Beberapa hari lalu, selebriti papan atas Hollywood, Kim Kardashian mengumumkan lewat Instagramnya bahwa anak keduanya, Saint West, dirawat rumah sakit selama 3 hari akibat pneumonia. Kim sangat berterima kasih kepada pihak rumah sakit sudah merawat anaknya tersebut dengan baik, sehingga ia bisa cepat sembuh dari penyakit menakutkan tersebut.

 

Penumonia sendiri adalah penyakit yang menyerang paru-paru. Penyakit ini berupa infeksi yang menyebabkan paru-paru terkena inflamasi dan dipenuhi air. Banyak orang yang tidak tahu bahwa penyakit ini bisa menyerang anak kecil. Bahkan, gejala pneumonia pada anak sulit untuk dideteksi dan sangat membahayakan nyawa mereka. Berikut penjelasan lengkapnya!

Baca juga: TBC: Tak Hanya Bisa Menyerang Paru-Paru

 

Kenapa Pneumonia pada Anak Sulit untuk Dideteksi?

Menurut WHO, seorang anak di dunia meninggal akibat pneumonia setiap 20 detik. Sangat umum, pneumonia pada anak baru ditemukan ketika sudah parah, pasalnya gejalanya tidak terlalu kentara. Orang dewasa biasanya memperlihatkan gejala yang jelas, seperti batuk kering dan demam tinggi. Namun, anak biasanya hanya merasakan sakit kepala, kelelahan, dan demam biasa. Jika sudah parah, anak akan menunjukkan gejala keringat dingin dan bibir berwarna biru. Kondisi tersebut langsung membutuhkan perawatan medis.

 

Anak-anak pada umumnya lebih rentan terkena pneumonia karena sistem imun mereka belum sempurna. Namun, anak-anak yang memiliki asma dan belum menerima semua vaksinasi secara sempurna memiliki risiko yang lebih tinggi.

 

Gejala Ringan Pneumonia pada Anak

Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri khusus, termasuk Mycoplasma pneumonia dan Chlamydophila pneumonia, biasanya menyebabkan gejala yang ringan pada anak-anak. Jenis pneumonia ini biasanya disebut pneumonia berjalan. Penyakit ini lebih sering menyerang anak yang sudah masuk usia sekolah. Anak yang terkena pneumonia berjalan biasanya tidak merasa sakit, namun gejala-gejala yang dialami termasuk:

  • Batuk kering
  • Demam biasa
  • Sakit kepala
  • Kelelahan

 

Mycoplasma pneumonia adalah penyebab sekitar 2 hingga 20 % dari semua kasus pneumonia pada orang dewasa. Namun, jumlahnya lebih tinggi pada anak-anak yang sudah bersekolah. Bakteria ini bisa menular dari satu anak ke anak lainnya. Anak-anak paling sering tertular penyakit ini ketika sedang beraktivitas secara berkelompok, seperti sedang di sekolah atau piknik bersama teman.

Baca juga: Vape Juga Berbahaya Bagi Paru-Paru!

 

Pneumonia Sedang pada Anak

Virus-virus pneumonia paling banyak menyerang anak pada usia sekitar 4 – 5 tahun. Anak yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala seperti: 

  • Sakit tenggorokan
  • Batuk-batuk
  • Demam rendah/ringan
  • Hidung tersumbat
  • Diare
  • Kehilangan nafsu makan
  • Kelelahan atau kehilangan energi

 

Pneumonia Akut pada Anak

Bakteri pneumonia lebih banyak menyerang anak yang sudah bersekolah dan sudah beranjak remaja. Jenis-jenis pneumonia ini seringkali berkembang lebih cepat ketimbang demam dan pneumonia yang disebabkan oleh virus. Gejala-gejalanya biasanya termasuk: 

  • Demam tinggi
  • Berkeringat dingin
  • Kulit merah
  • Mulut menjadi kebiruan
  • Kesulitan bernapas

 

Pneumonia pada Bayi 

Bayi yang baru lahir ataupun sudah cukup besar biasanya tidak menunjukkan pertanda-pertanda infeksi pneumonia yang biasanya. Pada bayi, kondisinya lebih sulit didiagnosis karena mereka belum bisa berkomunikasi dengan baik seperti anak yang sudah berusia 4 – 5 tahun. Namun, untuk mewaspadainya, beberapa gejala pneumonia pada bayi termasuk: 

  • Terlihat pucat
  • Lemah
  • Lebih sering menangis
  • Nafsu makan berkurang
  • Lebih sering gelisah
  • Muntah

 

Perhatian Medis untuk Pneumonia pada Anak 

Anak-anak yang memiliki kondisi tertentu memiliki risiko yang lebih tinggi terkena pneumonia, misalnya anak yang baru dirawat di rumah sakit, baru mengonsumsi antibiotik, memiliki asma atau penyakit kronis lainnya, atau belum divaksinasi secara sempurna.

 

Satu-satunya cara untuk memastikan diagnosisnya adalah dengan memeriksakannya ke dokter. Biasanya, dokter akan memeriksa kadar cairan di dalam paru-paru anak menggunakan stetoskop atau x-ray.

 

Dengan mewaspadai gejala-gejala awal pneumonia pada anak, orang tua bisa menghindari kondisi yang lebih parah pada anak dan bahkan mencegahnya untuk harus dirawat di rumah sakit. Namun, memang pneumonia bisa berkembang dengan sangat cepat pada anak, terutama pada bayi dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.

Baca juga: Mitos dan Fakta Tentang Kanker Paru-Paru

 

Secara umum, orang tua harus segera memeriksakan anaknya ke dokter jika ia mengalami kesulitan bernapas. Anak yang terkena pneumonia akan bernapas lebih cepat. Biasanya, dokter akan menjelaskan bahwa hal tersebut menyebabkan otot perut anak bekerja lebih berat untuk membantunya bernapas. Oleh sebabnya, jika anak sulit bernapas, segera periksakan ke dokter. (UH/OCH)