Mums, kita tahu bahwa ndonesia masih menghadapi permasalahan stunting, di mana menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSI) tahun 2021, 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting.  Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya angka stunting di Indonesia, di antaranya masih buruknya status gizi anak Indonesia,

 

Masalah gizi yang umum dijumpai adalah anemia terutama yang disebabkan kekurangan zat besi.  Anemia masih dialami sekitar 1 dari 3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia. Salah satu pemicu anemia adalah konsumsi protein hewani yang rendah misalnya daging, telur, susu maupun produk turunannya.

 

Sebanyak 47.5% anak usia di bawah 2 tahun belum konsumsi makanan gizi seimbang terutama protein. Padahal, kekurangan Zat Besi dan protein hewani dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk perkembangan dan pertumbuhan yang tidak optimal, dan peningkatan risiko infeksi pada anak yang bisa berujung pada kondisi stunting.

 

Baca juga: Jangan Sampai Anemia, Berikut 7 Jenis Makanan Kaya Zat Besi untuk Anak!

 

Akibat Kekurangan Mikronutrien

Data Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan, sebanyak 2 miliar orang atau sekitar satu dari tiga orang mengalami defisiensi mikronutrien. Bahkan, kondisi ini sering memengaruhi anak-anak, terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak atau hingga usia 2 tahun. Dimana menyebabkan kematian lebih dari 1 juta anak usia dibawah 5 tahun setiap tahunnya akibat kekurangan mikronutrien.

 

 Mikronutrien terdiri dari berbagai vitamin dan mineral, seperti zat besi, kalsium atau vitamin A, B, C, atau D. Semuanya penting dan dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang anak.

 

“Berbagai vitamin dan mineral ini memungkinkan tubuh untuk memproduksi enzim, hormon, dan zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, bila kebutuhan mikronutrien ini tidak terpenuhi, anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit serta memiliki perkembangan fisik dan kemampuan kognitif yang buruk,” jelas Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A(K) dalam webinar peringatan Hari Gizi Nasional 2023, yang diadakan Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia.

 

Beberapa masalah kesehatan yang terkait defisiensi mikronutrien antara lain anemia. Defisiensi mikronutrien atau disebut juga dengan hidden hunger merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi atau malnutrisi pada anak. Kondisi ini terjadi ketika anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral esensial yang sesuai dengan kebutuhannya.

 

Banyak cara agar bisa memenuhi kebutuhan asupan mikronutrien pada anak, misalnya untuk memenuhi kebutuhan zat besi bisa dengan memberikan asupan protein hewani. “Dengan mengonsumsi protein hewani maka sekaligus bisa memenuhi kebutuhan zat besi anak sehingga bisa mencegah anemia bahkan stunting. Adapun sumber makanan yang mengandung protein hewani dan Zat Besi dapat diperoleh dengan mudah misalnya pada daging merah, ayam, hati, ikan, dan telur.

 

Baca juga: Mau Anak Pintar, Jangan Sampai Kekurangan Zat Besi Sejak Dini!

  

Bagaimana Mengoptimalkan Penyerapan Zat Besi?

 

Untuk membantu penyerapan yang maksimal dibutuhkan kombinasi yang tepat antara protein hewani, zat Besi dan vitamin C dalam menu makanan anak sehari-hari agar penyerapan nutrisi di dalam tubuh, terutama zat besi bisa meningkat hingga dua kali lipat.

 

Agar lebih praktis, Mums bisa memberikan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi zat besi dan vitamin C. “Dengan penyerapan nutrisi yang maksimal, bisa membantu anak meningkatkan pertumbuhan otak dan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan sensorik, serta daya tahan tubuh,” ujar dr. Cut.

 

Baca juga: Kekurangan Zat Besi Menciptakan Generasi Bermutu Rendah