Pengobatan Autoimun

Beberapa penyakit autoimun memang tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, sejumlah pengobatan bisa dilakukan untuk meredakan gejala dan efek samping, serta mengontrol kondisinya, sehingga pasien bisa menjalani hidup sehat dan beraktivitas normal.

Pengobatan untuk penyakit autoimun beragam sesuai dengan jenis-jenis penyakitnya. Pengobatan umumnya terdiri dari obat oral atau minum (seperti obat anti-inflamasi kortikosteroid, imunosupresan), infus (seperti immunoglobulin intravena), plasmaferesis, atau operasi.

 

Yang Perlu Diketahui Tentang Immunoglobulin Intravena

Immunoglobulin intravena adalah imunoglobulin yang sudah disterilkan dan diperoleh dari kumpulan plasma beberapa ribu pendonor sehat. Pengobatan ini berupa larutan infus siap pakai. Orang dewasa maupun anak-anak penderita penyakit autoimun bisa diberikan pengobatan ini.

Biasanya, dokter merekomendasikan pengobatan immunoglobulin ketimbang jenis pengobatan lain untuk pasien autoimun karena sejumlah alasan. Misalnya saja, untuk obat oral seperti kortikosteroid, efek sampingnya tidak baik jika digunakan dalam jangka panjang. Demikian juga, jika dibandingkan, plasmaferesis dan immunoglobulin intravena, maka dokter akan lebih merekomendasikan pengobatan immunoglobulin intravena karena dinilai lebih simpel dan tidak invasif.

 

Penyakit autoimun apa yang dapat diobati dengan Immunoglobulin Intravena? 

Di Indonesia, salah satu penyakit autoimun yang umum adalah penyakit Kawasaki. Tujuan utama dari pengobatan penyakit Kawasaki adalah untuk mencegah kerusakan pembuluh arteri koroner dan meredakan gejala-gejalanya. Hal tersebut bisa diatasi dengan menggunakan pengobatan immunoglobulin intravena. 

Selain penyakit Kawasaki, kasus GBS juga banyak ditemukan di Indonesia. Pada GBS, pasien bisa mengalami paralisis (lumpuh) secara progresif. Pengobatan immunoglobulin intravena juga terbukti efektif dalam mempercepat penyembuhan penderita GBS, supaya bisa kembali berjalan.

Selain Kawasaki dan GBS, ada sejumlah penyakit lainyang bisa diatasi dengan immunoglobulin intravena, seperti:

  • Orang yang terlahir dengan kondisi kekurangan imunoglobulin

  • Penderita kanker darah yang memiliki kadar imunoglobulin rendah dan mengalami infeksi berulang

  • Penderita CIDP atau Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (peradangan saraf tepi)

  • Penderita ITP atau Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (kekurangan keping darah)

 

Bagaimana cara kerja Immunoglobulin Intravena pada penyakit Kawasaki dan GBS?

Pengobatan immnunoglobulin intravena dilakukan secara infus intravena. Biasanya, dokter akan menentukan berapa jumlah immunoglobulin intravena yang diperlukan oleh pasien, sesuai dengan jenis penyakit, kondisi pasien, dan berat badan pasien. Pada awal infus, dokter akan memberikan immunoglobulin intravena dengan laju lambat. Jika pasien merespon dengan baik, dokter akan mempercepat lajunya secara bertahap.

Cara kerja immunoglobulin intravena pada penyakit Kawasaki dan GBS adalah dengan memodulasi atau mengatur sistem imun untuk kembali berfungsi normal. Dengan pengobatan immunoglobulin intravena yang tepat, maka aneurisma arteri koroner akibat penyakit Kawasaki bisa dicegah, demikian juga kelumpuhan akibat penyakit GBS.

 

Apakah ada efek sampingnya?

Pada umumnya, immunoglobulin intravena tidak menimbulkan efek samping yang signifikan. Kalaupun ada efek samping, biasanya hanya sebatas demam ringan, nyeri sendi ringan, dan sakit kepala ringan. Efek samping itu juga biasanya hanya dirasakan beberapa saat setelah penderita diinfus. Bahkan, beberapa pasien tidak merasakan efek samping sama sekali.



Baca juga: Hati-hati, Risiko Lupus Lebih Besar Pada Wanita!



Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa penyakit autoimun adalah penyakit langka. Namun demikian, jika didiagnosa dengan cepat dan diberikan pengobatan dengan tepat, pasien dapat disembuhkan dan kualitas hidupnya tetap terjaga dengan baik. (UH/AY)