Gengs, sudah nonton film Bohemian Rhapsody belum? Film ini menceritakan tentang perjalanan karier grup band legendaris Queen, khususnya tentang kisah hidup sang Vokalis, Freddie Mercury. Salah satu momen penting dalam kisah hidup Mercury adalah ketika ia didiagnosis HIV AIDS.

 

Setelah beberapa tahun berjuang melawan penyakit kronis ini, Mercury pun meninggal pada 1991 akibat komplikasi, yaitu bronchopneumonia. Sebenarnya, apa sih bronchopneumonia ini? Apakah penyakit ini sama dengan pneumonia? Apakah penyakit ini sangat berbahaya? Nah, kalau mau tahu lebih dalam tentang penyakit ini, baca penjelasannya, ya!

 

Baca juga: Stan Lee, Setahun Terakhir Berjuang Melawan Pneumonia
 

Apa Itu Bronchopneumonia?

Pneumonia adalah infeksi pada paru-paru. Penyakit ini terjadi ketika virus, bakteri, atau jamur menyebabkan inflamasi dan infeksi di dalam alveoli (kantong udara) paru-paru. Bronchopneumonia, disebut juga pneumonia lobular, adalah jenis pneumonia yang juga menyebabkan inflamasi pada bronkus, saluran yang membawa udara ke paru-paru. 

 

Penderita bronchopneumonia kesulitan bernapas karena saluran udaranya mengalami penyempitan. Akibat inflamasi, paru-paru tidak menerima udara yang cukup. Untuk gejalanya sendiri cukup beragam, dari yang sedang hingga parah. 

 

Gejala Bronchopneumonia pada Orang Dewasa dan Anak-Anak

Gejala bronchopneumonia umumnya menyerupai gejala jenis pneumonia lainnya. Kondisi awalnya dimulai dengan gejala flu yang semakin bertambah parah. Gejala-gejala flu yang dimaksud adalah:

  • Demam.
  • Batuk berdahak.
  • Kesulitan bernapas.
  • Nyeri dada.
  • Napas cepat.
  • Berkeringat.
  • Menggigil.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot.
  • Kelelahan.
  • Kebingungan, terutama pada orang lanjut usia.

 

Gejala-gejala tersebut biasanya lebih parah pada orang-orang dengan sistem imun lemah atau memiliki penyakit kronis lainnya. Pada anak dan bayi, gejalanya bisa berbeda. Meskipun batuk menjadi gejala yang paling umum, beberapa gejala lainnya adalah:

  • Detak jantung cepat.
  • Kadar oksigen darah rendah.
  • Rewel.
  • Sulit tidur.

 

Kalau Kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan bahwa yang dialami bukanlah pneumonia. Pemeriksaan dokter juga diperlukan. Karena tanpa pemeriksaan medis khusus, Kamu tidak bisa mencari tahu jenis pneumonia tersebut.

 

 

 

Bagaimana Penularan Bronchopneumonia Terjadi?

Ada banyak kasus bronchopneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Di luar tubuh, bakterinya menular dan bisa menyebar kepada orang terdekat lewat batuk atau bersin. Kamu bisa terinfeksi akibat menghirup bakterinya. 

 

Sejumlah bakteri penyebab bronchopneumonia yang paling umum adalah:

  • Staphylococcus aureus.
  • Haemophilus influenza.
  • Pseudomonas aeruginosa.
  • Escherichia coli.
  • Klebsiella pneumoniae.
  • Proteus species.

 

Kondisi atau penularan umumnya terjadi di rumah sakit. Pasalnya, pasien penyakit lain yang datang ke rumah sakit untuk berobat sering kali memiliki sistem imun rendah. Selain itu, penyakit memengaruhi kemampuan tubuh dalam menangkal bakteri. Dengan kondisi seperti itu, tubuh akan kesulitan melawan infeksi baru. 

 

Apa Faktor Risikonya?

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko Kamu terkena bronchopneumonia, meliputi:

Umur: Orang berusia lebih dari 65 tahun dan anak-anak berusia di bawah 2 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi terkena bronchopneumonia maupun komplikasi dari penyakit ini. 

Lingkungan: Orang yang bekerja dan sering mengunjungi rumah sakit atau fasilitas medis memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. 

Gaya hidup: Merokok, asupan nutrisi rendah, dan riwayat konsumsi alkohol berlebihan.

Kondisi medis: Memiliki beberapa kondisi kesehatan tertentu dapat meningkatkan risiko penyakit, seperti penyakit obstruktif paru kronis (PPOK), asma, HIV AIDS, serta sistem imun rendah akibat kemoterapi atau obat imunosupresif. Penderita penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker, juga berisiko. Begitupun penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan lupus. 

 

Kalau Kamu termasuk ke dalam salah satu kelompok faktor risikonya, konsultasikan dengan dokter terkait tips pencegahan dan penanganan penyakit ini. 

 

Baca juga: Kenali Gejala Pneumonia pada Bayi dan Anak
 

Tes untuk Mendeteksi Bronchopneumonia

Hanya dokter yang bisa mendiagnosis penyakit ini. Dokter akan memulainya dengan melakukan pemeriksan fisik serta menanyakan gejala yang Kamu alami. Dokter juga akan menggunakan stetoskop untuk mendengar pernapasan Kamu dan mendeteksi jika ada yang tidak normal dari suara napasmu. 

 

Terkadang, kalau paru-paru Kamu terinfeksi atau dipenuhi cairan, dokter akan mendengar bahwa sura napasmu tidak sebesar pada umumnya. Dokter juga akan merekomendasikan tes lainnya untuk memastikan gejalanya bukan berasal dari penyakit lain, seperti bronchitis, bronchial asma, atau pneumonia lobar. 

 

Tes-tes yang dilakukan adalah:

X-ray dada: bronchopneumonia biasanya akan terlihat seperti infeksi di kedua paru-paru, kebanyakan pada bagian dasar paru-paru.

Complete blood count (CBC): tes untuk mengecek sel darah. Jika hasilnya menunjukkan kadar sel darah putih yang tinggi, maka biasanya penyebabnya infeksi bakteri. 

Blood cultures: tes ini menunjukkan jenis organisme yang menyebabkan infeksi.

CT scan: untuk melihat lebih jelas jaringan paru-paru. 

Bronkonoskopi: tes ini untuk melihat lebih dekat saluran pernapasan pasien dan mengambil sampel jaringan paru-paru untuk diperiksa lebih jauh. 

 

Bagaimana Pengobatannya?

Pilihan pengobatan bronchopneumonia adalah pengobatan medis atau di rumah. Viral bronchopneumonia umumnya tidak membutuhkan pengobatan medis, kecuali jika kondisinya parah. Penyakit ini biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu 2 minggu. 

 

Untuk pengobatan medisnya, dokter akan memberikan antibiotik jika penyebab pneumonia adalah bakteri. Kebanyakan pasien akan mulai membaik dalam kurun waktu 3-5 hari setelah diberikan antibiotik. Penting bagi pasien untuk menyelesaikan jumlah pengobatan antibiotik yang diberikan untuk mencegah kekambuhan infeksi. 

 

Penderita bronchopneumonia biasanya harus dirawat di rumah sakit jika infeksinya parah dan memiliki sejumlah kondisi khusus, seperti:

  • Berusia lebih dari 65 tahun.
  • Mengalami kesulitan bernapas.
  • Nyeri dada.
  • Napas semakin cepat.
  • Tekanan darah rendah.
  • Kebingungan.
  • Membutuhkan bantuan pernapasan.
  • Memiliki penyakit paru-paru kronis.

 

Pengobatan di rumah sakit biasanya membutuhkan infus antibiotik dan cairan. Kalau kadar oksigen di dalam darah pasien rendah, maka dibutuhkan terapi oksigen untuk mengembalikannya ke kondisi normal.

 

Apa Saja Komplikasi dari Bronchopneumonia?

Komplikasi dari bronchopneumonia dapat terjadi dan penyebabnya beragam, tergantung dari penyebab infeksinya. Beberapa komplikasi umum dari penyakit ini adalah:

 

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Sebenarnya, pencegahannya mudah. Kamu harus membiasakan mencuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. Vaksinasi juga bisa mencegah sejumlah jenis pneumonia. Pastikan Kamu juga memperoleh vaksinasi flu, karena flu dapat menyebabkan pneumonia.

 

Jenis pneumonia akibat bakteri yang paling umum bisa dicegah dengan vaksin pneumokokkus. Vaksin ini bisa digunakan pada orang dewasa dan anak-anak. Konsultasikan dengan dokter pilihan pencegahan apa yang paling tepat untuk Kamu dan keluarga.

 

Baca juga: Ini Penyebab Sulitnya Pneumonia Dideteksi, Seperti yang Terjadi pada Anak Kim Kardashian
 

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bronchopneumonia sebenarnya umumnya bukan penyakit yang berbahaya. Namun, penyakit ini bisa menjadi serius dan sulit disembuhkan pada orang-orang dengan sistem imun rendah, seperti lansia, anak-anak, dan orang yang memiliki penyakit kronis seperti HIV AIDS. Supaya terhindari dari penyakit ini, ikuti gaya hidup sehat dan lakukan pencegahannya. Kalau Kamu mengalami gejala-gejala pneumonia, segera periksakan ke dokter. (UH/AS)