Tak ada orang tua yang menginginkan hal buruk untuk anaknya. Sebagai Ibu, Mums tentu saja akan selalu menginginkan anak-anak kita berkembang dan akan melakukan segalanya untuk memastikan mereka menjalani kehidupan yang bahagia, sehat, dan sukses. Namun sayangnya terkadang segala upaya Mums bisa saja menjadi bumerang bagi anak, terlepas dari intensi baik yang terkandung di dalamnya.

 

 

Mums pasti pernah mendengar peribahasa apa yang kamu tanam, itulah yang kamu tuai. Jadi, apa akibatnya jika kita selalu melakukan segalanya untuk anak-anak kita? 

 

Alasan Orang Tua Memanjakan Anak

Setiap anak yang lahir di muka bumi ini memiliki kepribadian, kelebihan dan kekurangan, serta  latar belakang yang berbeda-beda. Keunikan setiap anak ini juga berarti bahwa mereka membutuhkan pola asuh yang berbeda-beda. Jangankan dua anak dari keluarga berbeda, cara asuh anak pertama dan kedua pun bisa berubah drastis tergantung situasi dan kondisi anak tersebut.

 

Para orang tua baru perlu untuk menemukan gaya pengasuhan yang cocok untuk keluarga mereka. Penyesuaian dan proses pencarian gaya asuh ini tentu saja akan memakan banyak waktu dan usaha, banyak kegagalan dan banyak pelajaran yang bisa dipetik oleh Mums sebagai orang tua.

 

Jika Mums menyadari bahwa Mums melakukan terlalu banyak hal untuk anak, perilaku ini kemungkinan besar berasal dari rasa cinta yang tulus. Namun, tidak menutup kemungkinan  mengarah pada potensi “pengasuhan yang berlebihan.” Alasannya sebagai berikut:

 

1. Mums ingin melihat anak-anak bahagia

Barangkali, semua orang yang menjadi orang tua pernah merasakan hal ini: keinginan untuk terus menerus melihat senyum di wajah anak-anak setiap hari. Namun, jika berlebihan juga tidak sehat untuk anak-anak. Misalnya terlalu protektif,  kebiasaan membelikan mainan atau barang apapun yang diinginkan anak tanpa mempertimbangkan esensinya, hingga melakukan terlalu banyak hal untuk mencegah anak mereka mengalami pengalaman negatif.

 

2. Ingin menghindari konflik dan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin

Alasan umum lainnya mengapa orang tua melakukan segalanya untuk anak mereka adalah karena “malas mengomel.” Misalnya saja, kebanyakan anak tidak mau merapikan tempat tidur, membereskan barang-barangnya, dan mengerjakan pekerjaan rumah tepat waktu. Agar mereka mau melakukan semua itu, Mums perlu memberikan motivasi, dorongan dan mendisiplinkan anak, secara rutin dan berulang sampai mereka menjadikan itu kebiasaan.

 

Semua itu tentu saja membutuhkan waktu dan effort yang tidak sebentar dan kecil. Sayangnya sebagian orang tua memilih mengambil jalan pintas dengan mengerjakan sendiri pekerjaan-pekerjaan tersebut untuk anak mereka.

 

3. Mums tidak ingin melihat anak kesulitan

Sadar atau tidak sadar, Mums mungkin merasa tidak nyaman melihat anak kesulitan, sehingga memilih turun tangan untuk menyelesaikan masalah. Sebagai contoh, mungkin akan terlihat lebih mudah dan cepat untuk membungkuk dan memasang resleting untuk anak Mums yang masih balita, daripada melihat mereka rewel dan meraba-raba keterampilan motorik halusnya. Sebagai orang tua yang sibuk, kita lebih suka menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan efisien.

 

4. Naluri seorang ibu: “Saya ingin merasa dibutuhkan!”

Alasan terakhir adalah Mums ingin merasa dibutuhkan oleh anak. Mums mungkin masih ingat jelas saat pertama kali melahirkan anak, bagaimana bayi itu begitu mungil dan tak berdaya, tak bisa lepas dari Mums barang 5 menit saja. Lalu bayi yang lucu itu berubah menjadi balita, kemudian menjadi besar, menjadi remaja, hingga akhirnya menjadi “seseorang.” Semuanya berjalan terlalu cepat!

 

Akan selalu ada saat dimana orang tua merindukan masa kecil anak-anaknya. Senang rasanya mengetahui bahwa mereka menginginkan bantuan kita dan membutuhkan kasih sayang kita. tetapi, anak-anak yang sudah dewasa butuh melihat dunia luar dan menyelesaikan masalah mereka sendiri, baik itu masalah ekonomi, percintaan atau pendidikan.

 

Dampak Terlalu Memanjakan Anak

Melakukan segalanya untuk anak mungkin terdengar tidak berbahaya, tetapi ada konsekuensi jangka panjang yang signifikan yang perlu dipertimbangkan.

 

1. Anak-anak tidak terlatih dan tak berdaya

Sebagai orang dewasa kita mungkin sudah lebih mengerti bahwa hidup ini sulit dan akan selalu ada hal-hal yang berjalan tidak sesuai keinginan kita. Namun, anak-anak kita, yang usianya jauh lebih muda dan jauh tidak berpengalaman itu, tidak langsung terlahir dengan pengetahuan tersebut. Mereka perlu mencoba hal-hal baru, membuat kesalahan, memecahkan masalah, menghadapi tantangan, dan tumbuh dari pengalaman mereka.

 

Dengan ikut campur dan menyelamatkan hari anak-anak kita - entah itu berarti membersihkan kamar mereka atau mengerjakan tugas matematika mereka di menit-menit terakhir - kita membuat mereka kehilangan momen-momen belajar yang penting, termasuk kegagalan menyakitkan yang pasti akan mereka alami dan tidak bisa dicegah di masa depan.

 

2. Anak-anak tidak mandiri

Perlu diingat juga, ketika kita terburu-buru melakukan hal-hal sederhana untuk anak-anak kita, kita menghilangkan kesempatan bagi mereka untuk meraih pencapaian yang membangun kepercayaan diri. Mengizinkan anak-anak untuk menghadapi tantangan diperlukan untuk mengembangkan kemandirian.

 

Ya, membuka sekantong keripik mungkin bukan pencapaian yang luar biasa, tapi mengajari anak untuk "mencubit dan menarik" sekantong Potato Bees akan memastikan mereka bisa melakukannya sendiri di kantin sekolah. Momen-momen ini memang kecil namun memiliki dampak yang panjang.

 

Membiasakan anak-anak mandiri dan percaya diri berarti membiarkan mereka tumbuh sebagai orang dewasa yang kelak akan adaptif dan tahan banting di segala situasi. Tentunya tak ada yang lebih membahagiakan hati Ibu dari pencapaian karena berhasil membesarkan anak yang tangguh dan mandiri, bukan?

 

3. Melelahkan bagi orang tua

Perlu diketahui, memanjakan anak secara berlebihan juga akan memberi pengaruh buruk pada orang tua. Tidak ada orang tua yang ingin begadang sampai jam 2 pagi untuk menyelesaikan tugas anak atau menghabiskan akhir pekan dengan menyelesaikan tugas-tugas anak yang belum selesai.

 

Kenyataannya, gaya pengasuhan macam ini adalah penyebab utama dari ketidakberdayaan seorang anak. Memutus pola tersebut dari sekarang akan mencegah hal ini menjadi masalah yang berkepanjangan. Selain itu, hal ini akan membantu Mums membangun hubungan orang tua dan anak yang lebih saling menghargai satu sama lain.

 

Bagaimana Cara Berhenti Memanjakan Anak?

 

Berikut ini beberapa langkah awal yang bisa dilakukan:

 

Biarkan anak-anak mengalami kegagalan

Biarkan anak-anak mengalami konsekuensi dari keputusan mereka. Jika mereka tidak mengerjakan tugas sekolah, mereka harus berbicara dengan guru dan mendapatkan nilai yang buruk. Tidak ada orang tua yang menyukai hal ini. Kita ingin anak-anak kita sukses dalam mengejar cita-cita mereka, tetapi jika kita melindungi semua tantangan di sepanjang jalan, mereka tidak akan pernah belajar untuk menjadi tangguh dan mereka akan terus membuat kesalahan yang sama. Ingatlah bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk belajar. 

 

Sediakan waktu bagi mereka untuk melakukan sesuatu sendiri

Jika Mums merasa harus melakukan semuanya (menyikat gigi anak, memakaikan baju, membereskan ransel, dll.) agar bisa keluar rumah tepat waktu, sediakan waktu luang untuk mereka agar bisa melakukan tugas-tugasnya sendiri. Mungkin akan membuat frustasi pada awalnya menanti mereka melakukannya sendiri, namun, dalam jangka panjang, latihan ini akan membantu anak-anak menjadi lebih cakap.

 

Berhenti mengharapkan kesempurnaan

Turunkan ekspektasi Mums - sedikit saja. Kita tidak bisa mengharapkan kesempurnaan dari anak-anak kita. Kita harus bangga saat mereka mencoba hal-hal baru, dan memberi semangat jika mereka goyah.

 

Hal ini berlaku untuk nilai, kegiatan, olahraga, tugas, dan banyak lagi. Kita bisa menjadi pemandu sorak terhebat mereka, tetapi, terkadang, kita harus membiarkan mereka mengambil keputusan - bahkan jika kita pikir mereka akan gagal.

 

Biarkan anak-anak mencoba berbagai hal

Orang tua yang melakukan segalanya untuk anak mereka mungkin memiliki kecenderungan terlalu protektif. Mereka sering mengambil alih dan membuat keputusan penting atas nama anak-anak mereka – karena mereka pikir mereka lebih tahu.

 

Hal ini sering kali membuat orang tua memaksakan kehendak mereka pada anak-anak mereka alih-alih membiarkan mereka mencoba hal-hal baru - baik itu olahraga baru, kegiatan akademis, atau kegiatan ekstrakurikuler.

 

Berikan mereka tugas-tugas

Anak-anak harus bertanggung jawab atas tempat tinggal mereka. Jangan pernah posisikan diri Mums sebagai pembantu, tukang masak, atau asisten rumah tangga.

 

Penting bagi mereka untuk memahami hal ini sejak usia dini - jadi tetapkan tugas-tugas yang sesuai yang harus diselesaikan oleh anak-anak setiap hari dan setiap minggu. Hal ini akan membantu mereka belajar untuk menjadi partisipan aktif dalam rumah tangga dan keluarga.

 

Hilangkan rasa bersalah

Belajarlah untuk menghilangkan rasa bersalah pada anak. Dalam membesarkan anak, penting untuk mengetahui bahwa anak bukan satu-satunya yang perlu belajar, tapi orang tua pun perlu belajar untuk menjadi orang tua yang baik. Tidak apa-apa jika kita tidak bisa melakukan semuanya untuk anak-anak atau menjadi semua bagi mereka. Mums bukanlah teman bermain mereka. Mereka perlu menghibur diri sendiri dan belajar menjalani hidup tanpa mendapatkan perhatian selama 24/7 tanpa henti.

 

Bantu mereka mengelola emosi mereka sendiri

Kita sering melakukan berbagai hal untuk anak-anak kita agar mereka tidak merasakan penolakan atau rasa sakit secara emosional. Namun, mencoba melindungi mereka dari berbagai macam emosi dalam hidup dapat membuat mereka tidak siap menghadapi kekecewaan dan tantangan yang mungkin dihadapi.

 

Bersedialah untuk membicarakan ketidaknyamanan perasaan anak-anak dengan cinta dan empati, tetapi beri mereka ruang untuk mengakui dan mengatasi emosi ini.