Masih percaya kalau memijat hidung bisa membuat hidung bayi mancung? Yuk, baca kebenarannya di sini.

 

Memijat Hidung Bayi Tidak Disarankan

“Sambil mandiin atau nyusuin bayi, coba ditarik-tarik hidungnya biar bayi mancung.” Kira-kira seperti itu yang biasa disarankan oleh kakek-nenek untuk cucunya. Apakah Mums juga mendapatkan saran serupa?

 

Tips perawatan bayi yang diteruskan secara turun-temurun memang beragam bentuknya, yang umumnya bertujuan demi membuat penampilan si Kecil semakin baik. Namun tunggu dulu, trik memijat hidung ini nyatanya tidak disarankan, lho.

 

Bukan rahasia lagi, bentuk hidung bayi sudah ditentukan oleh genetik kedua orang tuanya. Jadi, mencubit, menarik, atau memijat hidung tidak akan mengubah tampilannya. Sebaliknya, Mums malah bisa menyakiti si Kecil dan membuatnya tidak nyaman.

 

Perlu diketahui pula, hidung bayi merupakan salah satu organ yang terbentuk di awal-awal kehamilan, yaitu pada kehamilan usia sekitar tujuh hingga delapan minggu. Lalu menjelang akhir kehamilan, sebagian besar elemen dasar hidung bayi sudah terbentuk, tetapi tidak sepenuhnya.

 

Sama seperti kepala, hidung bayi pun cenderung sedikit terjepit atau rata saat keluar melalui jalan lahir. Inilah yang membuat bayi baru lahir memiliki hidung yang rata atau bulat. Namun tenang saja, seiring waktu, hidungnya perlahan akan berbentuk normal.

 

Pertimbangan lain mengapa mencubit hidung bayi tidak disarankan adalah karena diperlukan waktu hingga beberapa bulan untuk jembatan hidung bayi berkembang sepenuhnya. Menarik atau memijat hidungnya justru dapat memengaruhi proses ini. Dalam kasus ekstrem, bahkan bisa melukai hidungnya dan memerlukan perhatian medis. Jadi, sebaiknya biarkan hidung bayi tumbuh dengan sendirinya, ya.

 

Baca juga: Menunda Pemotongan Tali Pusat Bayi Baru Lahir, Apa Manfaatnya? 

 

 

Mengapa Bentuk Hidung Penting?

Manusia memiliki organ hidung untuk bernapas sekaligus penyempurna penampilan. Namun, tujuan hidung melampaui penciuman dan pernapasan, lho. Perlu diketahui, organ hidung sangat berjasa untuk membantu menghangatkan dan melembapkan udara sebelum mencapai paru-paru. Pasalnya, tingkat suhu dan kelembapan yang tepat akan membantu sel-sel kecil seperti rambut yang melapisi saluran pernapasan mencegah kuman dan alergen masuk.

 

Faktanya, hidung sangat pandai mengatur suhu udara dan tingkat kelembapan, sehingga udara yang dihirup mencapai suhu dan tingkat kelembapan ideal saat mencapai bagian belakang tenggorokan. Jika udara yang dihirup panas dan lembap, tidak perlu terlalu diubah. Sebaliknya, udara sejuk dan kering perlu dihangatkan dan kelembapan harus ditambahkan. 

  

Baca juga: Mums, Kenali Manfaat Tummy Time bagi Bayi dan Cara Tepat Melakukannya 

 

Bentuk hidung juga ada kaitannya dengan suhu udara yang dihirup. Lubang hidung yang lebih sempit dapat membantu memfasilitasi udara yang dingin dan kering, sehingga lebih bermanfaat bagi manusia di iklim dingin dan kering. Sementara, manusia dengan hidung pendek dan lebar banyak ditemukan di daerah yang panas dan lembap. 

 

Kesimpulan ini didapat dari studi yang dipublikasikan pada PLOS Genetics tahun 2017. Para peneliti menggunakan pencitraan wajah 3D untuk mengukur hidung lebih dari 2.600 peserta dari Afrika Barat, Asia Selatan, Asia Timur, dan Eropa Utara.

 

Para peneliti meneliti hidung, mengukur lebar lubang hidung, jarak antara lubang hidung, tinggi hidung, panjang pangkal hidung, tonjolan hidung, dan area lubang hidung. Selain itu, para peneliti memperkirakan keturunan masing-masing peserta menggunakan tes genetik.

 

Di sinilah kemudian ditemukan bahwa dua ukuran hidung, yaitu lebar lubang hidung dan lebar hidung di pangkalnya, berkaitan dengan iklim. Orang dengan lubang hidung yang lebih lebar cenderung hidup di iklim panas dan lembap. Sedangkan, orang dengan lubang hidung yang lebih sempit lebih mungkin hidup di iklim dingin dan kering. Tak heran, ras Kaukasia atau orang bule yang tinggal di negara 4 musim memiliki hidung yang lebih mancung dan tulang hidung yang tinggi, ya! (AS)

 

Baca juga: 15.000 Bayi Baru Lahir Alami Penyakit Jantung Bawaan, Apakah Bisa Dicegah?

  

Referensi

Baby Center. Pinching Baby’s Nose

Live Science. Nose Shape Climate Evolution