Tuberkulosis (TB) atau yang sering kita kenal sebagai TBC, merupakan jenis penyakit yang belum dapat diberantas sepenuhnya saat ini. Dalam konferensi pers yang diadakan pada 28 November 2017 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan PT Johnson & Johnson, dr. Asik Surya, MPMM, Kepala Sub Direktorat Tuberkulosis, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung – Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, mengungkapkan jika kita semua berisiko terkena Tuberkulosis! Melalui tayangan video yang diputar saat konferensi pers, diceritakan bahwa penyakit Tuberkulosis dapat menular pada siapa saja, termasuk orang yang menerapkan hidup sehat sekalipun.

 

Sejak 2016, Kementerian Kesehatan RI memang melakukan kampanye tentang pencegahan dan pengobatan TBC. Kampanye tersebut terkenal dengan slogannya “TOSS TB”, yaitu singkatan dari Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis. Mengapa tema tersebut yang dipilih pemerintah?

 

Bukannya tanpa sebab, tema tersebut dipilih berdasarkan fenomena yang terjadi di Indonesia pada penderita TBC. Kebanyakan penderita ditemukan tidak menjalani pengobatan hingga tuntas. Mereka berpikir jika kondisi tubuh yang membaik mengindikasikan bahwa mereka telah sembuh dan tidak perlu mengonsumsi obat-obatan lagi.

 

Intinya, Kementerian Kesehatan berupaya agar masyarakat lebih peduli pada penyakit TBC dan mau melakukan pengobatan hingga tuntas. Dokter Asik menjelaskan, tuberkulosis sebenarnya penyakit sistemik atau penyakit yang dapat menyerang seluruh bagian tubuh.

 

Sehingga, tak jarang pula kita menemukan kasus penderita TBC yang langsung meninggal setelah terdiagnosis penyakit ini kurang dari seminggu. Ada kekhawatiran yang menjadi fokus pemerintah saat ini, yaitu mengenai peringkat kesehatan di Indonesia yang kian memburuk di tingkat dunia. Indonesia sendiri pada 2016 lalu berada di peringkat kedua sebagai negara dengan pengidap TBC terbanyak di dunia.

 

Dalam kesempatan yang sama, Lakish Hatalkar selaku Presiden Director Johnson & Johnson Indonesia mengatakan bahwa lebih dari 50 persen penderita TBC sebenarnya tidak mengetahui jika mereka telah mengidap penyakit mematikan ini dalam waktu yang lama. Inilah mengapa kematian akibat TBC kian bertambah, di samping kualitas gaya hidup masyarakat yang kian memburuk. (BD/AS)