Satu dari 3 anak Indonesia rentan menderita anemia. Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi harian si Kecil. Anemia menjadi salah satu faktor risiko yang dapat menghambat perkembangan otak anak. Kondisi ini jika tidak ditangani segera karena dapat menghambat tumbuh kembang anak.

 

Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), Presiden Indonesian Nutrition Association mengatakan, “Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi harian si Kecil. Saat asupan zat besi tidak tercukupi dalam makanan harian si Kecil maka dapat terjadi gangguan perkembangan kognitif atau otak, dan pertumbuhan anak, seperti salah satunya menurunnya kecerdasan, fungsi otak, serta fungsi motorik anak seperti mudah kelelahan. Hal ini tentu tidak dapat dianggap enteng olah orangtua, apalagi di masa-masa sampai usia 5 tahun, dimana perkembangan otak anak masih berkembang pesat”.

 

Lantas bagaimana mengenali gejala anemia dan mencegahnya?

 

Penyebab dan Cara Mencegah Anemia pada Anak

Sebagian besar dari kasus anemia pada anak disebabkan karena kekurangan zat besi yang merupakan salah satu nutrisi penting dalam asupan makanan. Salah satu sumber zat besi dari makanan adalah protein hewani.

 

Konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia sendiri masih rendah, hanya mencapai 43% di bandingkan konsumsi protein nabati (57%). Padahal faktanya, kandungan zat besi dalam protein hewani lebih tinggi dibandingkan dalam protein nabati, sehingga penting untuk konsumsi protein hewani demi cegah anemia.

 

Pada anak di bawah lima tahun, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memberikan asupan gizi seimbang, terutama dari sumber protein hewani yang kaya zat besi. Namun sayangnya, kekurangan zat besi bisa juga terjadi karena sebagian besar zat besi tidak terserap dengan optimal di tubuh anak.

 

Salah satu cara memaksimalkan penyerapan zat besi adalah konsumsi vitamin C. “Kombinasi antara Zat Besi dan Vitamin C yang mampu memaksimalkan penyerapan zat besi di dalam tubuh, untuk pencegahan anemia. Untuk itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian si Kecil, bisa juga dipertimbangkan untuk memberikan sumber nutrisi yang difortifikasi, seperti susu terfortifikasi dengan zat besi dan vtamin C agar si Kecil bisa tumbuh maksimal,” tambah dr. Luciana.

 

Anemia Bikin Anak Rentan Stres

Psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psi., menambahkan, orang tua perlu memahami bahwa anemia tidak hanya berdampak negatif secara fisik, namun juga terhadap kondisi psikologis anak. Dalam jangka pendek, secara kognitif anak cenderung kurang konsentrasi, tidak mudah menangkap dan mengingat, serta emosinya juga cenderung lebih negatif, lebih mudah sedih/marah dan rentan stres.

 

Jika kondisi anemia pada anak tidak segera ditangani, dalam jangka panjang tumbuh kembangnya dapat terhambat, prestasinya cenderung rendah dan tak optimal karena mengalami kesulitan dalam belajar.

 

“Hal tersebut disebabkan adanya gangguan fungsi dopaminergik pada otak sehingga anak mudah stres, yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku dan menyebabkan gangguan proses belajar. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memastikan asupan nutrisi anak baik dan juga selalu melakukan stimulasi yang dibutuhkan oleh anak, juga menjaga hubungan yang hangat dengan anak,” ujar Anna Surti Ariani.

 

Melalui siaran pers, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Danone Specialized Nutrition Indonesia menjelaskan, Danone sudah menjalankan berbagai program edukasi berskala nasional dan telah menjangkau lebih dari 3,5 masyarakat, untuk pencegahan anemia.

 

Tahun ini, Danone Indonesia melalui SGM Eksplor akan menjalankan inisiatif program baru “Bersama Cegah Anemia, Optimalkan Kognitif Generasi Maju” yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para Mums di Indonesia tentang risiko anemia pada anak di bawah usia 5 tahun, serta pentingnya mengkonsumsi makanan tinggi zat besi dan Vitamin C yang berasal dari protein hewani.

 

“Kami berharap ke depannya lebih banyak pihak dari berbagai institusi, termasuk Pemerintah, tenaga kesehatan, pihak swasta, masyarakat, maupun dari lingkungan terkecil yaitu keluarga yang dapat memberikan perhatian lebih dalam anemia terutama pada anak di bawah usia 5 tahun, untuk mendukung kemajuan anak Indonesia di masa depan,” tambah dr. Ray.