Alergi obat adalah reaksi alergi terhadap obat. Jika Geng Sehat memiliki reaksi alergi ini, maka sistem imun yang seharusnya melawan infeksi dan penyakit, malah bereaksi negatif terhadap obat  yang dikonsumsi.

 

Reaksi pada alergi obat bisa menyebabkan gejala seperti ruam, demam, dan kesulitan bernapas. Alergi obat yang sebenarnya termasuk kondisi langka. Hanya sekitar 5-10 persen reaksi obat negatif disebabkan oleh alergi obat yang sebenarnya. Sebagian besar merupakan efek samping dari obat yang dikonsumsi.

 

Berikut penjelasan lengkap tentang alergi obat!

 

Baca juga: Obat Herbal Juga Perlu Distandarisasi

 

Penyebab Alergi Obat

Sistem imun berfungsi melindungi tubuh dari penyakit. Sistem imun diciptakan untuk melawan zat asing atau hal-hal berbahaya seperti virus, bakteri, parasit, dan lainnya. Pada alergi obat, sistem imun salah mengartikan obat yang masuk ke dalam tubuh sebagai zat asing atau hal berbahaya.

 

Sebagai respon terhadap apa yang disangkanya sebagai ancaman, sistem imun mulai memproduksi antibodi. Antibodi adalah protein spesial yang berfungsi melawan zat asing atau hal berbahaya. Dalam alergi obat, antibodu melawan obat tersebut.

 

Respon imun ini menyebabkan peningkatan inflamasi, sehingga bisa menyebabkan gejala sepert ruam kulit, demam, atau kesulitan bernapas. Respon imun ini bisa terjadi ketika Kamu mengonsumsi obatnya pertama kali ataupun setelah beberapa kali mengonsumsinya.

 

Apakah Alergi Obat Bebahaya?

Alergi obat tidak selalu berbahaya. Gejala alergi obat bisa saja tidak parah sehingga Kamu tidak menyadarinya. Mungkin saja Kamu hanya mengalami sedikit ruam kulit akibat alergi obat.

 

Namun, alergi obat yang parah bisa membahayakan nyawa. Alergi obat bisa menyebabkan anafilaksis, yaitu kondisi membahayakan nyawa yang terjadi secra tiba-tiba ketika seluruh tubuh bereaksi terhadap obat atau alergen lain.

 

Pada beberapa kasus, alergi obat yang parah bisa terjadi dalam kurun waktu 12 jam setelah mengonsumsi obatnya. Gejala alergi obat yang parah meliputi:

  • Detak jantung tidak teratur
  • Sulit bernapas
  • Pembengkakan
  • Hilang kesadaran

 

Anafilaksis bisa menjadi fatal jika tidak segera diatasi. Kalau Kamu mengalami gejala di atas setelah mengonsumsi obat tertentu, segera pergi ke rumah sakit.

 

Reaksi yang Menyerupai Alergi

Beberapa obat bisa menyebabkan reaksi yang serupa dengan anafilaksis ketika pertama kali dikonsumsi atau digunakan. Obat yang bisa menyebabkan reaksi yang serupa dengan anafilaksis meliputi:

  • Morfin
  • Aspirin
  • Beberapa obat kemoterapi

Reaksi seperti ini biasanya tidak berkaitan dengan sistem imun dan bukan termasuk alergi. Namun, bahaya, gejala dan pengobatannya juga sama seperti anafilaksis.

 

Obat Apa yang Paling Sering Menyebabkan Alergi Obat?

Beragam obat memiliki efek yang berbeda-beda pada setiap orang. Namun, ada beberapa obat yang cenderung sering menyebabkan reaksi alergi ketimbang yang lain. Obat-obat tersebut termasuk:

  • Antibiotik seperti penisilin dan an sulfa seperti sulfametoxazol-trimethoprim
  • Aspirin
  • Obat golongan anti inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen
  • Antikonvulsan seperti carbamazepin dan lamotrigin
  • Obat yang digunakan dalam terapi antibodi monoklonal seperti trastuzumab dan ibritumomab tiuxetan
  • Obat kemoterapi seperti paclitaxel, dosetaxel, dan prokarbazin

 

Baca juga: Update: Ranitidin Sudah Dapat Diedarkan dan Digunakan Kembali!

 

Apa Perbedaan Efek Samping dan Alergi Obat?

Alergi obat hanya terjadi pada orang tertentu. Kondisi ini selalu melibatkan sistem imun dan selalu menyebabkan efek negatif. Namun, efek samping bisa terjadi pada siapapun yang mengonsumsi obat. Selain itu, efek samping tidak memengaruhi sistem imun.

 

Efek samping adalah kondisi yang disebabkan oleh suatu obat, baik itu positif ataupun negatif, yang tidak berhubungan dengan fungsinya. Sebagai contoh, aspirin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri,. Obat ini seringkali menyebabkan efek samping yang mengganggu, seperti sakit perut. Namun, aspirin juga memiliki efek samping yang positif, seperti menurunkan risiko serangan jantung dan stroke.

 

Cara Mengobati Alergi Obat

Cara mengobati alergi obat tergantung dari keparahan kondisinya. Pada reaksi alergi yang parah, maka Kamu harus berhenti mengonsumsi obatnya. Dokter akan memberikan obat lain sebagai alternatif, yang tentunya tidak akan menyebabkan reaksi alergi.

 

Kalau Kamu memiliki reaksi alergi  yang sedang terhadap obat, kemungkinan dokter menyarankan agar Kamu tetap mengonsumsi obatnya. Namun, dokter kemungkinan juga akan memberikan obat lain untuk mengontrol reaksi alerginya.

 

Beberapa obat yang membantu menghalangi respon imun dan mengurangi gejalanya adalah:

1. Antihistamin

Tubuh memproduksi histamin ketika salah mengartikan suatu senyawa, seperti alergen, sebagai hal yang berbahaya. Produksi histamin ini bisa memicu gejala alergi seperti pembengkakan, gatal-gatal, atau iritasi.

 

Antihistamin menghentikan produksi histamin dan bisa membantu menenangkan gejala reaksi alergi. Antihistamin biasanya tersedia dalam bentuk pil, tetes mata, krim, dan semprot nasal.

 

2. Kortikosteroid

Alergi obat bisa menyebabkan pembengkakan pada saluran pernapasan dan gejala serius lainnya. Kortikosteroid bisa membantu mengurangi inflamasi yang menyebabkan masalah-masalah tersebut.

 

Kortikosteroid tersedia dalam bentuk pil, semprot nasal, tetes mata, dan krim. Kortikosteroid juga tersedia dalam bentuk bubuk atau cairan untuk digunakan sebagai inhaler dan cairan suntikan.

 

3. Bronkodilator

Kalauu alergi obat yang Kamu alami menyebabkan batuk dan bersin, dokter biasanya akan merekomendasikan bronkodilator. Obat ini membantu membuka saluran pernapasan dan mempermudah Kamu untuk bernafas. (UH)

 

Baca juga: BPOM Mengeluarkan Izin 37 Produk Ranitidin untuk Kembali Diedarkan

 

Sumber:

Healthline. What Is a Drug Allergy?. Desember 2016.
American College of Allergy, Asthma & Immunology. Anaphylaxis. Januari 2018.