Tak hanya berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi merupakan indikator pertumbuhan yang penting untuk diukur. Namun, benarkah bayi dengan panjang badan yang baik, akan tumbuh menjadi anak yang tinggi? Ini infonya.

 

Panjang Lahir Berpengaruh pada Tingginya saat Dewasa?

Di kepercayaan orang tua zaman dahulu, bayi dengan panjang lahir mencapai 50 cm atau terlihat memiliki tungkai kaki yang panjang, diprediksi akan tumbuh menjadi anak yang tinggi. Jika mengambil dari sisi baiknya, kepercayaan itu adalah sebuah doa yang tak ada salahnya diaminkan. Namun perlu diluruskan juga, nyatanya panjang lahir bayi tidak bisa menjadi indikator berapa tingginya saat dewasa nanti.

 

Bila mundur ke belakang saat bayi masih di dalam kandungan, ukuran janin sangat ditentukan oleh kesehatan plasenta. Karena, tugas utama plasenta adalah melindungi dan menyediakan nutrisi bagi janin yang sedang tumbuh. Tentu saja, ada faktor lain selama kehamilan yang juga dapat memengaruhi pertumbuhan janin. Misalnya, bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes gestasional selama kehamilan, seringkali lebih besar dari rata-rata sebagai akibat dari kadar glukosa darah tinggi.

 

Namun begitu bayi keluar dari rahim, semua bisa berubah. Bayi yang terlahir dengan berat mencapai atau lebih 4000 gram, bisa saja akan segera turun seiring masa pertumbuhannya. Hal ini sama saja seperti bayi yang terlahir kecil atau dengan berat badan rata-rata, tetap dapat tumbuh dengan cepat dan mendapatkan persentil dalam dua tahun pertama kehidupan.

 

Jadi dengan semua faktor yang berbeda-beda (variabilitas) ini, bisa dibilang tak ada yang bisa memprediksi secara pasti tinggi badan anak di masa depan. Dengan kata lain, bayi yang terlahir panjang belum tentu menjadi orang dewasa yang tinggi, begitu pula dengan bayi yang pendek tidak pasti akan tumbuh menjadi orang yang bertubuh kecil.

 

 

Baca juga: Mums, Yuk Kenali Refleks Rooting pada Bayi

 

 

 

 

 

 

Faktor-Faktor yang Dapat Memengaruhi Tinggi Badan

Gen memiliki pengaruh terbesar pada tinggi badan anak saat dewasa. Bahkan, menurut National Institutes of Health (NIH), para ahli percaya bahwa sekitar 80% tinggi badan seseorang ditentukan oleh DNA.

 

Di luar genetik, ada faktor lain seperti kesehatan secara keseluruhan yang dapat memengaruhi tinggi badan. Di antaranya adalah:

 

 

  • Nutrisi

 

Tanpa pola makan yang baik, anak-anak tidak akan tumbuh normal. Dimulai sejak 6 bulan pertama kehidupannya, berikan ASI eksklusif atau susu formula sesuai dengan arahan dokter anak. Setelah anak mulai makan makanan padat, fokuslah untuk memastikan si Kecil mengonsumsi kalori padat nutrisi dari berbagai makanan.

 

Masalah yang umum terjadi terkait nutrisi untuk bayi dan balita di antaranya adalah susu formula bayi yang tidak mengikuti aturan pemakaian, sehingga anak tidak mendapatkan cukup kalori. Setelah itu ketika anak sudah memasuki masa makan makanan padat, pastikan bahwa minuman seperti susu dan jus tidak mengganggu nafsu makannya dan menggantikan makanan bergizi dari makanan lengkap.

 

 

  • Kondisi medis

 

Beberapa anak dilahirkan dengan atau mengalami kondisi medis serius yang dapat menghambat pertumbuhan jika tidak diobati. Yang paling umum adalah gangguan pencernaan seperti penyakit celiac, alergi makanan, masalah tiroid, kekurangan hormon, kelainan kromosom tertentu, serta penyakit jantung, ginjal, atau hati.

 

Obat-obatan yang diresepkan untuk mengobati kondisi masa kanak-kanak juga harus dipantau secara ketat. Misalnya, stimulan yang diresepkan untuk masalah anak hiperaktif dan kesulitan berkonsentrasi atau biasa disebut attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), telah ditemukan mempengaruhi pertumbuhan. 

 

 

Baca juga: Bayi Tak Usah Diselimuti saat Tidur, Ini Alasannya

 

 

 

 

 

Pastikan anak tidur nyenyak setiap malam. Pasalnya, sekitar 70-80% hormon pertumbuhan disekresikan selama tidur.

 

 

  • Kesejahteraan emosional

 

Anak-anak mencapai potensi pertumbuhan penuh mereka ketika ia berada dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih, pola asuh yang baik dan sosok orang tua yang suportif. Pengabaian emosional dan ketegangan atau kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan. Kondisi ini disebut sebagai kegagalan pertumbuhan psikososial (psycho-social growth failure). Walau kasusnya sangat jarang, tetapi konsekuensinya sama nyatanya dengan malnutrisi. (IS)

 

 

Baca juga: Area Kulit Bekas Vaksin BCG Muncul Bisul? Begini Cara Mengatasinya!

 

 

Referensi:

Parents. How Tall Will My Child Be?

Romper. Signs Baby Going to Be Tall