Kesehatan anak tentu adalah prioritas utama bagi para orang tua. Demikian pula saya. Untuk mencapai hal itu, salah satu cara yang saya jalani adalah rajin melakukan kontrol ke dokter spesialis anak yang menjadi langganan saya. Selain untuk pemberian vaksin, juga untuk memantau tumbuh-kembang anak saya.

 

Saat anak saya berusia 6 bulan, dokter spesialis anak menyarankan ia diberikan suplementasi zat besi. Saya jadi ingat bahwa beberapa saat sebelumnya, saya dan teman-teman sesama ibu-ibu membicarakan tentang hal ini di grup media sosial kami. Sebagai apoteker, saya pun sering melayani resep berisi suplemen zat besi untuk anak dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberiannya.

 

Pemberian suplemen zat besi memang disarankan, baik oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan World Health Organisation (WHO). Mengapa demikian? Apa pentingnya suplemen zat besi bagi balita? Dan hal-hal apa sajakah yang sebaiknya Mums perhatikan saat memberikan suplemen zat besi kepada buah hati tersayang? Yuk, kita simak!

 

Anak usia balita rentan mengalami defisiensi besi

Seperti dilansir oleh petunjuk pemberian zat besi kepada anak yang dikeluarkan oleh IDAI, disebutkan bahwa anak-anak rentan mengalami defisiensi besi, terutama pada usia 0 hingga 5 tahun alias usia balita. Dari kelompok usia tersebut, anak 0-2 tahun adalah usia yang paling rentan mengalami defisiensi zat besi. Defisiensi zat besi dapat menyebabkan gangguan mekanisme pertahanan tumbuh dan gangguan perkembangan otak, demikian yang dikemukakan oleh IDAI.

 

Anemia adalah salah satu bentuk manifestasi klinis dari kekurangan atau defisiensi zat besi. Hal ini karena zat besi berperan dalam membentuk molekul eritrosit alias sel darah merah. Data dari IDAI menyebutkan bahwa angka kejadian anemia karena kekurangan zat besi pada anak usia 0-5 tahun adalah 40-45 persen.

Baca juga: Waspada Anemia pada Ibu Hamil!

 

Bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gr) memiliki kecenderungan 10 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami anemia defisiensi zat besi ini, demikian yang diungkapkan oleh WHO.

 

Rekomendasi pemberian suplemen zat besi untuk balita

Berdasarkan data-data di atas, maka Ikatan Dokter Anak Indonesia mengeluarkan rekomendasi untuk pemberian suplemen zat besi kepada anak-anak, terutama untuk balita. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya defisiensi zat besi dan manifestasinya, seperti yang sudah dipaparkan di atas.

 

Dosis pemberian suplemen zat besi yang dianjurkan tergantung pada kelompok usia dan status kelahiran. Untuk bayi lahir prematur atau dengan bobot badan lahir rendah (BBLR), maka dosis pemberian zat besi yang dianjurkan adalah 3 mg per kilogram bobot badan per hari, dimulai dari usia bayi 1 bulan dan diteruskan hingga usia 2 tahun.

Baca juga: 5 Cara Menaikkan Berat Badan Bayi

 

Sedangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan, maka dosis pemberian zat besi yang disarankan adalah 2 mg per kilogram bobot badan per hari, dimulai dari usia bayi 4 bulan dan diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun. Dosis maksimal untuk kedua kelompok ini yaitu 15 mg zat besi per hari. Sedangkan untuk balita berusia 2-5 tahun, dosis pemberian zat besi yang dianjurkan adalah 1 mg per kilogram bobot badan per hari, 2 kali seminggu, selama 3 bulan berturut-turut setiap tahunnya.

 

Cara pemberian suplemen zat besi

Suplemen zat besi untuk anak biasanya tersedia dalam bentuk oral drops untuk bayi usia hingga 1 tahun, dan sirup untuk anak yang lebih dewasa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian suplemen ini kepada anak. Yang pertama adalah cara pemberian. Suplementasi zat besi paling baik diberikan bersamaan dengan jus buah, terutama buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C.

 

Hal ini karena jus buah dan kandungan vitamin C di dalamnya akan meningkatkan absorbsi atau penyerapan suplemen zat besi yang Mums berikan, dari saluran pencernaan menuju ke peredaran darah. Sebuah studi menunjukkan peningkatan penyerapan ini sampai mencapai 13,7 persen. Hal ini tentunya baik sekali, karena zat besi harus diserap terlebih dahulu ke peredaran darah agar dapat memberikan efek terapi.

Baca juga: Pro dan Kontra Suplemen Zat Besi untuk Bayi ASI

 

Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi dari saluran cerna, diduga karena 2 mekanisme. Yang pertama adalah karena interaksi antara vitamin C dan zat besi akan mencegah pembentukan komponen zat besi yang tidak terlarut. Yang kedua, adanya reduksi bentuk ferri (Fe (III)) dalam suplemen zat besi menjadi bentuk ferro (Fe (II)) yang dapat terserap lebih baik di sel mukosa saluran cerna.

 

Mums sebaiknya menghindari pemberian suplemen zat besi bersamaan dengan susu, produk-produk olahan susu, seperti keju dan yoghurt, serta makanan lain yang banyak mengandung kalsium. Hal ini dikarenakan makanan dan minuman tersebut dapat menurunkan penyerapan zat besi dari saluran cerna.

 

Untuk timing alias waktu pemberian, yang disarankan adalah memberikan suplemen zat besi saat perut kosong, alias di antara jam makan bayi atau anak. Kembali lagi, hal ini berhubungan dengan penyerapan zat besi dari saluran cerna.

 

Nah Mums, itulah hal-hal yang sebaiknya diketahui mengenai pemberian suplemen zat besi kepada bayi dan balita. Biasanya dokter spesialis anak yang akan menentukan kapan dan dosis pemberian suplemen zat besi untuk buah hati Mums. Jangan lupa juga untuk memenuhi kebutuhan zat besi si Kecil lewat pemberian makanan yang mengandung zat besi tinggi. Misalnya sereal yang difortifikasi zat besi dan daging merah. Salam sehat!