Sebagai penyakit kronis dengan prevalansi terbanyak di dunia, penyakit jantung atau kardiovaskular memang membutuhkan penanganan medis yang serius. Pasalnya, masalah pada organ jantung itu bisa berakibat sangat fatal dan berisiko tinggi pada kematian.

 

Pada penyakit kardiovaskular, masalah utama yang umum terjadi adalah tersumbatnya arteri koroner. Padahal, arteri koroner memiliki fungsi penting memberi makan dan oksigen ke jantung. Jika terjadi penyumbatan atau penyempitan di arteri koroner, maka pasokan darah juga berkurang. Akhirnya, lama kelamaan jantung tidak sehat dan mengalami kerusakan permanen.

 

"Kasus seperti ini sangat sering terjadi di Indonesia. Sayangnya, orang itu biasanya lebih memilih menerima nasib saja karena takut ke dokter dan dioperasi." kata dr. Wishnu Aditya, Sp. JP (K), FIHA di acara Press Conference RSPI "Solusi Minimal Invasive" di Jakarta belum lama ini.

 

Kata operasi memang banyak ditakuti masyarakat Indonesia. Pasalnya, bayangan operasi di masyarakat adalah pembedahan besar yang membutuhkan banyak tenaga medis. Padahal, teknologi di bidang medis juga semakin berkembang.

 

Saat ini, banyak kondisi kronis yang bisa ditangani tanpa harus dioperasi, yaitu dengan menggunakan prosedur minimal invasif. Pada kardiovaskular sekalipun, sangat banyak kondisi yang bisa ditangani dengan prosedur minimal invasif. Berikut penjelasan lengkap dari dr. Wishnu Aditya!

 

Baca juga: Pemicu Serangan Jantung yang Tidak Disangka

 

Tindakan Bedah Minimal Invasif pada Kardiovaskular

Dulu, apapun masalah jantungnya, hanya bisa diatasi dengan tindakan operasi. Artinya dilakukan bedah terbuka di area dada. Untuk kasus sederhana sekalipun, pasien harus menanggung risiko pendarahan, anestesi umum, dan menjalani pemulihan yang cukup lama setelah pembedahan. Tapi sekarang, bedah invasif dapat dihindari, karena hampir semua kondisi kardiovaskular bisa ditangani dengan prosedur minimal invasif.

 

"Sekitar 75% dari seluruh kasus jantung koroner dan pemasangan ring (stent) bisa diselesaikan dengan tindakan intervensi non-bedah atau minimal invasif," kara dr. Wishnu. Prosedur minimal invasif ini tidak menggunakan pembedahan, melainkan memanfaatkan akses pembuluh darah tubuh untuk mencapai jantung. Alat yang dimasukkan juga berukuran kecil sehingga bisa masuk melalui pembuluh darah menuju jantung. Prosedur minimal invasif ini juga biasa disebut kateterisasi jantung.

 

 

Pemeriksaan dan Pemasangan Ring

Jika dokter sudah mencurigai pasien memiliki masalah jantung koroner akibat penyumbatan, biasanya ia akan melakukan pemeriksaan lebih dalam. Tahap pertamanya adalah pemeriksaan dengan memanfaatkan kateterisasi koroner jantung. Dokter akan menyuntikkan anestesi lokal di area yang akan diakses, jadi selama penanganan medis pasien tetap sadar dan bisa berkomunikasi. Kemudian, dilakukan pemasangan Arterial Sheath, alat dimana kateter diletakkan untuk mengakses pembuluh darah. 

 

Lalu, kateter dimasukkan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner jantung. Kemudian, dokter akan melihat organ dalam pasien menggunakan alat C-Arm yang mengeluarkan radiasi. Dari sini bisa terlihat mana pembuluh darah yang mengalami penyumbatan.

 

Jika ditemukan penyumbatan, maka bisa langsung dilakukan prosedur pemasangan stent. Dokter akan menggunakan alat yang disebut pipa penuntun untuk memasukkan kawat halus dan lentur ke arah arteri yang tersumbat. Nantinya, kawat ini akan mempermudah jalan balon dan stent menuju ke area yang tersumbat.

 

Kemudian, balon yang diisi stent dimasukkan melewati kawat halus tadi, menuju area yang tersumbat. Jika sudah sampai, maka balonnya akan dikembangkan supaya pembuluh darah melebar dan tidak menyempit dan tersumbat lagi. Stent tersebut juga ikut mengembang dan akan akan berada di area itu untuk menjaga agar tidak ada penyumbatan dan penyempitan lagi.

 

Stent tersebut sudah dibuat dengan bahan yang aman untuk tubuh dan fleksibel, sehingga memungkinkan darah untuk melewati bagian dalamnya. Lama kelamaan, stent akan terlapisi endotel pembuluh darah normal, sehingga akan menyatu dengan arteri.

 

Baca juga: Macam-macam Pengobatan untuk Penyakit Jantung

 

Keuntungan Minimal Invasif Kardiovaskular

Prosedur ini sangat berbeda dengan prosedur operasi terbuka pada jantung. Selama proses pemeriksaan dan penanaman stent, pasien berada dalam keadaan sadar. Selain itu, risiko pendarahan pun sangat sedikit bahkan tidak ada. Pasien hanya menerima sedikit sayatan untuk memasukkan kateter.

 

Pasien juga boleh pulang di hari yang sama jika prosedurnya berjalan lancar. Oleh sebab itu, prosedur minimal invasif ini juga lebih menghemat biaya ketimbang operasi bedah jantung yang mengharuskan pasiennya untuk menjalani pemulihan intensif di rumah sakit selama berhari-hari.

 

Biasanya, dianjurkan dilakukan observasi selama satu hari jika pasien memiliki kondisi khusus. Namun, jika lancar dan tidak ada masalah, pasien bisa langsung kembali beraktivitas keesokan harinya.

 

Baca juga: Jenis Makanan Ini Bisa Menurunkan Risiko Penyakit Jantung

 

Intinya, prosedur minimal invasif adalah pilihan penanganan medis di bidang kardiovaskular yang lebih simpel dan nyaman untuk pasien. Selain memiliki risiko yang lebih rendah ketimbang operasi bedah jantung biasa, minimal invasif juga tidak menyita waktu dan lebih menghemat biaya. (UH/AY)

 

 

 6 Cara Menjaga jantung tetap sehat