Ketidakpahaman masyarakat akan gejala limfoma terkadang membawa pasien pada diagnosis yang salah dan berlarut-larut. Saat terdiagnosis pun kanker sudah di stadium lanjut. Itu pula yang dialami Intan Khasanah, 22, seorang penyintas limfoma.

 

Gadis yang baru saja lulus dari Fakultas Komunikasi Universitas Indonesia ini, pertama kali menyadari ada benjolan di leher kirinya berjumlah 2-3 buah, dengan ukuran masing-masing sebesar kelereng pada tahun 2012. Sebelumnya, ia mengalami demam tinggi. Karena tidak kunjung kempis, Intan yang saat itu berusia 17 tahun dan duduk di kelas 2 SMA ini, memeriksakan diri ke dokter. Oleh dokter, ia dinyatakan terkena TB kelenjar. Ia pun diberikan antibiotik dan obat TB.

 

Namun meski sudah berganti dokter dan obat, benjolan tidak hilang bahkan menjalar ke leher kanan. “Setelah 8 bulan, muka saya jadi seperti kotak,” ungkap Intan ketika ditemui dalam acara "Peringatan Hari Limfoma Sedunia" di Jakarta (15/9), yang diselenggarakan oleh Center Information and Support Center (CISC) dan PT Ferron Par Pharmaceuticals.

 

Baca juga: Waspada Limfoma yang Diawali Benjolan Tidak Biasa!
 

Singkat cerita, Intan yang tinggal di Pekan Baru, Riau, terbang ke Jakarta untuk berobat di RS Persahabatan. Di sini, Intan kembali melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Barulah dokter memastikan ia menderita limfoma hodgin, salah satu jenis kanker kelenjar getah bening yang cukup sering ditemukan setelah limfoma non-hodgin's.

 

Kankernya bahkan sudah dinyatakan stadium 4 dan memengaruhi organ lainnya. Intan bahkan sempat masuk ICU, karena banyak cairan di paru-parunya. Sejak saat itu, perjalanan Intan menuju kesembuhan ibarat jalan terjal dan penuh liku. Sempat lumpuh, koma, serta menjalani kemoterapi dan radiasi berkali-kali, gadis tersebut tetap periang dan tidak menyerah. 

 

Meski harus bolak-balik Pekan Baru-Jakarta setiap dua minggu sekali untuk kemoterapi, Intan tidak patah semangat dalam menjalankan pendidikannya. Setelah dinyatakan sembuh, Intan yang ngotot tidak mau cuti sekolah berhasil lulus SMA dan diterima di UI. Ia pun menetap di Jakarta.

 

Sayangnya, di masa kuliah limfomanya kambuh. Ia kembali harus berurusan dengan pengobatan panjang. Bahkan ia harus cuti saat duduk di semester 4, karena kondisinya yang lemah. Kemoterapi dan radiasi pun kembali dijalani. Sampai saat ini, Intan belum lepas dari pengobatan. Empat hari sebelum hadir di acara Peringatan Hari Limfoma Sedunia, Intan baru menjalani kemoterapi ke-22.

 

“Kalau terapi radiasi saya sudah 70 kali, dan dokter sudah menghentikannya karena tidak ingin dampaknya merusak tubuh. Sekarang sih benjolannya sudah jauh berkurang. Tinggal dua benjolan yang belum hilang,” ujar Intan.

 

Gengs Sehat mungkin penasaran, bagaimana mungkin limfoma yang diderita Intan bisa tidak terdeteksi? Bagaimana memastikan bahwa benjolan yang tidak biasa di tubuh adalah limfoma? Berikut penjelasan dari dr. Ronald A. Hukom, spesialis hematologi-onkologi dari RS Kanker Dharmais, yang menjadi pembicara di acara yang sama:

 

Tak Semua Benjolan adalah Kanker Limfoma

Menurut dr. Ronald, limfoma atau kanker kelenjar getah bening memang sebagian besar diawali dengan munculnya benjolan di leher. Namun, tidak semua benjolan di leher adalah limfoma. “Memang ada tipe benjolan tertentu yang bisa mengarah ke kondisi yang lebih serius, misalnya tumbuh dengan cepat, tumbuh semakin membesar, benjolan tidak beraturan, dan biasanya justru tidak nyeri. Kalau benjolannya terasa nyeri, seringnya disebabkan infeksi. Namun apapun jenisnya, setiap melihat benjolan yang tidak biasa sebaiknya segera cek ke dokter,” saran dr. Ronald.

 

Jika menemukan benjolan, untuk memastikan apakah itu limfoma atau hanya pembengkakan kelenjar getah bening akibat infeksi, dokter akan melakukan foto, USG, dan melakukan tes darah untuk melihat tumor marker (penanda kanker). Jika sudah terlalu besar, biasanya dilakukan biopsi.

 

Kanker dan Faktor Genetik - Guesehat

 

Termasuk Kanker yang Angka Harapan Hidupnya Tinggi

Dokter Ronald menambahkan, ketika terdiagnosis awal atau masih di stadium 1, maka peluang kesembuhan sangat tinggi. Ini berlaku untuk semua jenis kanker. “Namun, memang tingkat harapan hidup secara umum untuk limfoma termasuk baik. Kalau menjalani pengobatan dengan benar, 60% pasien dapat berhasil sembuh,” jelasnya.

 

Maka penting sekali untuk pergi ke dokter segera begitu muncul benjolan di mana saja. Khusus kanker limfoma, benjolan biasanya muncul di leher, ketiak, dan pangkal paha. Meskipun begitu, tambah Ronald, limfoma bisa juga muncul di otak, testis, atau usus, sesuai lokasi kelenjar getah bening yang memiliki sel-sel kanker.

 

Baca juga: Mengenal Limfoma dan Penyebab Kanker pada Anak

 

Pengobatan Limfoma Sudah Berkembang, Bahkan Dikembangkan di Indonesia

Tidak ada obat kanker yang bisa menyembuhkan sepenuhnya. Namun jangan putus asa Gengs, karena saat ini perkembangan obat kanker sudah sangat maju. Untuk semua jenis kanker, setidaknya sudah ditemukan 100 jenis obat. Kadang 2-3 obat diberikan secara kombinasi untuk dapat mengalahkan kanker. Sayangnya, hampir semua obat kanker mahal, karena obat impor dan belum semuanya dijamin BPJS Kesehatan.

 

Untuk membantu pasien-pasien kanker limfoma, PT Ferron Par Pharmaceuticals mengembangkan bendamustine, yaitu obat limfoma yang saat ini sudah diproduksi di Indonesia dan sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Presiden Direktur PT Ferron Par Pharmaceuticals, Krestijanto Pandji, menjelaskan, bendamustine sejak tahun lalu sudah ada di BPJS, sehingga bisa digunakan pasien limfoma non-hodgins.

 

“Ini bukan obat impor, karena dibuat di dalam negeri sehingga harganya lebih terjangkau,” jelas Krestijanto. Ferron juga tengah mengembangkan obat-obatan kanker lain, dan ada 17 molekul obat yang tengah dikembangkan untuk kemoterapi.

 

Baca juga: Inilah Gejala Kanker yang Tidak Boleh Diabaikan Pria

 

Jadi Gengs, ketika Kamu atau keluarga Kamu ada yang terdiagnosis limfoma, jangan patah semangat ya. Milikilah semangat seperti Intan, yang berhasil menaklukkan limfoma. Oh ya, Intan pernah membuat video yang sempat viral di YouTube. Ia lah wanita yang mengunggah dance cover lagu BLACKPINK, Ddu-du Ddu-du. Video ini menunjukkan bahwa kanker tidak menghalangi kegemaran dan cita-citanya. 

 

Sementara itu dr. Ronald berpesan, agar terhindari dari penyakit kanker apapun, makanlah banyak sayur dan kurangi makan daging. Pola diet ini sudah dibuktikan melalui penelitian dapat menurunkan risiko kanker. (AY/AS)