Untuk Kamu yang mengaku pencinta film horor, pasti tahu dong tentang film yang satu ini? Hereditary, film karya sutradara Ari Ester asal Amerika yang sukses merajai box office sejak akhir Juni 2018 lalu. Jika Kamu sudah sempat menonton film ini, beberapa adegan maupun perilaku tokoh pasti masih Kamu ingat. Seperti salah satunya kebiasaan Charlie yang selalu membunyikan “klok” melalui mulutnya. Atau, mungkin hingga sampai saat ini Kamu masih juga terbayang-bayang dengan perilaku Annie dan Peter?

 

Menurut berbagai media, film ini menuai cukup banyak pujian. Pasalnya, ini adalah film misteri gaya baru. Ester dinilai mampu membuat penonton tidak berkedip, karena alur cerita yang apik dan tak diduga-duga. Bahkan tirto.id menyebutkan, Hereditary adalah film horor yang mencekam, tetapi tanpa penampakan hantu seram. Wah, menarik sekali bukan?

 

Nah, mari membahas lebih lanjut mengenai penyakit yang diderita para tokoh! Apakah Kamu tahu masalah kesehatan yang mereka alami? Mungkin sebagian dari Geng Sehat beranggapan mereka menderita depresi. Namun, secara spesifik apakah depresi itu? Apakah jenis depresi seperti di film tersebut benar-benar nyata dan dapat dialami juga oleh masyarakat umum? Atau mungkin cerita ini diambil dari kisah nyata? Mungkin saja, Gengs!

Baca juga: Kuis: Kamu Mengalami Gangguan Kecemasan atau Depresi?

 

6 Gejala Depresi pada Wanita - guesehat.com

 

Jenis-jenis Depresi

Dilansir dari health.com, ternyata depresi memiliki banyak jenis. Jadi, jika selama ini kita hanya mengetahui depresi adalah sebuah atau satu macam penyakit saja, ternyata salah. Depresi bisa terjadi sementara atau kronis. Bahkan sifatnya dapat ringan maupun berat.

 

Uniknya, Sarah Noble, psikiater di Jaringan Kesehatan Einstein di Philadelphia, mengatakan jika orang yang mengalami depresi akan merasa terbantu jika mereka sendiri telah mengetahui informasi mengenai depresi yang mereka alami. “Setidaknya mereka punya jawaban mengenai alasan mengapa mereka mengalami kejadian tersebut,” jelas Noble.

 

Adapun jenis-jenis depresi itu adalah

  • Depresi mayor. Depresi ini mayoritas dialami oleh wanita. Biasanya mereka akan mengalami gejala seperti perasaan sedih yang berlarut-larut, hampa, tidak berharga, merasa putus asa, timbul perasaan bersalah, kehilangan energi, nafsu makan berkurang, terjadi perubahan waktu dan kebiasaan tidur, serta yang paling buruk adalah timbul pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

  • Depresi yang tidak sembuh walaupun sudah dilakukan pengobatan. Mungkin beberapa orang atau ahli medis mengatakan jika depresi ini terjadi akibat faktor genetik maupun lingkungan. Yang pasti, pasien ini akan lebih sulit disembuhkan walaupun sudah mengonsumsi obat antidepresan.

  • Depresi subsindromal. Depresi ini memiliki gejala yang hampir mirip dengan depresi berat. Bedanya, hanya beberapa gejala yang tidak tampak pada jenis ini. Dengan kata lain, jika depresi berat dialami selama 2 minggu dengan 5 gejala, maka pada depresi subsindromal hanya dialami selama seminggu dengan dua atau tiga gejala saja.

  • Depresi persisten. Pasien depresi jenis ini akan mengalami beberapa gejala khas, seperti suasana hati yang buruk atau merasa sedih setiap hari selama hampir dua tahun. Selain itu, pasien juga akan mengalami masalah tidur, baik terlalu lama maupun terlalu sebentar, kelelahan, menurunnya tingkat percaya diri, kesulitan berkonsentrasi, putus asa, hingga nafsu makan yang buruk.

  • Depresi akibat pramenstruasi. Faktanya, hampir 10% wanita di usia subur mengalami depresi jenis ini. Masa PMS yang memang dibenci oleh sebagian wanita ternyata dapat memicu terjadinya depresi. Biasanya gejalanya akan ditandai dengan kesedihan, kecemasan, hingga mengalami masalah tidur.

  • Depresi bipolar. Kondisi ini mungkin sudah sering Kamu dengar. Gejalanya pasien akan mengalami gangguan suasana hati yang ekstrem, seperti mudah bahagia lalu mudah sedih bahkan menangis dalam rentang waktu yang dekat.

  • Depresi akibat gangguan mood. Depresi jenis ini sebenarnya lebih familier dengan sebutan DMDD (Disruptive Mood Dysregulation Disorder). Biasanya, DMDD dialami oleh anak-anak, terutama usia sekolah, dengan gejala mudah marah dan tersinggung hingga merasa sulit bergaul dengan teman seusianya.

  • Depresi akibat melahirkan. Ternyata depresi ini juga dialami oleh pria akibat perubahan peran dan gaya hidupnya selama mengasuh anak. Depresi ini sangat berbeda dengan baby blues yang lebih ringan. Pasalnya, sebagai proses penyembuhan pasien memerlukan pengobatan dengan antidepresan hingga terapi bicara.

  • Depresi yang terjadi musiman. Tidak hanya alergi, depresi juga dapat terjadi musiman dengan gejala perubahan mood, kelelahan, memiliki nafsu makan berlebih, konsumsi lebih banyak karbohidrat yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan, hingga menarik diri dari interaksi sosial.

  • Depresi akibat penggunaan obat tertentu. Inilah akibatnya jika kita konsumsi obat-obatan terlarang ataupun menyalahgunakan penggunaan obat tertentu seperti obat penenang. Biasanya, gejala akan ditandai dengan kecemasan dan hilang minat dalam kegiatan menyenangkan.

  • Depresi psikotik. Gejala dari depresi ini seperti orang dengan psikopat maupun yang mengalami depresi berat. Biasanya seseorang akan kehilangan kontak dengan realitas, seperti berhalusinasi (melihat dan mendengar hal yang tidak benar-benar ada) dan berdelusi (meyakini hal yang salah tentang apa yang sedang terjadi).

  • Depresi karena penyakit berat. Beberapa penyakit, apalagi yang sifatnya kronis, ternyata dapat menekan diri sendiri hingga membuat seseorang depresi. Penyakit tersebut adalah penyakit jantung, kanker, multiple sclerosis, hingga HIV/AIDS.

Baca juga: 7 Gejala Depresi Pada Wanita yang Tidak Kamu Duga

 

Hereditary, Film tentang Orang Sakit Jiwa

Nah, lalu kalau depresi seperti dalam film Hereditary termasuk dalam jenis yang mana nih, Gengs? Menurut pembagian jenis-jenis depresi seperti yang telah dijelaskan di atas, mungkin awalnya Annie hanya mengalami depresi mayor. 

 

Namun setelah kejadian buruk lain menimpanya, dugaan depresi psikotopik itu pun muncul. Hal ini tidak hanya dialaminya seorang diri, melainkan juga dialami oleh Peter, hingga timbul keinginan untuk bunuh diri. Di satu sisi, Peter mengalami trauma yang sangat berat ditambah tekanan dari luar. Kemudian, ia pun mengalami depresi yang dimulai dengan gejala tidak dapat tidur, berhalusinasi dengan suara "klok", hingga berdelusi tentang dirinya sendiri. 

 

Sedangkan pada Annie, sebenarnya ia adalah sosok ibu yang sangat kuat. Ia mencintai anak-anaknya dan rela berkorban agar anaknya tetap hidup. Annie juga diduga mengalami depresi kronis yang tidak dapat sembuh, walaupun sudah dilakukan pengobatan, seperti minum obat antidepresan serta mencoba untuk melakukan konseling dengan orang lain. Namun, tekanan itu tetap dialaminya.

 

Ia juga sudah mencoba untuk menenangkan diri, seperti selalu tidur menyendiri di sebuah rumah pohon, fokus melakukan pekerjaannya kembali, dan mencoba untuk menerima keadaan. Awalnya, proses penyembuhan ini berjalan baik. Sayangnya, Ester memang sengaja memainkan pikiran penonton. Hal tak disangka pun terjadi!  

 

Wah, mengerikan sekali ya Gengs! Ternyata berbagai kondisi yang terjadi di sekitar kita dapat memicu terjadinya depresi, seperti yang dialami oleh Annie. Namun, masalahnya Annie mencoba tegar dan berharap dapat menyembuhkan sendiri luka batinnya tersebut.

 

Hasilnya? Tekanan semakin berat hingga ia mengalami depresi yang kronis. Untuk itu, apa pun masalah yang sedang Kamu hadapi saat ini, sebaiknya tidak dipendam seorang diri ya. Ingat Gengs, diam itu memang emas, tetapi harus tahu kapan waktu terbaik untuk melakukannya.

 

Jika masalahnya sudah membuatmu sulit tidur, tidak nafsu makan, hingga kehilangan semangat dalam beraktivitas, sebaiknya segera ceritakan kepada teman, keluarga, atau pasanganmu, ya! Siapa tahu kondisi tersebut adalah tanda Kamu mengalami depresi! (BD/AS)