Mums dan Dads pasti menginginkan punya anak sehat, cerdas, dan proporsi tubuhnya ideal. Di negara kita, masih banyak dijumpai anak-anak berperawakan pendek. Perawakan pendek bisa disebabkan karena faktor genetik, atau akibat kurang gizi kronis yang dikenal dengan stunting.

 

Di Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat ketiga dalam hal jumlah kejadian stunting, angkanya sekitar 30-40%. Bahkan 11% di antaranya masuk kategori anak yang sangat pendek.

 

Dokter Anak Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak, Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), dalam Media Scientific Session yang diselenggarakan oleh PT Frisian Flag Indonesia secara daring pada Kamis (15/4) mengatakan, anak pendek tidak serta merta dikatakan stunting.

 

“Seorang anak dikatakan stunting jika pengukuran tinggi badannya minus 2 di bawah standar deviasi, yang disebabkan asupan nutrusi tidak optimal atau kebutuhan nutrisi meningkat karena penyakit seperti diare, dan infeksi berulang lainnya,” jelas Prof. Damayanti.

 

Mums, stunting ini harus dicegah karena selain membuat anak berperawakan pendek, kecerdasannya pun akan sangat berkurang. Hal ini membuat masa depannya suram. Mums tentu tidak ingin mengalaminya kan? Nah, bagaimana sih cara mencegah stunting?

 

Baca juga: 5 Cara Cegah Stunting Sejak Awal Kehamilan

 

Kekurangan Protein, Penyebab Utama Stunting

Stunting, seperti dijelaskan Prof. Damayanti, disebabkan kekurangan zat gizi kronis. Zat gizi mana yang menyebabkan stunting? Ternyata kekurangan salah satu zat gizi makro, yaitu protein, akan meningkatkan risiko stunting  lebih besar. “Protein ini tidak sekadar protein, namun protein esensial dan ini yang paling signifikan menyebabkan stunting jika tidak dipenuhi kebutuhannya,” tegas Prof. Damayanti.

 

Mikronutrien seperti vitamin dan mineral memang penting, namun menurut Prof. Damayanti, tidak signifikan untuk mencegah stunting. Jikapun mikronutrien ini dipenuhi, hanya menambah tinggi badan 0,09 cm saja lho Mums!

 

Jadi, proteinlah yang harus dicukupi, sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Menurut Prof. Damayanti, protein digunakan oleh tubuh untuk membuat hormon pertumbuhan dan hormon yang akan mengangkut protein ke tulang. Tulang yang memanjang inilah kunci agar anak tinggi badannya ideal.

 

Baca juga: Tidak Hanya Tubuh, Otak Anak Stunting Juga Lebih Kecil

 

Bukan Sembarang Protein

Lebih jauh, Prof. Damayanti menjelaskan bahwa ada dua jenis protein dari makanan, yaitu protein hewani dan protein nabati. Mana yang lebih baik? Protein hewani lebih baik dibandingkan protein nabati.  Hal ini karena protein hewani memiliki kandungan asam amino esensial yang lebih lengkap. Ada 9 asam amino esensial yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, dan tidak semuanya ditemukan pada protein nabati.

 

Sumber protein hewani terbaik untuk meningkatkan hormon pertumbuhan adalah ikan, daging unggas, telur, dan susu. Sudah banyak penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak akan lebih tinggi dan kadar hormon pertumbuhan dalam darah meningkat jika rutin diberikan protein hewani dan susu.

 

Mums mungkin bertanya, kenapa tidak daging merah? Ada alasannya Mums! Menurut Prof. Damayanti, daging ternyata tidak menimbulkan efek yang bagus karena setelah diteliti ternyata tidak meningkatkan hormon pertumbuhan.

 

Ada satu jenis asam amino esensial yang tidak ada pada daging merah, yaitu triptopan. “Satu jenis saja asam amino tidak ada, maka akan menurunkan hormon pertumbuhan 34%. Kalau tidak ada semuanya turun 50%,” jelas Prof. Damayanti.

 

Baca juga: Utamakan Pemberian Protein Hewani untuk Mencegah Stunting!

 

MPASI Periode Kritis

Saat anak mendapatkan ASI eksklusif, kebutuhan nutrisinya umumnya terpenuhi dari kualitas ASI Mums. Tetapi memasuki periode MPASI, hati-hati. Menurut Prof. Damayanti, inilah periode kritis di mana kasus kekurangan nutrisi paling sering terjadi.

 

Banyak ibu yang salah memberikan menu MPASI. "Buktinya, hanya 35% menu MPASI di Indonesia yang mengandung protein hewani. Para ibu lebih sering memberikan MPASI berupa kacang hijau, labu, pisang, atau wortel dibandingkan daging ayam, telur ayam, ikan, atau susu,” ujar Damayanti.

 

Untungnya, saat ini hal itu diperbaiki. Pemerintah kemudian merevisi buku KIA, dengan menampilkan resep MPASI yang sudah mengandung protein hewani. 

 

Bukti-bukti ilmiah sudah sangat banyak menunjukkan manfaat protein hewani jika ditambahkan dalam menu MPASI. Salah satu penelitian menunjukkan, saat anak mulai MPASI, dan diberikan telur setiap hari selama 6 bulan, hasilnya mereka mengalami peningkatan tinggi badan yang lebih baik. Angka stunting pun bisa diturunkan sampai 47%.

 

Nah Mums, ternyata tidak sulit untuk membuat anak tumbuh tinggi dan cerdas. Mums cukup berikan si kecil telur, daging ayam, semua jenis ikan, dan susu. Sumber makanan sehat ini murah dan mudah didapatkan. Mums tidak selalu harus membeli daging merah yang harganya cenderung mahal. Jika Mums ingin memberikan tambahan susu sebagai pendamping MPASI,  pastikan juga yang sudah mengandung 9 jenis asam amino esensial ya!

 

Baca juga: Tips Mempersiapkan Menu MPASI Pertama Si Kecil