Tahukah Kamu jika Indonesia berada pada urutan ke-5 sebagai negara yang paling banyak terkena penyakit tuberkulosis atau TBC? Nyatanya, dari setiap 100 ribu penduduk, terdapat 321 orang yang menjadi pasien tuberkulosis. Mungkin Kamu juga memiliki kerabat atau teman yang hidup dengan penyakit ini, bukan? Penyakit tuberkulosis banyak dikaitkan dengan paru-paru. Tapi, siapa sangka jika gangguan endemik ini dapat menyerang organ atau bagian tubuh lainnya. Tidak percaya? Mari simak pengalaman Marcus Daniel Wicaksono terkait penyakit TBC yang dideritanya sejak tahun 2014 silam.

 

Diagnosis Baru Diketahui 4 Tahun

Marcus hanya salah satu dari ribuan orang yang didiagnosis terkena TBC. Dalam sebuah kesempatan wawancara singkat, ia mencoba menceritakan bagaimana perjuangannya mengenali penyakit ini dan hidup dengannya. Bahkan ia membutuhkan 4 tahun untuk bisa terdiagnosis TBC oleh dokter. Pada mulanya, saat Marcus duduk di bangku 11 SMA, ia merasakan perubahan besar pada kondisi tubuhnya. Ia merasa menjadi lemah dan sering sakit, jam tidur dan makan yang dijalaninya menjadi kacau balau, serta muncul rasa nyeri pada bagian perutnya. Ia pun menggambarkan rasa sakit pada perutnya seperti ditusuk-tusuk atau ditekan dengan kuat oleh sesuatu. Karena itu, ia juga merasakan mual dan muntah. Saat itu dokter hanya memberikannya obat karena dianggap hanya menderita sakit ringan. Setelah itu, kondisi tubuhnya semakin buruk dan harus dilarikan ke UGD. Akhirnya Marcus mendapatkan nutrisi dan cairan melalui selang infus dan harus melakukan serangkaian tes, seperti X-Ray, CT Scan, tes darah, urine, dan feses.

 

Setelah kejadian tersebut, Marcus hanya didiagnosis menderita tifus dan sudah diperbolehkan untuk pulang beberapa hari setelahnya. “6 bulan berikutnya, kejadiannya terulang lagi. Dan terus berulang sampai tahun 2014 saya baru didiagnosis terkena TBC. Setelah 4 tahun, saya merasa sedikit senang karena akhirnya penyakit yang mengganggu saya selama beberapa tahun ditemukan dan ketahuan. Tapi tentu saya juga takut dan memang pengobatan awal termasuk berat, karena saya harus menyesuaikan jadwal kehidupan baru sebagai pasien TBC”, jelasnya. Setelah mendapatkan diagnosis yang pasti, Marcus memulai kehidupan sebagai salah satu pejuang TBC.

 

“Setiap hari saya harus mendapatkan suntikan di pagi hari. Saya harus mencari dokter di dekat rumah, belum kalau kesiangan dan sedang sibuk atau berada jauh di rumah, jadi memang agak ribet. Saya juga harus membiasakan diri meminum 3 butir tablet, bahkan saking sudah terbiasa, saya jadi sering lupa sudah minum obat atau belum”, ujar Marcus. Selain itu, Marcus juga harus sering melakukan pengecekan agar dokter dapat memonitor perkembangan kesehatannya.

 

Setelah 18 bulan, barulah dokter menyudahi masa pengobatannya. Untung saja, sekarang keadaan Marcus sudah sangat membaik dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. “Berat badan saya bahkan sudah melampaui batas sehat. Saya juga tidak mengalami sakit-sakitan setiap 6 bulan sekali lagi dan gak pernah mual atau muntah. Dokter sangat menyarankan saya untuk melakukan aktivitias olahraga karena dapat mengusir TBC bahkan penyakit lain”, tambahnya di akhir wawancara.

 

Tak Hanya Menyerang Paru-Paru

Hal unik dari pengalaman TBC yang diderita Marcus adalah penyakit tersebut ditemukan bukan pada paru-paru, melainkan di lambung dan usus besar. “Setelah dilakukan endoskopi, dokter menemukan luka menghitam di bagian lambung saya. Uji sampelnya juga menunjukkan bakteri tuberkulosis”, kata Marcus. Sebelumnya, dokter tidak dapat menemukan potensi TBC karena merasa tidak perlu menguji daerah pencernaan tersebut.

 

Perlu diketahui, TBC biasanya tidak menyerah bagian usus atau lambung manusia. Terkait lokasi penyakit yang tidak normal tersebut, dokter yang menangani Marcus sempat mengatakan pada dirinya jika tuberkulosis dormant  yang semula berada di paru-paru tersebut bisa sampai usus dan lambung karena Marcus sering menelan ludah setelah batuk. Sedangkan bibit tuberkulosis dormant  yang diderita berasal dari penyakit di masa ia masih balita yang masih menyisakan bibit-bibit bakteri meskipun sudah diobati sebelumnya.

 

TBC Usus dalam Dunia Medis

Ya, tuberkulosis yang dialami Marcus adalah jenis TBC usus yang betul berasal dari bakteri di paru-paru yang menyebar ke bagian lambung dan pencernaan melalui aliran darah. Untuk TBC usus, sebagian besar umumnya adalah penyakit menahun atau memang terjadi karena komplikasi dari potensi yang sudah ada di dalam tubuh. Artinya, penyakit ini tidak muncul begitu saja tetapi dari pemupukan bakteri tuberkulosis yang berdiam diri di bagian usus atau lambung. Beberapa faktor penyebab yang memungkinkan seseorang terkena jenis TBC ini adalah:

  1. Kurangnya asupan gizi
  2. Penyakit menahun seperti gula
  3. Kebiasaan minum dan obat-obatan
  4. Infeksi HIV

Sedangkan gejala umum TBC usus yang seringkali terjadi adalah:

  1. Demam
  2. Nafsu makan menurun
  3. Berat badan menurun
  4. Sering sakit-sakitan
  5. Sakit dan nyeri di perut
  6. Susah buang air besar
  7. Radang usus buntu

 

Penyakit TBC pada umumnya terjadi karena keberadaan kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Bakteri tersebut dapat tercampur dalam ludah dan jika ditelan bisa menyebar ke daerah tubuh lainnya. Karena itu, TBC tidak hanya bisa menyerang paru-paru tetapi organ lain dan salah satunya adalah usus dan lambung. Setelah mendengar pengalaman Marcus dan penjelasan medis di atas, sebaiknya Anda mulai berhati-hati sekarang. TBC tidak hanya dapat menyerang paru-paru, tetapi turut dapat mengganggu aktivitas organ tubuh lain. Mulailah melakukan kebiasaan-kebiasaan sehat untuk hidup yang lebih sehat!