Penyakit autoimun. Apa yang terpikir di benak Mums ketika mendengar itu diucapkan oleh dokter atau orang di sekitar? Penyakit kekebalan tubuh? Penyakit yang tak mungkin disembuhkan? Mari menjawab rasa penasaran Mums tentang penyakit autoimun pada anak, dan kenapa bisa menyerang anak-anak, bahkan sejak mereka lahir, pada ulasan berikut.

 

Pengertian Penyakit Autoimun pada Anak

Imunitas atau sistem kekebalan tubuh bagaikan penjaga untuk kesehatan kita. Jika bukan karena sistem kekebalan sebagai pertahanan alami tubuh manusia terhadap patogen dari luar, kita akan sakit sepanjang waktu. Jaringan sel, organ, dan molekul yang kompleks ini, memerangi hal-hal seperti bakteri dan virus 24 jam sehari, dari kepala sampai ujung kaki. 

 

Melihat sistem kekebalan tubuh dari sisi ini, sistem kekebalan tubuh memang terlihat seperti “malaikat penjaga” yang bekerja keras untuk kita. Namun, akan selalu ada dua sisi untuk semua hal. Kekebalan tubuh yang bertujuan baik ini, juga bisa menjadi ancaman yang kuat ketika berbalik melawan kita. Inilah yang disebut penyakit autoimun, dengan definisi “auto” yang berarti “diri”.

 

Secara statistik, penyakit autoimun, seperti multiple sclerosis dan diabetes mellitus tipe 1, memengaruhi sekitar 5% dari populasi dunia. Sementara di Indonesia, penyakit autoimun dikabarkan telah berdampak pada 40 juta orang. Angka tersebut berdasarkan data yang dipaparkan oleh Iris Rengganis, anggota dari dewan pembina Marisza Cardoba Foundation (MCF), sekaligus ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) di tahun 2017. Salah satu tipe penyakit autoimun yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah lupus.

 

Lalu, bagaimana pada anak-anak? Faktanya, penyakit autoimun pada anak jarang terjadi. Bisa jadi, hal tersebut dipengaruhi oleh sulitnya mendiagnosis penyakit autoimun pada anak ketika hal tersebut benar-benar menimpa anak. Itulah kenapa, Jika si Kecil  memiliki masalah autoimun (tapi amit-amit sampai hal itu terjadi ya, Mums….), harapan hidup si Kecil akan sangat tergantung pada kegigihan kita selaku orang tua untuk mencari tahu apa itu, dan kemudian merawatnya dengan agresif.

 

Baca juga: Apa Itu Penyakit Autoimun? Kenali Macam dan Ciri-cirinya!

 

Penyebab Penyakit Autoimun pada Anak

Bagaimana dengan penyebab penyakit autoimun? Pertanyaan sesederhana itu, sejujurnya masih sangat sulit dijawab. Walaupun penyakit autoimun mempengaruhi sekitar 23 juta orang Amerika, namun studi tentang sistem kekebalan tubuh (imunologi), masih merupakan bidang yang berkembang. Dokter dan peneliti masih belajar tentang sistem pertahanan alami tubuh dan apa yang terjadi ketika terjadi malfungsi. Untuk lebih memahami penyakit autoimun pada anak, ada baiknya sejenak mengetahui beberapa fakta dasar tentang cara kerja sistem kekebalan.

 

Ketika zat asing (antigen) seperti bakteri, virus atau serbuk sari, memasuki tubuh, ia menghadapi sistem imun bawaan (innate immune system). Sistem imun bawaan adalah respons bawaan yang tidak spesifik terhadap antigen. Ini adalah serangkaian pertahanan umum yang mencakup kulit dan selaput lendir, dan reaksi seperti batuk dan bersin refleks.

 

Sistem imun bawaan juga termasuk sel darah putih yang disebut fagosit, yang dirancang untuk melahap setiap antigen yang melewati pertahanan luar. Sistem imun bawaan lalu akan menghancurkan penyerang atau mengulur waktu agar sistem imun adaptif (adaptive immune system) yang lebih kompleks bisa bekerja. Sistem imun adaptif sendiri adalah respons spesifik yang terus berkembang terhadap antigen. Ini adalah pertahanan bertarget yang mengidentifikasi penyerang dan membuat protein unik (antibodi) untuk menandainya sebagai serangan.

 

Pemain kunci dalam sistem imun adaptif adalah:

  • Sel darah putih khusus yang disebut sel B untuk menghasilkan antibodi.
  • Sel T yang mengoordinasikan dan melakukan serangan. Ia juga yang akan memberi sinyal kapan serangan harus berhenti.

 

Oke, mari kita kembali ke pertanyaan awal. Jadi, apa yang menjadi penyebab penyakit autoimun, termasuk penyakit autoimun pada anak? Hingga kini, masih menjadi misteri kenapa sistem kekebalan tubuh-bahkan pada anak-anak yang notabene sistem kekebalan tubuhnya masih dalam proses penyempurnaan, bisa menyerang tubuh mereka sendiri. 

 

Namun satu hal yang pasti, penyakit autoimun tidak menular, dan tampaknya tidak disebabkan oleh satu hal tertentu. Inilah yang mendasari para ilmuwan percaya bahwa di balik semua penyakit autoimun, ada beberapa faktor penyebabnya. Di antaranya adalah:

 

  1. Keturunan: Gen tertentu yang diturunkan oleh orang tua membuat beberapa anak rentan terhadap penyakit autoimun.
  2. Faktor lingkungan: Penyakit autoimun mungkin tidak menampakkan diri sampai dipicu oleh sesuatu, seperti infeksi atau paparan racun atau obat-obatan tertentu.
  3. Faktor-faktor hormonal: Mengingat bahwa banyak penyakit autoimun cenderung memengaruhi remaja perempuan dan perempuan muda, hormon-hormon perempuan tertentu, seperti estrogen, juga dapat berperan ketika penyakit-penyakit ini menyebar. Penyakit autoimun memang paling banyak menyerang gender wanita, sehingga umum dianggap sebagai penyakit wanita.

 

Hingga saat ini, para peneliti masih berupaya menemukan gen mana yang terlibat dan bagaimana mereka berinteraksi. Mereka juga sedang menyelidiki sejumlah pemicu lingkungan dan hormon potensial, sehingga diharapkan suatu hari bisa ditemukan obat untuk menyembuhkan, atau bahkan mencegah, penyakit autoimun.

 

Apa Saja Penyakit Autoimun pada Anak?

Sistem kekebalan dirancang untuk melindungi seluruh tubuh. Ketika gagal berfungsi, hal ini dapat menyerang hampir semua bagian tubuh, dari kulit, persendian, hingga pembuluh darah. Gawatnya, semuanya merespons dengan cara yang berbeda dan sering kali membutuhkan strategi perawatan yang berbeda.

 

Secara umum, penyakit autoimun dibagi menjadi dua kelompok dasar, yaitu

1. Gangguan organ khusus (juga disebut terlokalisasi), yang fokus pada satu organ atau jenis jaringan tertentu. Yang terdiri dari:

  • Penyakit Addison memengaruhi kelenjar adrenal.
  • Hepatitis autoimun memengaruhi hati.
  • Penyakit Crohn memengaruhi saluran pencernaan.
  • Multiple sclerosis (MS) memengaruhi sistem saraf pusat.
  • Diabetes tipe 1 memengaruhi pankreas.
  • Kolitis ulserativa memengaruhi saluran pencernaan.

 

2. Gangguan nonorgan spesifik (juga disebut sistemik), yang menyebabkan masalah di seluruh tubuh. Yang terdiri dari:

  • Dermatomiositis remaja, memengaruhi kulit dan otot.
  • Rematik idiopatik remaja, memengaruhi sendi dan terkadang juga kulit dan paru-paru.
  • Lupus, memengaruhi sendi, kulit, hati, ginjal, jantung, otak, dan organ-organ lainnya.
  • Scleroderma, memengaruhi kulit, persendian, usus, terkadang paru-paru.

 

Apa pun tipe penyakit autoimun yang menimpa, umumnya pasien pada awalnya tidak menyadari apa yang sebenarnya mereka derita, sehingga memaksa mereka untuk berkonsultasi dengan sejumlah dokter, namun gagal menemukan indikasi yang sebenarnya. Tahap ini biasa disebut doctor shopping atau belanja dokter. 

 

“Satu individu mungkin memiliki lebih dari satu jenis autoimunitas, sehingga penting bagi dokter umum untuk memiliki pengetahuan tentang autoimunitas, agar dapat menggali informasi lebih dalam pada pasien mereka. Sehingga, kemudian bisa memberikan rekomendasi lebih lanjut kepada ahli penyakit dalam,” kata dr. Andini S. Natasari MRes, seorang penderita penyakit autoimun sekaligus pendiri dan Ketua Umum Komunitas Autoimun Indonesia (IMUNESIA).

 

Baca juga: Apakah Autoimun Bisa Disembuhkan?

 

Gejala Penyakit Autoimun pada Anak 

Sebagai penyakit dengan “1000 wajah”, penyakit autoimun pada anak sulit didiagnosis. Bahkan, tidak ada satu set gejala yang mencakup spektrum penyakit autoimun. Gejala yang paling umum cenderung tidak spesifik, artinya bisa disebabkan oleh kondisi yang tidak ada hubungannya dengan sistem kekebalan tubuh. Inilah yang dapat mempersulit dokter untuk mendiagnosis penyakit autoimun pada anak. Akibatnya, seorang anak mungkin memerlukan sejumlah tes untuk mempersempit kemungkinan penyebab gejala mereka.

 

Tanda-tanda bahwa seorang anak mungkin memiliki masalah sistem kekebalan termasuk:

  • Demam ringan.
  • Kelelahan atau kelelahan kronis.
  • Pusing.
  • Penurunan berat badan.
  • Ruam dan lesi kulit.
  • Kekakuan pada sendi.
  • Rambut rapuh atau rambut rontok.
  • Mata dan/atau mulut kering.
  • Anak merasa tidak sehat secara umum.

Perlu diingat, demam berulang, kelelahan, ruam, penurunan berat badan, dan sebagainya bukanlah bukti nyata bahwa seorang anak memiliki penyakit autoimun, tetapi itu berarti anak itu sakit dan membutuhkan perhatian medis. Langkah penanganan selanjutnya, dokter spesialis anak dapat merujuk ke dokter subspesialis seperti  reumatologi, jika mencurigai penyakit autoimun.



Baca juga: Hidup Bersama Penderita Autoimun

 

 

Sumber

Seattle Childrens. Pediatric Autoimmune Disease.

Children's Hospital. Autoimmune Diseases.

NCBI. Vaccination dan Autoimmune Diseases.

Everyday Health. Childhood Autoimmune Disorders.