Masih ingat dengan salah satu artis K-pop yang pada Desember lalu meninggal akibat bunuh diri, Jonghyun SHINee? Ya, hampir setahun lalu Jonghyun diberitakan mengakhiri hidupnya di apartemen miliknya di Cheongdam, Seoul, Korea Selatan.

 

Ketika itu, beberapa kabar beredar bahwa penyebab Jonghyun melakukan bunuh diri karena depresi yang dialaminya. Nah, ternyata selain sempat mengalami depresi dan akhirnya berujung pada kematian, Jonghyun juga seorang pengidap SAD atau Seasonal Affective Disorders. Wah, kira-kira apa sih yang dimaksud dengan SAD ini? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!

 

Baca juga: Mudah Sedih dan Senang disaat Bersamaan? Waspadai Bipolar Disorder!

 

Apa itu Seasonal Affective Disorders?

Dilansir dari Healthline, Seasonal Affective Disorders atau (SAD) sebenarnya salah satu bentuk gangguan mood musiman dan tergolong sebagai gangguan depresi juga. Seperti namanya, gangguan psikologis ini hanya akan terjadi pada musim-musim tertentu.

 

Jika pengidapnya berada di negara 4 musim, serangan SAD biasanya akan terjadi pada musim gugur dan musim salju. Meski begitu, bukan berarti penduduk dari negara yang hanya memiliki 2 musim seperti Indonesia tidak bisa mengalaminya, lho. Kondisi ini juga bisa terjadi, Gengs!

 

Baca juga: Ini yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Gaming Disorder yang Baru Ditetapkan oleh WHO 

 

 

Apa yang menyebabkan SAD?

Hingga saat ini, belum dapat dipastikan apa penyebab dari SAD. Pasalnya, ada banyak faktor yang mungkin berkontribusi dalam kondisi SAD yang dialami seseorang. Namun, sebuah teori beranggapan bahwa cahaya lah yang memicu terjadinya kondisi ini.

 

Teori ini mengungkapkan bahwa penurunan paparan sinar matahari dipercaya dapat memengaruhi jam biologis alami yang mengatur hormon, kualitas tidur, dan suasana hati. Selain itu, teori lain juga mengatakan bahwa bahan kimia dalam otak yang bergantung pada cahaya lebih banyak memengaruhi pengidap SAD.

 

Orang-orang yang tinggal di beberapa bagian negara dengan malam musim dingin yang panjang dan sinar matahari yang lebih sedikit juga dipercaya lebih berisiko mengalami SAD. Sebagai contoh, SAD lebih umum terjadi pada penduduk Kanada dan Alaska dibanding penduduk di negara Florida yang lebih cerah. Selain paparan sinar matahari, riwayat genetik dengan kondisi serupa juga dapat memicu terjadinya SAD pada seseorang.

 

Baca juga: Makan Banyak Tidak Kenyang-kenyang? Waspada, Binge Eating Disorder!

 

Apa saja gejala-gejalanya?

Gejala SAD bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun, umumnya gejala ini akan muncul sekitar bulan Oktober atau November, dan berakhir pada bulan Maret atau April. Secara umum, ada 2 jenis SAD, yakni SAD musim dingin dan SAD musim panas.

 

Gejala SAD musim dingin meliputi:

  • Kelelahan di siang hari.
  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Perasaan putus asa.
  • Peningkatan iritabilitas.
  • Kurangnya minat dalam kegiatan sosial.
  • Lesu.
  • Menurunnya gairah seksual.
  • Merasa tidak bahagia.
  • Penambahan berat badan.

 

Sedangkan gejala SAD musim panas meliputi:

  • Merasa cemas.
  • Sulit tidur.
  • Gelisah.
  • Tidak nafsu makan.
  • Turun berat badan.
  • Dalam kasus yang parah, penderita SAD bisa memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
 
Baca juga: Mums, Waspadai Shaken Baby Syndrome

 

Bagaimana cara mengatasinya?

SAD merupakan permasalahan mental yang sebenarnya tidak bisa dihilangkan. Namun, pengobatan seperti konseling dan terapi dapat mengurangi gejala-gejala yang timbul pada penderita SAD. Salah satu terapi yang dianjurkan bagi penderita SAD adalah terapi cahaya, yang melibatkan penggunaan kontak lampu khusus atau visor. Terapi ini dilakukan sekitar 30 menit setiap hari untuk meniru cahaya alami. Terapi lain yang dapat digunakan adalah simulator fajar, yakni menggunakan lampu dengan diatur selayaknya matahari terbit, sehingga dapat membantu menstimulasi jam alami tubuh.

 

Selain terapi, kebiasaan gaya hidup sehat, seperti diet sehat dengan protein tanpa lemak, perbanyak konsumsi buah dan sayur, berolahraga rutin, dan tidur yang cukup, juga dapat membantu meminimalisasikan gejala SAD. Untuk obat-obatan, sebaiknya selalu konsultasikan kepada dokter mengenai jenis dan aturan yang direkomendasikan. Beberapa obat dari golongan antidepresan biasanya akan menjadi pilihan obat yang disarankan oleh dokter.

 

Wah, ternyata perubahan musim juga dapat memengaruhi kondisi psikologis seseorang ya, Gengs! Ayo, kira-kira Kamu pernah mengalaminya enggak? (BAG/AS)

 

Baca juga: Terus Kelelahan walau Sudah Tidur Cukup, Bisa Jadi Kamu Mengalami Chronic Fatigue