Hal yang paling mencolok dari gaya pengasuhan anak-anak di Jepang adalah membiasakan anak untuk menjadi mandiri sedini mungkin. Orang tua di Jepang tidak akan memanjakan anak mereka. Kebanyakan orang tua Indonesia terbiasa menyediakan segala hal demi kenyamanan anak, mulai dari kamar yang bersih dan rapi, moda transportasi, hingga ke pemberian gadget di usia muda. Terkadang, masih banyak orang tua yang tidak tahu bahwa hal-hal kecil seperti itu bisa memiliki efek panjang kedepannya untuk anak.

 

Nah, Jepang dikenal dengan dispilin yang tinggi, termasuk dalam mendidik anak-anak sejak kecil. Kita bisa menirunya Mums, meskipun tidak semua pola asuh orang Jepang bisa diterapkan di Indonesia dikarenakan berbagai faktor.

 

Cara Orang Jepang Membesarkan Anak

Di bawah ini adalah parenting orang Jepang yang bisa ditiru oleh kita sebagai masyarakat Indonesia: 

 

1. Pendidikan Moral Tetap Nomor Satu

Apa yang terlintas di kepala Mums saat membahas sistem edukasi Jepang? Sebagian dari Mums pasti otomatis mengingat jam sekolah yang panjang dan disiplin belajar yang tinggi. Namun, hal yang perlu Mums ketahui, orang Jepang juga menekankan untuk mempertahankan standar moral yang tinggi. 

 

Bukan hanya pengetahuan eksak, anak-anak di Jepang dibina dan dibesarkan dengan nilai-nilai seperti kejujuran, kerendahan hati, kehormatan, dan kepercayaan. Hal ini tentu saja merupakan bagian dari aspek positif yang bisa kita tiru dan terapkan di rumah. Membesarkan anak yang pintar secara akademik memang membanggakan, tapi membesarkan anak yang pintar serta memiliki akhlak mulia jauh lebih membanggakan dan luar biasa. 

 

2. Tidak Menggosipkan Anak

Menggosipkan anak seperti sudah menjadi makanan sehari-hari bagi orang tua Indonesia. Bahkan sejak anak belum bisa bicara, kebanyakan orang tua sering membicarakan anaknya dengan orang tua lain meski hanya dengan tujuan berbagi pengalaman.

 

Namun, orang tua di Jepang sama sekali menghindari hal ini. Buechner menemukan bahwa mereka sangat selektif, hanya berbagi masalah dengan orang yang paling mereka percayai. Sangat jarang bagi mereka untuk membicarakan anak dan membangga-banggakan prestasi anak kesana kemari. Selain itu, mereka juga menganggap membicarakan aktivitas anak mereka sebagai bentuk  pelanggaran privasi anak.

 

3. Tidak Pilih Kasih

Ajarkanlah anak-anak tentang kesetaraan sejak usia muda. Di Jepang, melihat anak-anak kerajaan dan pangeran bersekolah di sekolah biasa bukan menjadi pemandangan yang aneh. Anak-anak bangsawan bahkan juga terbiasa berpartisipasi dalam kegiatan yang sama dengan anak-anak lain tanpa ada perlakuan khusus.

 

Anak-anak harus diajarkan untuk menghargai sesama dan mengesampingkan status dan kepentingan pribadi mereka di muka umum. Hal ini bisa Mums aplikasikan dengan cara tidak membeda-bedakan perlakuan antara anak pertama dan anak kedua. Pastikan untuk berlaku adil kepada semua anak dan jangan sampai ada anak yang merasa tersisih atau kurang disayangi karena saudara mereka sendiri.

 

4. Pastikan Anak Sehat Jasmani dan Rohani

Memperhatikan kondisi mental dan emosional anak-anak sama pentingnya dengan memperhatikan kondisi fisik mereka. Sayangnya, masih banyak orang tua Indonesia yang menutup mata terhadap kenyataan ini. Dalam hal ini, kita masih harus belajar dari para orang tua di Jepang.

 

Meskipun mereka dikenal memiliki sikap yang hangat dan penuh semangat ketika merawat anak-anak, menegur dan mendisiplinkan anak juga tetap harus dilakukan. Sebagai orang tua, Mums tidak hanya bertanggung jawab mengarahkan dan menasihati tapi juga mendukung anak untuk berkembang secara emosional. Anak perlu untuk mengakui kesalahannya dan mendapatkan pengalaman buruk untuk menyesuaikan diri sebelum terjun ke dalam kehidupan masyarakat. 

 

Selain itu, mendengarkan dan mengayomi anak juga menjadi hal yang tak kalah penting dilakukan. Kebanyakan orang tua merasa “paling tahu” yang terbaik untuk anak-anak mereka tanpa mau tahu apa yang anak-anak pikirkan dan rasakan. Menasehati anak adalah hal baik tapi berdiskusi dengan anak jauh lebih baik lagi dan lebih efektif untuk memahami anak dan dekat secara psikologis. 

 

5. Kurangi Pujian atau Kritikan Kepada Anak di Depan Umum

Sebagai orang tua, Mums pasti sering merasa bangga dan bahagia atas pencapaian yang anak peroleh. Namun bukan berarti kita harus terus menerus memuji-muji anak di hadapan para tetangga. Hal ini bisa membuat anak merasa tidak nyaman, lho, Mums. Ini bukan hanya berdampak pada putra atau putri Mums saja. Dengan membicarakan hal baik tentang anak, bisa memicu keirian pada orang tua lain dan berujung membandingkan anaknya dengan anak Mums. Orang tua di Jepang cenderung mengajarkan anak mereka untuk menjadi mandiri dan disiplin tanpa bergantung pada hadiah atau kata-kata penyemangat.

 

Hal ini juga berlaku sebaliknya, ya. Jangan pernah mengkritik atau menjatuhkan anak di depan tetangga atau kerabat yang tidak dekat. Kebiasaan ini hanya akan membuat anak menjadi jauh dan lebih tertutup dengan Mums. Sesekali mungkin boleh-boleh saja dilakukan, tapi jangan terlalu sering, ya, Mums! 

.

 

Membesarkan anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Tentu saja, setiap orang tua di belahan dunia manapun selalu punya cara dan selalu menginginkan anak mereka tumbuh menjadi orang baik, cerdas, dan berkarakter. Mums sebagai orang tua tentu lebih paham dan mengerti bagaimana harus memperlakukan anak Mums sesuai situasi dan kondisi anak.

 

Baik itu pola parenting Jepang atau parenting Indonesia, hal yang paling penting diingat adalah kita harus memaksimalkan effort dalam membesarkan penerus kita sebaik mungkin. Karena tidak ada orang tua yang sempurna di dunia ini, tapi orang tua yang bijak, sudah pasti ingin mengusahakan yang terbaik untuk anak-anak mereka.



Referensi:

Sg.theasianparents.com. Japanese-parenting-culture