Pernahkah Geng Sehat mendengar tentang kanker lidah? Berdasarkan data WHO tahun 2017, jumlah penderita kanker di dunia mencapai 7 juta jiwa, dan 5 juta jiwa di antaranya tidak dapat bertahan hidup. Dari jumlah tersebut, menurut info dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, hanya ada sekitar 30 ribu kasus kanker oral yang terjadi di dunia setiap tahun.

 

Salah satu jenis kanker oral yang masih sangat jarang terjadi di Indonesia adalah kanker lidah. Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia pada tanggal 4 Februari 2018, telusuri yuk penjelasan tentang penyebab dan penanganan kanker lidah. Simak pula hasil wawancara eksklusif GueSehat dengan Rezy Selvia Dewi tentang kisah suaminya, Andrie Kurnia Farid, yang menutup usia setelah setahun melawan kanker lidah.

Baca juga: Sariawan Tak Kunjung Sembuh? Jangan-jangan Kanker Mulut!

 

Apa itu Kanker Lidah?

Menurut informasi dari Oral Cancer Foundation, penderita kanker lidah dan kanker mulut pada umumnya tidak akan menyadari penyakit ini sampai akhirnya kanker sudah memasuk stadium 4. Kanker lidah merupakan jenis kanker yang pertumbuhan sel-sel kankernya menyerang bagian depan lidah.

 

Kanker lidah biasanya berkembang di sel skuamosa, yaitu sel tipis dan datar yang ada di permukaan lidah, hidung, laring, tiroid, dan tenggorokan. Karena kanker lidah paling sering menyerang sel-sel skuamosa, maka kanker ini juga sering disebut sebagai kanker sel skuamosa.

 

Gejala Umum Kanker Lidah

Gejala kanker lidah sangat mirip dengan gejala kanker mulut lainnya. Berikut beberapa hal yang bisa diidentifikasi sebagai tanda-tanda kanker lidah, sebagaimana dilansir dari faktakanker.com.

  • Sakit tenggorokan. Sakit tenggorokan yang dirasakan oleh penderita kanker lidah biasanya sering terjadi di tempat yang sama dengan lokasi sakit amandel, sehingga gejala ini kerap disalahartikan. Bedanya, nyeri tenggorokan ini tidak kunjung hilang, meskipun telah diobati dengan antibiotik. Hal ini tentunya wajar, karena dibutuhkan lebih dari sekadar antibiotik untuk membunuh sel kanker.
  • Sulit mengecap cita rasa makanan. Sel-sel kanker yang berkembang pada lidah menyebabkan otak kehilangan fungsi untuk menerjemahkan rasa, sehingga penderita kesulitan mengecap berbagai rasa makanan.
  • Muncul bercak-bercak putih pada lidah. Bercak yang muncul berupa titik-titik berwarna merah atau putih, yang sangat mirip dengan bercak seriawan. Namun, lagi-lagi bercak putih ini tidak akan mempan diobati oleh obat seriawan. Bercak yang muncul akibat kanker lidah akan bertahan dalam waktu yang sangat lama. Tak jarang juga terjadi perdarahan akibat persegekan dengan makanan.
  • Seriawan berkepanjangan. Penderita kanker lidah hampir setiap hari akan mengalami seriawan yang amat mengganggu. Alih-alih kekurangan vitamin B, seriawan dirasakan oleh penderita akibat perkembangan sel kanker yang semakin pesat. Waspadai selalu nyeri seriawan yang sudah berlangsung lebih dari 2 minggu. Segera periksakan ke dokter, karena gejala seperti itu merupakan indikasi adanya hal tidak normal yang sedang terjadi pada lidah dan organ mulut penderita.
  • Perubahan suara. Kanker lidah dapat memengaruhi suara penderitanya. Jika sel kanker tumbuh di pangkal lidah, maka kondisi ini dapat membuat suara penderita kanker lidah menjadi lebih lemah atau nyaring.
  • Lidah sering terluka. Normalnya, lidah tidak mudah terluka. Namun saat seseorang terkena kanker lidah, sel-sel lidah akan mengalami gangguan. Lidah pun jadi gampang terluka.
  • Muncul benjolan pada lidah. Benjolan yang muncul di lidah menandakan sel-sel kanker yang tumbuh dengan sangat cepat. Dalam beberapa kasus, benjolan yang tumbuh di lidah ini dapat mengeras. Ini mempersulit penderita kanker lidah untuk membuka dan menutup mulut, apalagi untuk mengunyah makanan.
  • Susah makan. Luka dan benjolan di lidah akan sangat mengurangi nafsu makan penderita kanker dari hari ke hari. Inilah faktor utama yang sangat memicu terjadinya penurunan berat badan yang drastis pada penderita kanker lidah.
  • Sakit gusi. Nyeri gusi akan dirasakan jika sel kanker sudah sangat berkembang dan menyebar ke bagian tubuh, selain lidah. Jika sel kanker telah menyebar ke wilayah gusi, maka hal selanjutnya yang harus diwaspadai adalah potensi kanker gusi.
  • Gigi mudah copot dan tidak kokoh. Dampak kanker lidah juga akan memengaruhi cengkeraman gigi pada gusi. Normalnya, gigi manusia tertancap kuat, tidak mudah goyang, apalagi terlepas dari gusi. Hal ini tidak berlaku pada penderita kanker lidah. Sel kanker membuat daya cengkeram gusi menjadi lemah. Akibatnya, gigi pun mudah goyang dan copot. Bila dibiarkan, lama-kelamaan tidak ada lagi gigi yang tersisa untuk mengunyah. Penurunan kesehatan gigi dan gusi inilah kondisi yang paling memprihatinkan dari penderita kanker lidah.
Baca juga: Cara Merawat Mulut agar Tetap Sehat dan Bersih

 

Penyebab Kanker Lidah

Secara umum, kanker lidah lebih berisiko terjadi pada pria berusia lanjut, yaitu sekitar 40 tahun ke atas. Meskipun demikian, beberapa riset mengungkapkan bahwa kanker lidah juga pernah terjadi pada wanita ataupun pria berusia di bawah 30 tahun. Secara garis besar, berikut beberapa penyebab utama kanker lidah:

  • Perokok akut. Kebiasaan merokok menyumbangkan risiko lima kali lebih besar untuk terjangkit virus kanker lidah daripada bukan perokok. Sekitar 85 persen kasus kanker lidah disebabkan oleh asupan tembakau dari perokok aktif. Perokok pasif juga bisa terkena kanker lidah jika terlalu sering terpapar asap rokok dalam jangka waktu lama.
  • Alkoholik. Mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak, apalagi jika digabungkan dengan kebiasaan merokok, akan semakin meningkatkan potensi terkena kanker lidah.
  • Terpapar penyakit menular seksual, seperti sifilis dan human papillomavirus (HPV). Penyakit HPV 16 dan HPV 18 sangat berpotensi meningkatkan risiko kanker lidah. Virus HPV bisa menyebabkan pertumbuhan jaringan abnormal dalam mulut, hingga terjadi kanker lidah. Penularan ini bisa terjadi jika seseorang mengalami kontak fisik dengan kulit penderita HPV atau benda yang terkontaminasi virus HPV.
  • Mengidap penyakit kerusakan jaringan parut di hati (sirosis hati).
  • Pemasangan gigi palsu yang tidak pas. Pemasangan gigi palsu membutuhkan prosedur khusus yang harus dilakukan oleh dokter gigi. Dampak pemasangan yang tidak tepat dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan infeksi dan efek samping yang merugikan, contohnya kanker lidah.
  • Kebersihan mulut yang buruk. Dilansir dari healthline.com, iritasi yang terjadi berkelanjutan dari gigi bergerigi dapat memicu munculnya kanker lidah. Selain itu, gigi yang tidak terawat dengan baik dapat meningkatkan risiko kanker lidah. Bila terjadi luka akibat patahan gigi yang melukai bagian lidah atau mulut sehingga mengakibatkan munculnya seriawan yang tak kunjung sembuh, kondisi ini dapat mencetuskan pertumbuhan sel kanker lidah.

 

Penanganan Kanker Lidah

Pengobatan kanker lidah umum meliputi beberapa opsi, di antaranya:

  • Operasi pengangkatan seluruh tumor merupakan satu-satunya teknik pengobatan yang dianjurkan untuk penderita kanker lidah. Jika tumornya besar dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening di leher, dokter bedah dapat merekomendasikan pengangkatan kelenjar getah bening yang terkena di leher.
  • Terapi radiasi ke jaringan sel yang terkena kanker lidah. Ahli onkologi akan memberikan radiasi berdosis tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
  • Kemoterapi. Pengobatan yang menggunakan obat antikanker ini sering kali dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk menghancurkan sel kanker di seluruh tubuh.
  • Terapi obat untuk mencegah pertumbuhan sel pada tingkat molekuler.

 

Kisah Penderita Kanker Lidah melalui Penuturan Istri Tercinta

Rezy Selvia Dewi tidak pernah menduga kanker lidah yang mengenai suaminya berawal dari seriawan. Penyakit yang begitu sering dianggap sepele ini dialami oleh Andrie Kurnia Farid, suami dari Rezy, selama lebih dari 2 minggu. Rezy tidak terlalu mengindahkannya.

 

“Saya pikir, itu hanya sakit seriawan biasa,” ungkapnya. April 2016, Andrie memeriksakan seriawannya. Hasil medical check up menunjukkan bahwa Andrie hanya kekurangan nutrisi. Dokter tidak menemukan masalah yang patut dikhawatirkan. 

 

Tiga minggu berselang, seriawan tak juga hilang. Keluhan yang dirasakan oleh Andrie justru bertambah. Ia kerap pusing dan semakin tidak nyaman dengan nyeri telinga yang intens. Andrie pun kembali mengunjungi dokter. Lagi-lagi, dokter hanya bilang bahwa semua itu hanya akibat seriawan. Andrie disarankan untuk meminum obat dan menggunakan salep, sambil menambah asupan sayur serta buah.

 

Saat Andrie sudah kehabisan antibiotik, nyeri seriawan tetap meradang. Andrie belum bosan untuk kembali bertanya kepada dokter. Bedanya, kali ini dokter merujuk Andrie ke dokter bedah mulut. Beliau mencurigai ada masalah dengan gigi Andrie. Kekhawatiran itu rupanya beralasan. Dokter bedah mulut menemukan pertumbuhan gigi bungsu yang abnormal sehingga harus lekas dioperasi. Andrie pun kembali menurut.

 

Dampak sakit ini terus terasa hingga bulan Ramadan datang pada Juni 2016. Andrie heran, mengapa setelah operasi pencabutan gigi, ia malah jadi sulit menelan dan lidahnya susah digerakkan. Setelah melakukan 6 kali pemeriksaan fisioterapi lidah, Andrie mulai lelah menuruti saran dokter saraf untuk melakukan pemeriksaan MRI. Meskipun pemeriksaan tersebut ditanggung oleh perusahaan asuransi, tidak terbayang rasanya bagi Andrie untuk bolak-balik ke rumah sakit menjelang persiapan mudik ke Tasikmalaya untuk perayaan Idul Fitri.

 

Akhir Juli 2016, tepatnya usai libur Lebaran, Andrie justru menemukan benjolan di lidahnya. Sebagai istri, kecemasan Rezy pun semakin tidak keruan, karena seriawan dan sakit kepala yang Andrie keluhkan belum juga hilang. Dokter pun langsung memilih tindakan operasi agar benjolan tersebut bisa diperiksa lebih lanjut.

 

Tanggal 13 Agustus 2016 menjadi jadwal kunjungan ke dokter yang mengubah hidup Andrie dan Rezy. Hasil laboratorium dan tes PA sudah keluar. Andrie positif mengidap kanker lidah. Semuanya mendadak terasa gelap.

 

Rezy tidak pernah menduga kalau suaminya harus divonis kanker lidah pada usia yang begitu muda. Padahal, mereka baru saja memutuskan untuk menambah momongan. Serangkaian pemeriksaan di Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit Siloam menunjukkan ¾ lidah Andrie sudah terkena kanker stadium 4, sehingga harus segera dilakukan operasi pengangkatan lidah. Ia pun harus mengikuti 30 kali pengobatan radiasi juga kemoterapi sebanyak 3 kali.

 

Namun, pihak keluarga tidak sepakat dengan ide kemoterapi dan radiasi. Ada begitu banyak pertimbangan yang akhirnya membuat Andrie dan Rezy memilih untuk menuruti keluarga. Awal September 2016, mengingat kondisi Andrie yang tidak bisa bekerja lagi, mereka pun mantap pulang ke Tasikmalaya untuk mencoba metode pengobatan herbal demi kesembuhan Andrie.

 

Lima bulan menenggak ramuan, rebusan herbal, dan jus sayur, Andrie tak kunjung sembuh. Berat badannya menurun drastis dari 65 kg menjadi hanya 40 kg. Tidak ada asupan yang bisa dimakan, muntah darah pun cukup sering terjadi.

 

Ikhtiar melalui obat herbal, dirasakan sudah cukup bagi Andrie dan Rezy. Saat Andrie mengalami anemia parah, Hb darahnya hanya menunjukkan angka 5, di bulan Januari 2017, mereka sadar sudah saatnya kembali pada perawatan medis.

 

Menurut dokter onkologi di RS Jasa Kartini, Tasikmalaya, radiasi dan kemoterapi harus segera diberikan pada Andrie. Meskipun tahapan perawatan medis pada saat itu hanya bisa dilakukan untuk memperlambat pertumbuhan kanker, bukan untuk mengobati.

 

Hitungan mundur menuju kepergian Andrie sejak saat itu seolah dimulai bagi Rezy. Hanya ketegaran dan tawakal yang menjadi bekalnya mendampingi jadwal kemoterapi Andrie. Kondisi kehamilan anak ke-2 yang kian membesar, tidak menyurutkan semangat Rezy untuk menemani Andrie melanjutkan pengobatan radiasi di RS Santosa, Bandung.

 

Setelah kelahiran putri mereka, berbagai pengobatan seperti operasi gastronomi dan operasi pemasangan selang di perut, tetap diupayakan untuk kelangsungan hidup Andrie. Dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain, bahkan hingga Andrie tidak bisa berbicara lagi. Perjuangan Andrie berakhir di RSCM Jakarta pada 22 Juli 2017. Andrie berpulang dengan tenang pada usia 29 tahun, di sisi Rezy yang tak pernah sekalipun alpa mendampinginya.

 

Semoga pengalaman Andrie dan kesabaran Rezy menjadi motivasi yang inspiratif untuk semakin mengedepankan gaya hidup sehat. Dalam sesi wawancara dengan GueSehat, Rezy berharap siapapun bisa mengambil pelajaran dari perjuangan suaminya melawan kanker lidah.

 

“Jaga pola hidup, jangan lupa makanlah yang teratur dan istirahat yang cukup. Sayangi tubuh dan keluarga Kamu dengan berhenti merokok,” ujarnya. Pesan ini selalu Rezy berikan setelah mengetahui bahwa rokok lah yang menjadi pencetus utama virus kanker lidah yang dialami Andrie. Semasa menjalani masa pengobatan kanker lidah, melalui akun social medianya, Andrie juga telah menginspirasi banyak orang untuk stop merokok. Ia kerap memakai kaus lengan pendek bertuliskan 'Perokok Pensiun' serta berbagi tagar #MelawanKanker, #NeverGiveUp, dan #SelaluBersyukur.

 

Menurut Rezy, sedapat mungkin jauhi pola hidup tidak sehat, pola makan yang tidak teratur, konsumsi makanan instan berlebih, kebiasaan benci makan sayur, stres dan kelelahan akibat target pekerjaan, serta jarang berolahraga. (TA/AS)

Baca juga: Lakukan 5 Hal Ini untuk Membantu Berhenti Merokok