Mengalami batuk berdarah sering kali memicu kekhawatiran. Namun, yang terbaik adalah tetap tenang dan segera mencari pertolongan medis. Nantinya, dokter atau petugas medis lainnya akan mencari tahu penyebab batuk berdarah dan memberikan pengobatan berdasarkan penyebabnya.

 

Batuk darah secara medis disebut sebagai hemoptisis, yang didefinisikan sebagai keluarnya darah dari paru-paru atau saluran bronkial. Hemoptisis diklasifikasikan nonmasif atau masif berdasarkan volume darah yang keluar.

 

 

Ada berbagai kondisi yang dapat memicu batuk berdarah atau hemoptisis. Di sini, kita akan membahas beberapa penyebab yang paling umum. Inilah informasinya yang telah dirangkum dari laman American Academy of Family Physicians dan Antimicrobe.

 

1. Tuberkulosis

Sekitar 10% dari kasus hemoptisis disebabkan oleh tuberkulosis aktif. Selain batuk berdarah, tuberkulosis kerap disertai dengan gejala keringat malam, demam, dan penurunan berat badan.

 

Hemoptisis juga bisa terjadi sebagai komplikasi lanjutan dari infeksi tuberkulosis sebelumnya. Pada kebanyakan kasus, episode hemoptisis yang terjadi karena tuberkulosis dapat dikendalikan dengan pengobatan anti-tuberkulosis.

 

2. Kanker

Kanker paru-paru primer juga merupakan penyebab hemoptisis yang cukup umum. Karsinoma bronkogenik ialah jenis kanker paru-paru yang paling umum menyebabkan batuk berdarah.

 

Kanker payudara, ginjal, dan usus besar juga memiliki kecenderungan untuk menyebar ke paru-paru, tetapi ini tidak selalu menyebabkan batuk berdarah. Sementara, lesi obstruktif dapat menyebabkan infeksi sekunder, yang mengakibatkan hemoptisis.

 

3. Emboli paru

Batuk berdarah adalah gejala umum penyakit emboli paru. Pada emboli paru stadium lanjut, episode hemoptisis masif dapat terjadi dan difasilitasi oleh antikoagulan, obat yang biasa diberikan kepada pasien emboli paru. Pada kasus ini, pemberian obat-obatan antikoagulan mungkin perlu segera dihentikan dan embolisasi arteri bronkial harus dipertimbangkan.

 

4. Misetoma

Misetoma didefinisikan sebagai kumpulan miselia jamur, sel inflamasi, fibrin, mukus, dan puing-puing jaringan yang biasanya berkembang di rongga paru yang telah terbentuk sebelumnya. Aspergillus sp merupakan pemicu misetoma yang paling umum, tetapi bukan tidak mungkin misetoma disebabkan oleh jamur lain.

 

Diagnosis misetoma biasanya didasarkan pada kombinasi temuan klinis dan gambaran radiografi dada, yang terkait dengan bukti serologis Aspergillus sp. Gambaran radiologis dapat menunjukkan massa bulat padat yang kadang-kadang bergerak di dalam rongga. Diagnosis juga kerap dikonfirmasi dengan pemeriksaan dahak yang menunjukkan adanya Aspergillus sp.

 

5. Cystic fibrosis

Episode hemoptisis ringan hingga sedang dapat terjadi pada 60% pasien cystic fibrosis berusia di atas 18 tahun. Hemoptisis masif dianggap sebagai komplikasi akhir cystic fibrosis dan terjadi dengan prevalensi rata-rata 5%. 

 

Cystic fibrosis dapat menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya infeksi bakteri kronis. Kondisi ini biasanya diobati dengan antibiotik, terutama pada pasien dengan hemoptisis masif.

 

Sementara itu, penggunaan embolisasi arteri bronkial lebih direkomendasikan kepada pasien cystic fibrosis dengan hemoptisis nonmasif karena dapat mengurangi jumlah eksaserbasi, yang dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih baik.

 

6. Bronkiektasis

Hemoptisis ringan sampai berat sering kali disebabkan oleh bronkiektasis. Gejala bronkiektasis yang cukup umum adalah batuk kronis dan dahak. Diagnosis bronkiektasis paling sering dilakukan dengan CT scan resolusi tinggi. Selain itu, CT scan dapat menentukan lokasi dan luasnya penyakit.

 

Bronkiektasis dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti diskinesia silia primer, fibrosis kistik, defisiensi imun, kondisi pasca infeksi, penyakit sistemik, dan penyakit usus. Faktor pemicu hemoptisis bisa dikaitkan dengan infeksi dan peradangan.

 

Peradangan kronis menghasilkan perkembangan abnormal arteri bronkial dan non-bronkial yang menjadi hipertrofik dengan pembentukan pembuluh baru. Pecahnya pembuluh darah akibat tekanan sistemik yang tinggi dapat menyebabkan hemoptisis masif.

 

Karena batuk berdarah memiliki penyebab yang luas, pendekatan menyeluruh perlu dilakukan. Diagnosis dini adalah cara terbaik untuk mengatasi hemoptisis dan mencegah hemoptisis masif. Jadi, jika mendapati adanya darah saat batuk, meskipun hanya sedikit, segera kunjungi penyedia layanan kesehatan untuk segera mendapatkan diagnosis dan pengobatan.

  

Referensi

http://www.antimicrobe.org/e52.asp 

American Family Physician: Hemoptysis: Diagnosis and Management