Memasuki masa peralihan musim, terjadi perubahan cuaca dan temperatur udara. Pada kondisi ini, tubuh mau tidak mau harus beradaptasi dan kemungkinan terganggunya daya tahan tubuh lebih meningkat

 

Terganggunya daya tahan disebabkan karena tubuh bekerja lebih keras untuk menyesuaikan diri dengan temperatur lingkungan sekitar. Pada saat proses adaptasi ini, pelemahan daya tahan membuat tubuh mudah terjangkit virus dan kuman penyakit.

 

Menurut dr. Riani Hapsari, M.Si (Herb.) dari Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI), salah satu penyakit yang sering muncul saat musim pancaroba adalah flu yang disertai gejala batuk. Batuk yang ditimbulkan juga beragam, bisa batuk kering maupun berdahak. Nah bagaimana cara mengobati batuk di musim pancaroba ini?

 

Baca juga: Mengatasi Batuk Tanpa Rasa Kantuk di Saat Bekerja

 

Cara Alami Mengobati Batuk di Musim Pancaroba

Meskipun batuk yang disebabkan oleh infeksi virus dapat sembuh tanpa pengobatan apa pun, tidak semua orang sabar membiarkan batuk sembuh dengan sendirinya. Apalagi waktu penyembuhan bisa mencapai 14 hari lamanya.

 

Istirahat yang cukup dan memperbanyak minum air putih menjadi cara yang disarankan untuk menyembuhkan batuk. Konsumsi air mineral yang dianjurkan minimal delapan gelas per hari agar kecukupan tubuh akan cairan dapat terpenuhi. Untuk pelega tenggorokan, kita dapat mengonsumsi air hangat yang ditambahkan jahe, lemon, madu, cengkeh, atau daun pepermint.

 

Cara alami lainnya adalah menggunakan suhu hangat saat mandi agar dapat membantu melegakan saluran pernafasan terutama untuk batuk berdahak. Selain dua cara tersebut, ada baiknya hindari juga polusi udara yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan.

 

Apabila batuk belum juga mereda, Kamu bisa mengonsumsi obat batuk. Obat batuk alami yang terbuat dari bahan alam tanpa bahan kimia, menjadi pilihan tepat bagi Kamu yang menyukai gaya hidup sehat. Obat batuk berbahan herbal tidak memiliki efek samping sehingga aman dikonsumsi.

 

 

HerbaKOF merupakan pilihan obat herbal modern, di mana dibuat dari herbal alami ekstrak daun Legundi, rimpang Jahe, daun Saga, dan buah Mahkota Dewa yang diproses melalui teknologi modern Advanced Fractionation Technology (AFT). 

 

Teknologi AFT dalam proses pembuatan HerbaKOF, dikembangkan di laboratorium Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) oleh para peneliti Indonesia. Mereka mempelajari kandidat bahan baku aktif obat herbal dari aspek kimia dan biologi pada tingkat molekular melalui sebuah proses yang disebut TCEBS (Tandem Chemistry Expression Bioassay System).

 

TCEBS merupakan suatu metodologi penyaringan sistematis untuk menemukan kandidat yang paling aktif dan berpotensi untuk produk yang tengah diteliti, diikuti bioassay system yang memanfaatkan teknik ekspresi gen dan protein array.

 

Melalui fasilitas tersebut, DLBS PT Dexa Medica mampu memproduksi bahan baku aktif obat herbal dalam bentuk Bioactive Fraction dan menjadi perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memproduksi Bioactive Fraction berbahan herbal. Produk hasil Bioactive Fraction yang ada di HerbaKOF, menghasilkan zat aktif Reconyl™ yang efektif meredakan batuk, tidak membuat kantuk, dan baik diminum di awal batuk.

 

HerbaKOF tersedia dalam bentuk sirup, baik dalam kemasan botol maupun stick pack. Obat batuk herbal HerbaKOF mudah didapatkan di apotek sekitar rumah Anda dan juga di toko online https://m.goapotik.com

 

Baca juga: Cara Gampang Hindari Dampak Buruk Polusi Udara!

 

 

Referensi:

  1. Holzinger, et al. The diagnosis and treatment of acute cough in adults. Deutsches Arzteblatt International. 2014. Vol 111(20).p.356-363.

  1. Blasio, et al. Cough management: a practical approach. Cough Journal. 2011. DOI: 10.1186/1745-9974-7-7.

  2. Wagner, et al. Herbal medicine for cough: a systematic review and meta-analysis. Original Article. Forsch Komplementmed. 2015. p.359-368.

  1. The Indonesian Society of Respirology. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Batuk Berdahak dan Kering, Kenali Perbedaannya Hingga Penyebabnya. 2013. http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=7938

  2. Mun’im, A., Hanani, E. Fitoterapi Dasar. Dian Rakyat. 2011. p.1 - 22