Belum genap 2 bulan sejak kasus perselingkuhannya dengan pengusaha Faisal Harris merebak ke publik hingga membuatnya dilabrak, Jennifer Dunn kembali membuat ulah. Selasa, 2 Januari 2018, ia dikabarkan terjerat kasus narkoba sabu dan ditangkap oleh Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.

Baca juga: Orang Tua Selingkuh, Ini Efeknya pada Anak

 

Sebelumnya, Jennifer Dunn pernah mengalami kasus serupa pada tahun 2005 dan Oktober 2009. Dilansir dari detik.com, ia tertangkap sedang menggelar pesta narkoba di tempat tinggalnya, yaitu di kawasan Jeruk Purut, Jakarta. Dalam kasus tersebut, ia kedapatan memiliki 7 pil ekstasi dan 1 strip narkoba jenis Happy V. Akibatnya, Jennifer pun divonis hukuman 4 tahun penjara. Ia kemudian dibebaskan pada Juni 2012.

 

Tidak hanya melanggar hukum, memiliki dan mengonsumsi ekstasi dan Happy V juga berdampak negatif pada tubuh, otak, dan juga fisikmu. Mau tahu apa saja? Yuk, cek informasinya di sini!

 

Ekstasi Awalnya Diciptakan untuk Diet

Pada mulanya, ekstasi dibuat oleh perusahaan farmasi Jerman, Merck. Obat ini diciptakan pada tahun 1912 untuk meningkatkan mood dan diet. Ekstasi adalah Methylenediozymethamphetamine (MDMA), yang berfungsi sebagai obat psikoaktif dan memiliki zat stimulan yang sama dengan metafetamine. Senyawa ini dapat membuat penggunanya menjadi sangat aktif dan berhalusinasi.

 

Kemudian, MDMA digunakan oleh tentara Amerika pada tahun 1953 dalam uji coba perang. Obat ini muncul kembali di tahun 1960-an sebagai obat psikoterapi untuk menurunkan inhibisi (hambatan otot-otot dalam bekerja). Pada tahun 1970-an, MDMA mulai dikenal penggunaannya sebagai narkoba. Namun pada tahun 1985, AS Drug Enforcement (DEA) melarang penggunaan obat ini, karena potensinya sebagai agen perusak otak.

 

Ekstasi biasanya tersedia dalam bentuk pil dengan berbagai macam pilihan warna. Ada pula yang berbentuk bubuk atau kapsul. Biasanya efek dari mengonsumsi ekstasi akan terlihat 30-45 menit setelah diminum. Efek jangka pendek dapat bertahan selama 6 jam, yaitu berupa:

  • Menurunnya nafsu makan.
  • Insomnia.
  • Pusing dan demam.
  • Kram otot.
  • Tremor.
  • Pengelihatan buram.
  • Berkeringat dingin.
  • Penglihatan buram.
  • Meningkatnya denyut jantung.
  • Menegangnya mulut, wajah, dan dagu.
Baca juga: Narkoba, Dapat Membuat Sakau Hingga Merusak Otak!

 

Para peneliti percaya bahwa ekstasi dapat menyebabkan kebocoran serotonin di otak. Tanpa berfungsinya neurotransmitter, kondisi seperti depresi, kecemasan, insomnia, dan kehilangan memori akan lebih mungkin terjadi. Kondisi ini akan muncul dalam jangka panjang, meski penggunaannya telah berakhir. Efek terhadap psikologis dan fisik yang dihasilkan dari penggunaan ekstasi jangka panjang adalah:

  • Meningkatkan kecanduan.
  • Serangan panik.
  • Insomnia.
  • Ketidakmampuan untuk membedakan realita dan fantasi.
  • Delusi paranoid.
  • Depresi.

 

Kecanduan yang dialami oleh pengguna ekstasi dapat amat berlebihan, sehingga ia akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan ekstasi, misalnya mencuri, mengancam, dan sebagainya.

 

Happy V Justru Membuat Penggunanya Sering Emosi

Happy five atau yang bisa disebut dengan ‘halima’ merupakan sebutan untuk nimetazepam, psikotropika golongan IV. Narkoba jenis ini konon katanya dibuat pertama kali oleh orang Jepang, agar warga Jepang lebih aktif dalam bekerja dan beraktivitas. Dinamakan Happy V karena memiliki efek senang bagi orang yang mengonsumsinya.

 

Mengonsumsi happy V memiliki efek yang hampir serupa dengan ekstasi, hanya saja dalam dosis yang berbeda. Happy V membuat penggunanya lebih aktif, delusional, kram otot, hingga meningkatkan denyut jantung. Gejala seseorang yang mengonsumsi happy V adalah sulit tidur, mual, muntah, denyut nadi lebih cepat, dan keringat yang berlebihan.

 

Efek jangka panjang yang dihasilkan ketika seseorang sering mengonsumsi Happy V antara lain perubahan perasaan, mental, dan perilaku, menurunkan kerja otak, serta menimbulkan halusinasi dan ketergantungan. Jika dikonsumsi jangka panjang, bukannya merasa bahagia, pengguna Happy V malah menjadi lebih sering marah dan emosi.

 

Apapun jenis narkoba yang dikonsumsi, selama menimbulkan efek tidak sadarkan diri, ketergantungan, mengubah perilaku, dan membuat berhalusinasi, maka sangat tidak baik untuk dikonsumsi. Banyak pengguna yang melaporkan berbagai emosi yang dihasilkan dari menggunakan narkoba jenis ekstasi dan Happy V, seperti kegelisahan, kecemasan, mudah marah, kesedihan, depresi, gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan murung.

Baca juga: Tips Supaya Tidak Terjerumus Narkoba

 

Apalagi jika orang tersebut mengonsumsi ekstasi atau Happy V secara berlebihan, ini dapat menyebabkan overdosis (OD), menimbulkan gejala tekanan darah tinggi, memperburuk efek racun radiovaskular, pingsan, serangan panik, dan pada kasus yang berat bisa mengakibatkan kehilangan kesadaran serta kejang. (AD/AS)