Dalam perhelatan Piala Dunia 2018 kali ini, Uruguay tampil trengginas. Setidaknya salah satu wakil Amerika Selatan ini melaju sampai babak perempat final setelah menggulung Portugal di babak 16 besar. Di babak penyisihan, Uruguay tak terkalahkan bahkan tidak kebobolan satu gol pun dalam tiga pertandingan. Selain kekompakan tim dan penampilan cemerlang dua bintangnya, Luis Suarez dan Edinson Cavani, sosok penting di balik sukses Uruguay adalah sang pelatih, Oscar Tabarez. 

 

Jika Kamu mengikuti semua pertandingan yang dilakoni Uruguay, pasti langsung menangkap sosok tua yang duduk di bench tim Uruguay di sisi lapangan. Oscar Tabarez, saat ini tercatat sebagai pelatih tertua di Piala Dunia 2018 ini. Usianya sudah 71 tahun.

 

Setiap Luis Suarez dkk bertanding, Tabarez tidak banyak memberikan instruksi ke anak-anak asuhnya seperti pelatih lain. Hal ini karena keterbatasan fisik. Hanya sesekali ia berdiri dengan susah payah dan berjalan tertatih ke pinggir lapangan menggunakan bantuan tongkat yang menopang sisi kanan tubuhnya. Ya, Oscar Taberez menderita penyakit saraf langka, Gengs, yaitu Guillain Barre Syndrome atau GBS. Bagaimana ia tetap semangat melatih meski terkena penyakit langka? Ikuti yuk kisahnya:

 

Tentang GBS

Dilansir dari thesun.co.uk, Tabarez didiagnosis Guillain-Barre Syndrome sejak tahun 2016 lalu. GBS adalah penyakit serius dimana sistem imun tubuh menyerang sel-sel saraf sehingga terjadi kerusakan, dan penderitanya mengalami kelumpuhan. GBS adalah salah satu penyakit autoimun yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Namun dalam beberapa kesempatan, Tabarez hanya mengaku menderita neuropati, yaitu kerusakan sel-sel saraf tepi, biasanya karena komplikasi diabetes.

 

"Saat pertama kali didiagnosis, saya langsung berbicara dengan seluruh pimpinan tim Uruguay. Mereka harus tahu bahwa saya akan banyak berjalan dengan tongkat atau di bahkan atas kursi roda. Memang ada saatnya saya dapat berjalan tanpa bantuan, tetapi di saat yang lain saya tidak mampu melakukannya. Penyakit ini tidak mengubah apa yang menjadi tanggung jawab dan tugas saya sebagai pelatih, begitu pula hubungan dengan semua pemain tetap sama," ujarnya.

Baca juga: GBS (Guillain-Barre Syndrome), Penyakit Langka yang Diderita Ayyub Husin

 

 

 

Faktor risiko dan terapi untuk GBS

Laman mayoclinic menulis, tidak diketahui dengan jelas penyebab Guillain-Barre Syndrome. Diduga penyakit ini dipicu oleh infeksi, misalnya infeksi saluran pernapasan atau pencernaan. Meskipun belum ditemukan obat definitif untuk kesembuhan, GBS bisa diterapi untuk mengurangi gejala dan mempersingkat durasi penyakit. Salah satu terapi yang diberikan adalah dengan infus imunoglobulin. Beberapa penderita GBS dilaporkan mencapai remisi, meskipun sebagian masih memiliki gejala sisa seperti kaki lemah, kebas, atau lelah berkepanjangan.

Baca juga: Mengenal Penyakit Autoimun dan Terapi Immunoglobulin

 

Apa saja gejala awal GBS?

Guillain-Barre Syndrome umumnya diawali dengan sensasi geli atau lemah di tungkai bawah dan menjalar ke bagian atas tubuh seperti lengan dan seluruh badan. Karena GBS penyakit yang progresif, rasa lemah dan lemas di kaki atau lengan kemudian diikuti kelamahan otot dan berujung dengan kelumpuhan. 

Inilah beberapa gejala Guillain-Barre Syndrome :

  • Rasa seperti ditusuk jarum di jari, jempol, dan pergelangan tangan atau kaki.
  • Kelemahan di kaki dan menjalar ke tubuh bagian atas.
  • Tidak dapat berdiri tegak, limbung saat berjalan, dan tidak mampu naik tangga
  • Gangguan gerak di otot mata dan otot wajah, termasuk kesulitan bicara, mengunyah dan menelan.
  • Nyeri di saraf yang semakin intens di malam hari.
  • Kesulitan mengontrol kandung kemih sehingga sering ngompol.
  • Detak jantung menjadi lebih cepat.
  • Gangguan tekanan darah, menjadi rendah atau tinggi.
  • Sesak napas.

 

Hidup dengan GBS 

Didiagnosis GBS bukan akhir segalanya. Kamu bisa belajar dari Oscar Tabarez. Dulu beberapa sejawatnya sempat menyarankan ia meletakkan jabatan pelatih. Saat itu ia hanya bergerak dari atas kursi roda elektrik. Namun mantan pelatih AC Milan ini tetap bertahan. Semangatnya terbukti meredam gejala penyakit yang perlahan membaik. Kini Tabarez sudah lepas dari kursi roda dan cukup dibantu tongkat untuk berjalan. Ia tetap mengandalkan staf dan anak buah yang siap membantunya bergerak.

 

Semangat sang pelatih mungkin yang menjadikan tim Uruguay garang di lapangan. Sosok Tabarez menjadi inspirasi tak hanya oleh anggota tim Uruguay tetapi pemain lawan. Harry Kane, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi mungkin bintang yang bakal disorot dan menjadi berita utama Piala Dunia 2018. Tetapi bagi dunia medis, Oscar Tabarez lah pahlawan yang sebenarnya, karena berhasil menaklukkan penyakitnya. “Saya akan tetap melatih Uruguay, setidaknya sampai saya tidak mampu melanjutkan lagi, yaitu ketika hasil pertandingan tidak sesuai harapan," pungkasnya.

 

Jika melihat performa tim Uruguay yang bisa melangkah jauh di Piala Dunia kali ini, nampaknya posisi Tabarez sebagai pelatih masih aman ya Gengs! (AY/WK)

Baca juga: Ini Rahasia Sukses Messi Sebagai Pesepakbola

 

Siap Begadang Nonton Piala Dunia - Guesehat