Stunting tidak hanya masalah tinggi badan, namun yang lebih serius dari itu adalah masalah kurang gizi kronis dalam waktu cukup lama yang berdampak buruk pada kesehatan dan prestasi anak di masa depan.   

 

Apakah tinggi badan anak Mums jauh lebih pendek dibandingkan anak seumurannya? Jika iya, bisa jadi itu tanda-tanda stunting. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi kronis selama periode kritis, terserang infeksi, dan stimulus tidak memadai.

 

Tidak hanya berperawakan pendek, stunting juga memiliki dampak terhadap penurunan daya tahan tubuh, konsentrasi belajar, lebih dari itu akan menimbulkan berbagai penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan jantung.

 

Kondisi ini menuntut peran gizi yang optimal. Pemenuhan gizi tidak hanya dipenuhi saat bayi sampai anak-anak saja, melainkan sejak awal kehidupan atau kehamilan, inilah yang disebut sebagai periode kritis. Selain itu, ada beberapa hal yang harus diterapkan untuk menurunkan risiko stunting. Apa saja? Yuk! Simak selengkapnya.

 

Baca juga: Awas, Kasus Stunting Bisa Bertambah Saat Pandemi Covid-19

 

Cara Mencegah Stunting

Berikut ini adalah beberapa upaya yang bisa Mums lakukan untuk mencegah stunting sejak awal:

 

1. Penuhi zat gizi selama kehamilan

Para calon ibu perlu memerhatikan zat gizi yang dikonsumsi, bahkan 3 bulan sebelum merencanakan memiliki buah hati. Status gizi calon ibu yang baik akan menurunkan risiko stunting. Mulailah mengganti gaya hidup Mums dengan menghindari makanan instan dan lebih mengonsumsi makanan kaya gizi.

 

Mums perlu memerhatikan kualitas dan kuantitas asupan protein serta asam amino, zat besi, asam folat dan DHA untuk mengoptimalkan pertumbuhan janin. Zat gizi tersebut bisa didapatkan dengan mengonsumsi daging, telur, ikan, pepaya, dan alpukat. Selain itu, bisa dipenuhi dengan suplementasi.

 

2. Rutin melakukan pemeriksaan kandungan

Pemeriksaan rutin selama hamil sangat diperlukan untuk memastikan zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil cukup serta memantau kesehatan ibu dan janin. Setelah bayi lahir, dapat dilanjutkan pengukuran pertumbuhan secara berkala sampai usia 5 tahun agar sesuai dengan kurva pertumbuhan. Deteksi dini pertumbuhan anak dapat mencegah risiko terjadinya stunting.

 

3. Berikan ASI Eksklusif

Setelah masa kehamilan, Mums tetap harus memerhatikan asupan gizi agar ASI yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik serta berikan ASI kepada bayi Anda secara eksklusif selama 6 bulan. ASI kaya akan DHA yang baik untuk otak serta kandungan zat gizi sangat lengkap untuk memenuhi kebutuhan bayi sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan bayi. Hal ini dapat menurunkan peluang stunting.

 

Bagi Mums yang produksi ASI nya kurang tidak perlu khawatir ya! Selalu berpikir positif, hindari stress, lakukan pijatan pada payudara dan konsumsi makanan tinggi serat dan protein.

 

Baca juga: Perilaku Salah Berikut ini Memicu Kejadian Stunting Cukup Besar!
 

4. Penuhi zat gizi anak

Setelah memasuki usia 6 bulan, ASI sudah tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi. Oleh karena itu, bayi perlu maka perlu mendapatkan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Memperkenalkan MPASI perlu bertahap, mulai dari makanan bertekstur lunak (bubur), lembek (nasi tim) sampai makanan padat, yang umunya dikonsumsi orang dewasa. Hal terpenting adalah makanan pendamping ASI harus cukup dan beragam, mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

 

5. Perhatikan kebersihan lingkungan

Lingkungan yang bersih juga memiliki peranan penting untuk mencegah stunting. Lingkungan yang bersih tidak hanya sebatas upaya buang sampah, lebih dari itu tentang praktik cuci tangan yang benar dan memerhatikan kebersihan alat makan anak. Jika kebersihan ini diabaikan anak akan rentan terserang penyakit serta dapat menurunkan nafsu makan. Hal ini akan berdampak terhadap berkurangnya asupan makananan dalam sehari.

 

Semoga tips ini akan membantu Mums semua untuk mencegah stunting dan meningkatkan kualitas kesehatan anak.

 

Baca juga: Selain Kurang Gizi, Sanitasi Buruk Memicu Stunting

 

 

 

Sumber:

Kemkes. 2019. Pencegahan Stunting. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia diakses pada 14 Mei 2020