Alergi adalah suatu kondisi di mana sistem imun tubuh memberikan ‘perlawanan’ terhadap hadirnya benda atau zat yang dianggap asing oleh tubuh, meskipun zat atau benda tersebut sebenarnya tidak berbahaya.

 

Zat atau benda ini disebut alergen, misalnya serbuk sari bunga, bulu hewan, makanan tertentu, atau obat. Gejala alergi antara lain mata merah dan berair, muncul bentol dan kemerahan, bengkak di daerah mata atau bibir, gatal-gatal, hidung tersumbat, bahkan hingga sesak nafas.

 

Baca juga: Benarkah Penderita Asma Lebih Berisiko Terinfeksi Coronavirus?

 

 

Obat untuk Mengatasi Alergi

Salah satu cara menangani gejala alergi adalah dengan penggunaan obat-obatan. Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gejala alergi memiliki bermacam-macam cara kerja, dan tidak jarang dikombinasikan. Ini dia daftarnya!

 

1. Antihistamin

Antihistamin adalah suatu golongan obat yang sesuai namanya akan mengurangi produksi suatu molekul bernama histamin. Pada saat tubuh terpapar alergen, tubuh akan mengeluarkan senyawa histamin yang kemudian menyebabkan gejala seperti gatal, bentol, kemerahan, bengkak, dan mata serta hidung berair.

 

Ada obat antihistamin yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter, contohnya adalah chlorpheniramine maleat. Ada pula yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter, seperti cetirizine, loratadine, desloratadine, dan fexofenadine. Cetirizine dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter hanya jika pasien pernah mendapatkan resep dari dokter untuk obat tersebut (pengobatan ulangan).

 

Salah satu efek yang tidak menyenangkan saat konsumsi chlorpheniramine maleat adalah mengantuk, oleh karena itu sebaiknya antihistamin diminum malam sebelum tidur dan jangan melakukan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi seperti menyetir kendaraan jika sedang mengonsumsi antihistamin. Antihistamin juga dapat menyebabkan mulut terasa kering.

 

Baca juga: Apa Perbedaan Antihistamin dan Dekongestan?
 

2. Dekongestan

Dekongestan adalah golongan obat yang digunakan untuk meredakan hidung tersumbat yang menyertai gejala alergi. Dekongestan bekerja melebarkan pembuluh darah di hidung yang mengalami penyempitan akibat reaksi alergi. Contoh obat golongan dekongestan adalah pseudoefedrin, phenyleprine, dan oxymetazoline.

 

Dekongestan dapat meredakan hidung tersumbat namun tidak dapat meredakan gejala alergi lain seperti bersin atau hidung berair. Oleh sebab itu, biasanya dekongestan dikombinasikan bersama dengan antihistamin.

 

Kombinasi dekongestan dan antihistamin ini sangat banyak macamnya. Ada yang dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter misalnya kombinasi chlorpheniramine dan pseudoefedrin, atau dipenhydramine dan pseudoefedrin. Ada pula yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, contohnya kombinasi pseudoefedrin dengan loratadine atau desloratadine.

 

Dekongestan sendiri dapat menyebabkan efek jantung berdebar. Sebaiknya dekongestan tidak dikonsumsi bersamaan dengan minuman atau makanan yang mengandung kafein seperti kopi, karena dapat meningkatkan efek samping jantung berdebar.

 

Baca juga: Apakah Alergi Obat Berbahaya?

 

3. Adrenalin

Salah satu manifestasi terberat dari terjadinya alergi adalah syok anafilaksis. Syok anafilaksis ditandai dengan munculnya ruam kemerahan dan gatal seperti layaknya reaksi alergi, namun disertai dengan sesak napas berat, penurunan tekanan darah, bahkan dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.

 

Syok anafilaksis adalah suatu keadaan mengancam jiwa yang harus segera ditangani dan obat utama untuk kondisi ini adalah adrenalin yang diberikan lewat suntikan. Adrenalin dikenal juga dengan nama epineprin.

 

Geng Sehat, itulah dia macam-macam obat yang digunakan untuk mengatasi gejala alergi. Jika Kamu memiliki riwayat alergi, baik itu alergi serbuk sari, makanan, ataupun obat, sebaiknya Kamu memiliki catatan tersendiri mengenai riwayat alergimu ini.

 

Cara terbaik agar alergi tidak terjadi adalah dengan menghindari penyebab alergi tersebut. Tidak ada salahnya juga Kamu menyimpan obat-obatan alergi seperti yang disebutkan di atas untuk berjaga-jaga dan sebagai pertolongan pertama saat Kamu mengalami reaksi alergi. Jangan lupa untuk selalu cek tanggal kedaluwarsa dari obat-obatan ini sebelum dikonsumsi dan pastikan juga obat disimpan dengan cara yang baik dan benar. Salam sehat!

 

Baca juga: Tak Hanya Alergi, Inilah Penyebab Bibir Bengkak Lainnya!

 

 

Referensi:

Pusat Informasi Obat Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.