Anemia didefinisikan oleh World Health Organisation (WHO) sebagai suatu kondisi ketika jumlah sel darah merah atau kemampuannya untuk mengangkut oksigen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.

 

Yup, berbicara tentang anemia memang erat kaitannya dengan sel darah merah, hemoglobin, dan oksigen. Sel darah merah mengangkut hemoglobin, suatu protein yang mengikat oksigen. Hemoglobin di sel darah merah inilah yang bertugas mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh, sebab oksigen adalah bahan bakar utama agar sel-sel tubuh dapat bekerja.

 

Secara medis, diagnosis anemia diberikan jika kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 13,5 g/dL untuk pria dewasa atau 12 g/dL untuk wanita dewasa. Untuk bayi dan balita sendiri, kadar normal hemoglobin tergantung dari usia. Ada bermacam-macam tipe anemia berdasarkan penyebabnya. Karena penyebabnya berbeda-beda, maka penanganannya pun berbeda pula. Ini dia tipe-tipe anemia yang umum dijumpai, serta cara penanganan yang biasanya dilakukan untuk masing-masing tipe anemia tersebut!

 

Anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia)

Anemia defisiensi besi adalah tipe anemia yang paling sering dijumpai. Sesuai namanya, anemia tipe ini terjadi karena tubuh kekurangan zat besi. Zat besi sendiri dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi hemoglobin. Saat tubuh kekurangan zat besi, maka pembentukan hemoglobin juga akan terganggu.

 

Baca juga: Pentingnya Zat Besi untuk Kehamilan dan Mencegah Anemia

 

Anemia defisiensi besi dapat terjadi karena kita kurang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, ataupun karena tubuh kehilangan zat besi dalam jumlah yang signifikan, misalnya saat terjadi perdarahan, termasuk saat menstruasi.

 

Anemia defisiensi besi dapat diatasi dengan pemberian suplemen mengandung zat besi, baik yang diminum maupun yang diberikan lewat injeksi intravena. Konsumsi makanan dengan kadar zat besi tinggi seperti bayam, kale, daging merah, dan kacang-kacangan juga dapat membantu agar tubuh tidak kekurangan zat besi.

 

Untuk meningkatkan terserapnya zat besi dari makanan ke dalam saluran pencernaan, sebaiknya zat besi dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau minuman yang tinggi vitamin C seperti jus jeruk, stroberi, melon, dan tomat. Anemia defisiensi besi juga sering terjadi pada wanita yang sedang menstruasi, wanita hamil, serta bayi dengan bobot badan lahir rendah dan prematur.

 

Anemia defisiensi vitamin

Beberapa vitamin seperti B12, folat, dan vitamin C dibutuhkan oleh tubuh dalam membentuk sel darah merah. Apabila tubuh kekurangan vitamin-vitamin tersebut, atau jika tubuh tidak dapat menyerap vitamin-vitamin tersebut dengan baik dari makanan yang dikonsumsi, dapat terjadi suatu kondisi anemia defisiensi vitamin, yang biasa disebut juga anemia megaloblastik.

 

Folat banyak terdapat dalam sayuran hijau dan buah-buahan. Selain disebabkan asupan yang kurang, anemia defisiensi folat juga dapat terjadi karena tubuh tidak dapat menyerap folat dengan baik. Hal ini biasanya terjadi jika ada gangguan di usus, pada pasien yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar, serta pada pasien-pasien yang rutin mengonsumsi obat-obatan anti kejang, misalnya untuk kondisi epilepsi.

 

Baca juga: Penderita Diabetes yang Mengonsumsi Metformin Rentan Kekurangan Vitamin B12

 

Sedangkan vitamin B-12 banyak ditemukan dalam daging, telur, dan susu. Selain karena kurangnya asupan vitamin B-12, anemia defisiensi B-12 juga dapat disebabkan karena tubuh kekurangan suatu zat yang disebut faktor intrinsik, misalnya pada kondisi penyakit autoimun. Anemia yang disebabkan karena kekurangan faktor intrinsik ini disebut anemia perniciosa.

 

Cara mengatasi anemia defisiensi vitamin tentunya dengan meningkatkan asupan terhadap folat dan B-12, serta meminimalkan resiko nutrisi tersebut tidak terserap sempurna dari saluran pencernaan.

 

Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah salah satu jenis anemia yang jarang terjadi. Anemia jenis ini terjadi karena sumsum tulang belakang berhenti memproduksi sel darah dalam jumlah yang cukup, baik itu sel darah merah, sel darah putih, maupun trombosit.

 

Kondisi ini disebabkan salah satunya karena sel imun tubuh menjadi abnormal dan malah menyerang sumsum tulang belakang. Kondisi lain yang juga dapat menyebabkan anemia aplastik antara lain adanya infeksi virus, paparan radiasi, serta paparan kepada obat-obatan atau zat yang bersifat toksik, misalnya kemoterapi.

 

Penanganan anemia aplastik dilakukan tergantung dari penyebabnya. Apabila penyebabnya adalah sistem imun yang abnormal, dapat diberikan obat yang bersifat menekan sistem imun agar tidak menyerang sumsum tulang belakang yang menghasilkan sel-sel darah. Jika penyebabnya adalah toksin, tentunya dilakukan eliminasi sumber toksin tersebut, misalnya penghentian obat yang menyebabkan toksisitas sumsum tulang belakang.

 

Baca juga: Mengenal Beragam Vitamin B dan Kegunaannya

 

Anemia hemolitik

Jenis anemia berikutnya adalah anemia hemolitik. Anemia tipe ini terjadi saat sel darah merah mengalami pecah (lisis), karena adanya sumbatan, infeksi, penyakit autoimun, ataupun kelainan bawaan (kongenital). Penanganan anemia jenis ini tentunya berbeda-beda tergantung dari penyebab terjadinya lisis.

 

Sickle-cell anemia

Anemia sickle-cell adalah suatu kondisi anemia yang sifatnya inherited (turunan), dimana bentuk sel darah merah abnormal seperti bulan sabit, oleh sebab itu disebut sickle cell. Penanganan yang dilakukan antara lain dengan transplantasi sumsum tulang belakang, serta transfusi darah.

 

Anemia yang disebabkan karena penyakit lain

Anemia juga dapat disebabkan sebagai akibat dari penyakit lain yang sudah lebih dahulu ada. Contohnya pada pasien yang mengalami gagal ginjal. Ginjal berperan penting dalam menghasilkan hormon eritropoietin yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Saat terjadi gagal ginjal maka sel darah merah yang diproduksi juga berkurang dan dapat menyebabkan anemia. Pada kasus ini, penangannya adalah memberikan hormon eritropoietin dari luar, biasanya berupa suntikan di bawah kulit (subkutan).

 

Gengs, itu dia tipe-tipe anemia yang biasa ditemui, serta penanganan untuk masing-masing tipe anemia tersebut. Ternyata anemia bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, oleh karena itu penanganannya akan berbeda-beda sesuai penyebab terjadinya anemia itu sendiri.

 

Meskipun beberapa jenis anemia sifatnya memang turunan, namun anemia jenis lain dapat dicegah dengan konsumsi makanan yang tinggi zat besi, asam folat, dan vitamin B-12! Jadi, jangan lupa selipkan mineral dan vitamin tersebut dalam menumu sehari-hari ya, Gengs! Salam sehat!

 

Baca juga: Mengenal 6 Manfaat Zaitun, Salah Satunya untuk Mengobati Anemia

 

Waspada Anemia pada ibu Hamil - GueSehat.com