Seberapa kenal Geng Sehat dengan albumin? Albumin adalah sejenis protein yang diproduksi di hati dan salah satu zat yang paling banyak dalam darah manusia, yang kemudian sebagian besar dilepaskan ke sirkulasi darah. Albumin mempunyai fungsi vital dalam tubuh manusia. Jika jumlahnya kurang, tubuh akan menunjukkan gejala tertentu.

 

Kadar albumin normal di tubuh manusia adalah 3,5-5 g/dL, yang disusun dari sekitar 50% total kandungan protein. Pada orang dewasa, organ hati menghasilkan sekitar 12 gram albumin per hari. Berikut fungsi vital albumin bagi tubuh manusia:

 

1.   Menjaga tekanan osmotik darah

Selain mengatur tekanan dalam pembuluh darah, albumin juga berguna agar cairan yang terdapat dalam pembuluh darah tidak bocor ke jaringan tubuh sekitarnya. Jika kadar albumin dalam darah rendah, cairan dapat bocor ke dalam rongga tubuh atau organ tertentu, sehingga mengakibatkan penumpukan cairan atau pembengkakan.

 

2.   Antioksidan dalam darah

Ternyata albumin berfungsi sebagai antioksidan loh, Gengs. Albumin dapat mengikat logam dan radikal bebas.

 

Baca juga: Anak Mudah Lelah dan Sering Sesak Napas? Waspada Hipertensi Paru

 

3.    Efek Antikoagulan

Albumin mempunyai efek terhadap pembekuan darah dan bekerja seperti heparin.

 

4.    Mengangkut obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat-obatan tersebut

Fungsi lain albumin adalah mengangkut obat-obatan, seperti antibiotika, warfarin, digoksin, obat antiinflamasi, furosemid, dan lain-lain, ke seluruh tubuh sekaligus membantu metabolismenya.

 

5.   Mengangkut nutrisi, hormon dan zat lainnya

Selain obat-obatan, albumin juga berperan mengangkut mineral seperti kalsium, vitamin, asam lemak, hormon, juga bilirubin ke seluruh tubuh.

 

6.     Memperbaiki sel dan jaringan yang rusak

Jika terjadi kerusakan sel, albumin memberi sinyal kepada sistem imun tubuh. Itulah mengapa albumin berhubungan erat dengan pembentukan sel darah putih (leukosit). Sel darah putih diketahui berperan dalam menghasilkan antibodi saat kuman masuk ke dalam tubuh. Jika kadar albumin rendah, maka proses pemulihan jaringan tubuh yang rusak menjadi terhambat, sehingga tubuh lambat untuk sembuh.  

 

Baca juga: Batuk Berdarah Bikin Panik, Kenali Dulu 6 Penyebabnya

 

Albumin Rendah Dalam Tubuh Sebabkan Hipoalbuminemia

Kadar albumin di bawah nilai normal disebut dengan hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia umumnya dialami oleh orang-orang yang sudah lanjut usia (lansia), kurangnya konsumsi makanan yang berprotein tinggi, malnutrisi, adanya infeksi, peradangan, masalah pada organ hati, kerusakan jaringan, adanya gangguan penyerapan protein dalam tubuh (malabsorbsi), kebocoran protein melalui ginjal, atau adanya luka akibat pembedahan/trauma.

 

Beberapa penyakit, seperti penyakit usus, kanker, diabetes melitus dengan gangren, TBC paru, sepsis, dan sindroma nefrotik (di ginjal), juga dapat menjadi faktor penyebab hipoalbuminemia.

 

Pada kasus ringan, gejala hipoalbuminemia bisa tidak terdeteksi. Diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar albumin dalam darah. Pada kondisi berat, gejala hipoalbuminemia dapat dideteksi dengan pembengkakan di area mata dan tungkai. Bisa pula disertai dengan gejala kulit kering, rambut rontok, mudah lelah, mual, muntah, diare, sesak napas, dan mata kuning.

 

Hipoalbuminemia juga dapat menimbulkan komplikasi di beberapa organ, di antaranya penumpukan cairan di paru (efusi pleura), penumpukan cairan di perut (ascites), infeksi paru (pneumonia), dan massa otot mengecil (atrofi otot).

 

Bagaimana, Geng Sehat? Ternyata albumin berperan vital terhadap fungsi dalam tubuh kita. Geng Sehat dapat mencegah terjadinya hipoalbuminemia dengan cara mencukupi asupan protein dalam pola diet sehari-hari. Makanan yang kaya akan kandungan albumin yaitu putih telur, ikan gabus, susu dan produk olahannya, daging merah, daging ayam, serta kacang-kacangan (kenari, almond, kedelai). Jika hipoalbunemia terjadi karena kondisi atau penyakit tertentu, sebaiknya konsultasi ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. (AS)

 

Baca juga: Jenis-jenis Tes untuk Mendeteksi Diabetes, Termasuk untuk Ibu Hamil

 

Referensi

1. Paolo C, et al. 2013. Clinical Use of Albumin. Blood Tranfus. Vol.11(Suppl 4).p.18–s25.

2. Peter B.S, et al. 2019.Hypoalbuminemia: Pathogenesis and Clinical Significance Journal of Parenteral and Enteral Nutrition. Vol 43 (2). p.181-193.

3. Nicholson, et al. 2000. The Role of Albumin in Critical Illness. Br J Anaesth. Vol. 85: p.599-610