Ahli kesehatan dunia sudah bertahun-tahun memperdebatkan apakah daging merah berbahaya untuk kesehatan? Perdebatan tentang manfaat dan risiko mengonsumsi daging merah dilakukan untuk mencari tahu apakah baik atau tidak baik untuk kesehatan. Sejauh ini, hasil penelitian beragam. 

 

Ilmuwan mengatakan bahwa daging merah mengandung nutrisi penting, termasuk protein, vitamin B-13, dan zat besi. Namun, buktinya menunjukkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak daging merah bisa meningkatkan risiko kanker, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya.

 

Supaya Geng Sehat lebih memahami tentang apakah daging merah berbahaya untuk kesehatan, berikut penjelasan lengkapnya.

 

Baca juga: Jangan Konsumsi Makanan Mentah Jika Tidak Ingin Terkena Penyakit Ini

 

Apakah Daging Merah Berbahaya untuk Kesehatan?

Ahli kesehatan dan nutrisi biasanya mengkategorikan daging merah sebagai daging otot dari sapi, babi, kambing, domba, atau mamalia darat lainnya. Dalam satu sisi, daging merah adalah sumber yang baik dari sejumlah nutrisi, khususnya vitamin B-12 dan zat besi.

 

Tubuh manusia membutuhkan nutrisi-nutrisi tersebut untuk memproduksi sel darah merah. Daging merah juga tinggi protein, yang merupakan nutrisi penting untuk pertumbuhan otot, tulang, jaringan, dan enzim.

 

Namun, beberapa penelitian menemukan bahwa konsumsi daging merah bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, beberapa jenis kanker, masalah ginjal, masalah pencernaan, dan lainnya.

 

Lebih rumitnya lagi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis daging merah yang dikonsumsi seseorang juga memengaruhi risikonya. Konsumsi daging merah asli (bukan olahan) yang kandungan lemaknya sedikit (lean cut), seperti steak sirloin atau prok tenderloin cenderung lebih sehat ketimbang jenis daging merah lainnya.

 

Pasalnya, daging-daging tersebut tidak melalui proses pengolahan dan tidak mengandung garam, lemak, dan bahan pengawet berlebihan. Daging merah olahan, termasuk sosis, daging patty, dan lainnya, memberikan risiko masalah kesehatan yang paling tinggi.

 

Apakah Daging Merah Bernutrisi?

Daging merah mengandung nutrisi-nutrisi yang baik untuk kesehatan, termasuk zat besi, vitamin B-12, dan zinc. Makanan hewani, seperti daging dan produk susu adalah sumber makanan vitamin B-12 utama. Karena itu, orang yang menjalani gaya hidup vegetarian kemungkinan besar harus mengonsumsi suplemen B-12 untuk mencegah kekurangan vitamin ini.

 

Satu porsi daging sapi cincang yang masih mentah (100 gram) mengandung:

  • 247 kalori
  • 19.07 gram lemak
  • 17.44 gram protein
  • 1.97 miligram zat besi
  • 274 miligram potasium
  • 4.23 miligram zinc
  • 2.15 mikrogram vitamin B-12

 

Lalu, apakah daging merah bahaya untuk kesehatan? Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi nilai nutrisi dari satu iris daging merah. Misalnya, potongan bagian tubuh yang berbeda-beda dari hewan memiliki kandungan kalori dan lemak yang berbeda-beda juga.

 

Selain itu, cara peternak mengurus hewan ternakannya, makanan yang dikonsumsi hewan tersebut, dan bahkan usia serta gender dari hewan tersebut juga memengaruhi nilai nutrisi dagingnya.

 

National Institutes of Health memberikan infomasi tentang jenis daging merah yang merupakan sumber zat besi heme yang baik. Zat besi heme hanya bisa ditemukan di daging, daging unggas, dan hewan laut.

 

Sementara itu, zat besi non-heme hanya terkandung di tumbuhan dan makanan yang sengaja diperkaya dengan zat besi. Menurut NIH zat besi heme lebih mudah digunakan oleh tubuh. 

 

Baca juga: Benarkah Daging Olahan Menyebabkan Kanker Payudara?

 

Hubungan dengan Penyakit Jantung dan Lemak Jenuh

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi daging merah secara rutin bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Selama ini, ahli percaya bahwa hubungan antara konsumsi daging merah dan penyakit jantung adalah karena kandungan lemak jenuh di dalamnya.

 

Menurut American Heart Association (AHA), daging merah umumnya mengandung lemak jenuh yang lebih banyak ketimbang makanan sumber protein lainnya, seperti ayam atau ikan.

 

AHA mengatakan bahwa mengonsumsi terlalu banyak lemak jenuh dan lemak trans bisa meningkatkan kadar kolesterol dan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Jadi, direkomendasikan agar semua orang membatasi konsumsi daging merah dan menyarankan agar memilih konsumsi daging merah yang kandungan lemaknya rendah.

 

AHA juga menjelaskan bahwa tumbuhan golongan kacang -kacangan adalah sumber protein alternatif yang lebih sehat untuk jantung, seperti:

  • Kacang pinto
  • Kacang merah
  • Buncis
  • Kacang kedelai
  • Lentil

 

Analisis meta di jurnal Circulation terhadap 36 penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa mengganti konsumsi daging merah dengan sumber protein nabati berkualitas tinggi, namun rendah karbohidrat, meningkatkan kontrol konsentrasi lemak di dalam darah.

 

Analisi ini juga menemukan bahwa tidak ada peningkatan signifikan terhadap total kolesterol, kolesterol dengan kepadatan lipoprotein rendah, kolesterol dengan kepadatan lipoprotein tinggi, atau tekanan darah antara orang yang mengonsumsi daging merah dan yang mengonsumsi protein hewani. 

 

Penelitian lain juga mencoba mencari tahu tentang hubungan lemak jenuh dengan penyakit jantung. Menurut beberapa ahli, banyak peneliti yang melebih-lebihkan dampak lemak jenuh terhadap perkembangan penyakit jantung.

 

Selain itu, beberapa ahli jantung juga mengatakan bahwa konsumsi lemak jenuh tidak menyumbat arteri atau meningkatkan risiko penyakit jantung. Artikel lain mengatakan bahwa beberapa hasil analisis dan review tidak mendukung asumsi bahwa mengonsumsi lemak jenuh bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

 

Maka itu, hasil penelitian terkait hubungan konsumsi lemak jenuh di daging merah dengan peningkatan risiko penyakit jantung masih sangat beragam dan masih menjadi perdebatan.

 

Hubungan Penyakit Jantung dengan Trimetilamin N-oksida

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selain kandungan lemak jenuhnya yang masih diperdebatkan, daging merah juga memiliki kandungan lain yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung.

 

Penelitian terbaru menemukan bahwa orang yang mengonsumsi daging merah secara rutin memiliki kadar metabolit trimetilamin N-oksida (TMAO) yang lebih tinggi. Bakteri di dalam usus memproduksi TMAO saat mencerna makanan. TMAO merupakan zat racun yang menurut ahli bisa meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung.

 

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi daging merah memiliki kadar TMAO yang lebih tinggi tiga kali lipat ketimbang orang yang mengonsumsi daging unggas atau makanan sumber protein nabati. Namun, kadar TMAO orang-orang tersebut kembali normal sekitat 4 minggu setelah berhenti makan daging merah.

 

Baca juga: Bebek atau Ayam?

 

Kaitan Daging Merah dengan Kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makan daging merah secara rutin bisa meningkatkan risiko terkena kanker atau kematian. Namun, hasil dari penelitian-penelitian tersebut beragam.

 

Satu review pada 2015 menunjukkan bahwa daging merah kemungkinan besar bersifat karsinogenik untuk manusia, begitu pula daging olahan. Pernyataan tersebut sesuai dengan keterangan dan klasifikasi WHO.

 

Secara lebih spesifik, review yang dilakukan berdasarkan dari beberapa penelitian besar tersebut menunjukkan bahwa orang yang lebih banyak mengonsumsi daging merah memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker usus besar. Risikonya lebih tinggi jika mengonsumsi daging merah beserta daging olahan.

 

Review tersebut juga menemukan peningkatan risiko kanker pankreas dan kanker prostat pada mereka yang lebih banyak mengonsumsi daging merah. Selain itu, mereka yang lebih banyak mengonsumsi daging olahan juga mengalami peningkatan risiko kanker lambung.

 

Ahli yang melakukan review tersebut menjelaskan bahwa metode pengolahan daging, seperti curing (proses pengawetan secara kimia) dan smoking (pengasapan), bisa memproduksi zat kimia yang menyebabkan kanker. Inilah mengapa ahli mengatakan bahwa daging olahan jauh lebih berisiko ketimbang daging yang tidak diolah.

 

Penelitian lain juga menunjukkan hubungan antara daging merah dan kanker. Contohnya: satu penelitian terhadap 42000 wanita selama 7 tahun menemukan bahwa konsumsi daging merah yang lebih tinggi bisa meningkatkan risiko kanker payudara invasif. Sementara itu, wanita yang lebih memilih mengonsumsi daging unggas memiliki risiko yang lebih rendah.

 

Penelitian lain yang melibatkan 53000 wanita dan 27000 pria menemukan bahwa orang yang mengonsumsi daging merah, khususnya daging olahan, memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam jangka waktu 8 tahun tersebut. Di awal penelitian, semua partisipan yang terlibat tidak memiliki penyakit jantung ataupun kanker. 

 

Penelitian lain yang berskala besar, yaitu melibatkan 120.000 pria dan wanita selama 10 tahun, menemukan bahwa hanya daging merah olahan, bukan daging merah yang alami atau tidak diolah, yang bisa meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kronis.

 

Cara Memasak Daging Merah Memengaruhi Peningkatan Risiko Kanker

Memasak daging pada suhu tinggi, misalnya dengan cara menggoreng atau memanggangnya di api terbuka, membentuk zat kimia baru di dalam daging tersebut. Zat-zat kimia yang disebut amina heterosiklik dan hidrokarbon aromatik polisiklik, bisa menyebabkan perubahan di dalam DNA dan meningkatkan risiko kanker.

 

Paparan terhadap zat kimia tersebut bisa menyebabkan kanker pada hewan, namun ahli belum tahu pasti jika dampak yang sama juga terjadi pada manusia atau tidak. National Cancer Institute mengatakan bahwa orang bisa menurunkan paparan mereka terhadap zat kimia berbahaya dengan cara:

  • Tidak memasak dagingnya di atas api terbuka atau menggunakan alas besi yang permukaannya sangat panas
  • Memanaskan daging di microwave untuk mengurangi waktu masaknya nanti
  • Terlalu sering membolak-balikkan daging saat dimasak
  • Tidak makan bagian daging yang hangus
  • Mengonsumsi daging dengan sayuran yang kaya antioksidan, seperti sayuran berdaun hijau

 

Baca juga: Daging Perlu Dicuci atau Tidak Sebelum Dimasak?

 

Jadi, apakah daging merah bahaya untuk kesehatan atau menyebabkan penyakit kronis? Sulit untuk menentukannya. Pasalnya, ada banyak faktor lain yang memiliki peran dalam perkembangan penyakit, seperti genetik, lingkungan, riwata kesehatan, kadar stres, kualitas tidur, gaya hidup, dan lainnya.

 

Namun Kamu tetap harus tahu, bahwa bukti dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daging merah berlebihan , khususnya yang diolah secara kimia, bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan kronis. (UH)

 

Sumber:

MedicalNewsToday. Is red meat bad for your health?. Agustus 2019.
The American Institute for Cancer Research. Foods that Fight Cancer.