Magnetic resonance imaging (MRI) atau dalam bahasa indonesianya pencitraan resonansi magnetik, adalah tes kesehatan yang menggunakan magnet kuat, gelombang radio, dan komputer, untuk mendapatkan gambaran detil kondisi di dalam tubuh. Tes ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis atau melihat respon pasien terhadap pengobatan.

 

MRI tidak menggunakan X-ray, sehingga tidak menimbulkan paparan radiasi. Namun, tidak semua orang boleh menggunakan MRI. Pasalnya, ada beberapa alasan dan kondisi yang menyebabkan seseorang harus menghindari MRI, dan memilih jenis tes lainnya. Untuk mengetahui apa saja kondisi tersebut, simak penjelasan di bawah ini, ya!

 

Baca juga: 6 Tes Kesehatan yang Harus Dilakukan Oleh Wanita

 

1. Ada peralatan medis dari logam ditanam dalam tubuh

Mesin MRI menggunakan teknologi magnet yang kuat, sehingga bisa menarik logam yang tertanam di dalam tubuh. Kalau hal ini terjadi, Kamu bisa terluka. Selain itu, MRI juga bisa merusak alat medis yang terpasang di dalam tubuh, misalnya seperti pacemaker (alat pacu jantung) atau implan koklea. Besi juga bisa menurunkan kualitas gambar yang dihasilkan oleh MRI.

 

Jadi, sebelum melakukan MRI, dokter perlu tahu jika Kamu memiliki salah satu alat di bawah ini yang terpasang di tubuh:

  • Pacemaker
  • Pompa insulin
  • Sendi, bagian tubuh, dan katup jantung buatan
  • Piercing tubuh
  • Implan koklea
  • Besi, peluru, pecahan peluru di bagian tubuh manapun
  • Jarum, peniti, kawat operasi
  • Tattoo (karena beberapa tinta tato mengandung besi)

 

2. Memiliki gangguan ginjal

Beberapa scan MRI menggunakan pewarna kontras yang mengandung besi gadolinium. Pewarna ini membantu dokter melihat gambaran MRI secara lebih jelas. Tindakan ini relatif aman. Namun, kalau Kamu memiliki penyakit ginjal atau gangguan fungsi ginjal, pewarna kontras tersebut bisa menimbulkan masalah. Umumnya, hal ini bisa dicegah jika pewarna kontras yang digunakan tidak terbuat dari gadolinium. 

 

Meskipun jarang, pewarna kontras ini bisa menyebabkan fibrosis sistemik nefrogenik pada penderita penyakit ginjal. Kondisi ini menyebabkan jaringan menebal dan mengeras di kulit, sendi, dan organ.

  

3. Pasien tengah hamil muda

Meskipun MRI tidak menimbulkan bahaya pada janin di dalam kandungan, alat pemeriksaan ini bisa meningkatkan suhu di dalam tubuh Kamu. Oleh sebab itu, wanita hamil tidak boleh melakukan tes MRI selama trimester pertama. Pasalnya, di trimester pertama, janin sedang melalui proses pembentukan organ. Jadi, wanita hamil harus menunggu hingga melewati trimester pertama, atau melakukan jenis tes lain.

 

Kalau Kamu baru melahirkan, MRI bisa memengaruhi kemampuan menyusui. Oleh sebab itu, wanita tidak boleh menyusui selama 1 - 2 hari setelah melakukan tes MRI. Konsultasikan dengan dokter, apakah Kamu boleh menyusui, atau apakah perlu menunggu hingga beberapa hari.

 

 

Baca juga: Mums, Ini Pentingnya Lakukan Tes Skrining pada Bayi Baru Lahir!

 

4. Alergi pewarna kontras

Pewarna kontras bisa menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang. Gejala dari reaksinya, meliputi:

  • Pusing
  • Gatal-gatal
  • Mual
  • Ruam kulit
  • Kulit memerah

Meskipun cukup jarang, pewarna kontras juga bisa menimbulkan reaksi alergi yang lebih serius, seperti:

  • Pembengkakan di bibir dan mulut
  • Sulit bernapas

 

5. Fobia ruang sempit (klaustrofobia)

Pada tes MRI, pasien dimasukkan ke sebuah tabung yang dikelilingi magnet. Pada pemilik fobia terhadap ruang sempit (klaustrofobia), maka tes MRI bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Namun mereka tidak lantas harus menghindari tes ini. Dokter bisa memberikan obat penenang sebelum melakukan tes MRI. Kamu juga bisa memilih tes MRI terbuka, dimana sisi-sisi tabungnya terbuka.

 

6. Sulit diam

Saat melakukan tes MRI, pasien harus masuk ke dalam tabung, dalam posisi telentang selama 30 menit atau lebih, supaya mesinnya bisa mengambil gambaran yang jelas dari anatomi tubuh. Jadi, kalau baru mengalami cedera, atau memiliki masalah kesehatan apapun yang menyebabkan pasien sulit untuk berdiam diri, maka tes MRI akan sulit dilakukan.

 

Baca juga: Para Pria, Sudahkah Melakukan 8 Tes Kesehatan Ini?

                                                                              

Jadi, sebelum melakukan tes MRI, konsultasikanlah terlebih dahulu dengan dokter. Dengan begitu, Geng Sehat bisa mencegah terjadinya masalah yang menyebabkan tes MRI gagal dilakukan. Informasikan secara jujur kepada dokter, jika Kamu memiliki alat medis yang terpasang di dalam tubuh. Informasikan juga kalau Kamu punya riwayat penyakit tertentu. Setelahnya, tanyakan dokter tentang risiko dan manfaat yang bisa Kamu dapatkan dari tes MRI. (UH/AY)

 

3 kebiasaan buruk yang dapat merusak kesehatan

Sumber:

American Academy of Orthopaedic Surgeons. "X-rays, CT scans, and MRIs."

Cedars-Sinai. "MRI Abdomen and/or Pelvis."

Johns Hopkins Medicine. "Magnetic Resonance Imaging (MRI) of the Spine and Brain."

Mayo Clinic. "MRI: Overview," "MRI: Risks," "Nephrogenic systemic fibrosis."

NPS Medicinewise. "What are the risks and benefits of MRI?"

Radiological Society of North America. "Magnetic Resonance Imaging (MRI) -- Body."

University of California, San Francisco. "Relative Contraindications."

National Institutes of Health, National Institute on Deafness and Other Hearing Disorders. “Cochlear implants.”