Menjadi orang tua  yang senantiasa memahami anak-anaknya sama sekali bukan hal yang mudah. Terkadang niat baik kita tidak selamanya menghasilkan hal baik, tergantung dari bagaimana cara menyampaikannya. Sebagai orang tua, Mums mungkin juga sudah tahu bahwa hal yang paling tidak disukai anak adalah mendengar kata “tidak” setiap kali menginginkan sesuatu.

 

Pada banyak kasus, melarang atau menolak permintaan anak hanya akan memicu tantrum pada anak, membuat tangis mereka pecah dan merengek-rengek. Hal ini bisa membuat orang tua menjadi frustasi. 

 

Apabila sudah seperti itu, Mums akan merasa serba salah dan kebingungan. Padahal, kita tahu permintaan anak mungkin akan membahayakan dirinya dan larangan tersebut demi kebaikan anak. Lantas, apa solusinya? Bagaimana cara membuat anak menurut tanpa harus mengeluarkan kata ‘tidak’ setiap saat?

 

 

Tips Pengganti Kata "Tidak" untuk Anak

Berikut alternatif yang bisa Mums lakukan sebagai ganti kata "tidak" untuk anak:

 

1. Rangkai ulang kalimat menjadi lebih positif

Anak-anak merupakan makhluk yang mudah terprovokasi. Daripada mengatakan ‘tidak’ sepanjang waktu, Mums bisa mencoba merangkai ulang kalimat. Ubahlah kebiasaan mengatakan TIDAK kepada anak dan mulai gunakan kalimat bernada positif. Selain lebih komunikatif, secara psikologis, cara ini membuat anak lebih mudah mendengarkan Mums karena memberi kesan ramah dan less controlling. 

 

Sebagai contoh, alih-alih mengatakan: "Jangan buang makananmu sembarangan," katakanlah: "Kalau sudah selesai makan, biar ibu bereskan, ya?” Dengan bersikap lebih positif, anak akan memahami pesan yang ingin disampaikan kepadanya.

 

2. Arahkan dan Jelaskan Alasannya, Bukan Hanya Memberi Larangan

Membesarkan anak-anak berarti harus memupuk rasa sabar sebanyak mungkin. Kita sebagai orang dewasa harus senantiasa mengajari dan memberi pemahaman kepada mereka, bahkan untuk hal-hal paling sederhana sekalipun. Jangan merasa lelah mengarahkan anak-anak. Luangkan sedikit waktu untuk memberikan penjelasan apa yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan, dengan bahasa yang menyesuaikan umur mereka. 

 

Mungkin terdengar remeh, tapi penjelasan sederhana yang tulus terkadang menghasilkan keajaiban bagi anak-anak. Jika anak tidak mau membersihkan kamarnya, ajarkan dia membersihkan kamar dengan cara yang mudah, seperti membaginya menjadi 3 langkah sederhana: memisahkan baju bersih dan baju kotor, membuang sampah, dan menyapu kamar. Jelaskan juga bahwa dengan membersihkan kamar, ia akan lebih mudah menemukan barang-barang di kamarnya yang bersih. 

 

Lantas, apa itu berarti kita tidak boleh melarang anak? Tentu saja bukan. Sebagai orang tua, Mums memiliki otoritas untuk menentukan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak. Namun jangan lupa bahwa Mums harus menjelaskan alasannya juga. Jangan sekedar melarang anak bermain di luar rumah saat hari sudah gelap, namun jelaskan kepadanya bahwa bermain di tempat gelap dapat berbahaya untuk dirinya. 

 

3. Batasi akses anak, ciptakan lingkungan aman

Salah satu cara cerdas “melarang” anak secara tidak langsung adalah dengan menghindari situasi yang membuat Mums harus mengatakan “tidak” pada anak. Jika anak memiliki pilihan dan akses yang terbatas pada hal-hal yang dapat membahayakannya, maka kemungkinan untuk mengatakan tidak akan lebih kecil. Misalnya, jika Mums memiliki anak usia balita, aturlah ruang tamu dan kamar tidur dengan memilih perabot yang aman bagi anak kecil. Sementara untuk souvenir dan dekorasi yang mudah pecah bisa diletakkan di tempat yang tidak terjangkau bagi anak. Dengan demikian anak hanya akan bermain dengan mainannya sendiri alih-alih keramik atau guci mahal.

 

4. Ajari anak memilih demi dirinya sendiri

Kemandirian dan manajemen diri yang baik adalah kemampuan yang sudah pasti akan dibutuhkan anak di masa depan. Mengajari manajemen diri bisa dilakukan melalui banyak cara, salah satunya membiasakan anak mengambil keputusan sendiri. Dengan memberikan tanggung jawab pada anak untuk memilih, secara otomatis Mums akan membantu anak untuk menjadi pengambil keputusan yang baik di masa depan. 

 

Misalnya saja, Mums bisa memberikan beberapa opsi atasan dan bawahan untuk dipilih oleh anak setelah memandikannya. Melalui cara ini, Mums telah memupuk kemandirian anak dan menanamkan rasa tanggung jawab pada anak sedini mungkin. Di lain waktu, anak akan mengingat bahwa ia bisa memilih dan mengambil konsekuensi atas pilihannya sendiri. 

 

5. Terapkan reward untuk tugas yang berhasil terpenuhi

Mendapatkan hadiah bisa menjadi cara menyenangkan untuk belajar. Namun, perlu diingat, pemberian reward harus dibatasi hanya untuk hadiah, dan tidak boleh dimanipulasi menjadi suap. Berikan pilihan untuk berperilaku, antara perilaku buruk (apa yang biasanya dia lakukan) dan perilaku baik (apa yang Mums harus anak lakukan). Berikan hadiah jika anak berperilaku baik serta jelaskan juga kepadanya mengapa ia harus berperilaku baik. 

 

6. Berikan Peringatan

Tentu saja terkadang ada beberapa momen dimana kalimat penjelasan dan teguran halus tidak lagi bekerja. Jika saat ini tiba, Mums bisa lho, memberikan peringatan kepada anak tanpa harus mengatakan ”tidak”. Kalimat larangan yang tegas seperti berhenti, bahaya, atau awas panas, sebenarnya tidak sepenuhnya buruk untuk anak. Hal yang perlu dicamkan adalah mengatakan TIDAK, tidak akan membuat anak mengerti bahwa melakukan aktivitas tertentu dapat membahayakan dirinya. 

 

Kata “tidak” memang tidak sebaiknya dikatakan terlalu sering. Mums boleh mengatakan “tidak” hanya untuk situasi-situasi tertentu yang sangat ekstrim. Sehingga ketika Mums mengatakannya, anak akan benar-benar mendengarkannya dan segera merespon.

 

7. Solusi cepat di kala urgent

Bagaimana jika anak merengek di pusat perbelanjaan meminta dibelikan jajanan atau mainan favoritnya? Pada situasi seperti ini, tentu akan sangat merepotkan jika kita harus memberikan pengertian panjang lebar. Jika anak menjadi sangat keras kepala tentang suatu hal, yang perlu Mums lakukan adalah memberi mereka jaminan bahwa akan memberikan barang itu nanti. Cara ini dapat menenangkannya beberapa saat.  Tapi, ingat, bukan berarti Mums bisa mengobral janji palsu terus menerus. Anak adalah makhluk peniru nomor satu, ini hanya akan membuat mereka merasa bahwa berbohong bukan perbuatan tercela.

 

Jangan lupa untuk tepati janji Mums di lain waktu atau berikan opsi lain pada anak. Misalnya, jika ia menuntut untuk membeli video game, katakan Mums akan membelikannya untuk hadiah ulang tahunnya nanti karena pada saat itu akan ada banyak versi baru dari video game tersebut. Selama barang itu belum terbeli, jangan mangkir atau pura-pura tidak ingat karena anak tidak mungkin lupa. Sebaliknya, Mums dapat memberi tahu anak konsekuensi dari video game pada mata dan otak.  Mums juga dapat memberi mereka pilihan yang lebih baik seperti sepak bola, rubik, atau yang lainnya. Mums hanya perlu menunjukkan kepada anak kita beberapa alternatif yang baik.

 

8. Buat kesepakatan “give and take”

Sistem ini kurang lebih sama seperti pemberian reward. Bedanya, Mums memberikan pilihan kepada anak dan membiarkan dia berjuang untuk sesuatu yang dia inginkan. Anggap saja anak merengek ingin makan es krim, maka Mums bisa saja tidak langsung menyetujui untuk memberikannya, melainkan berikan dia misi untuk dilaksanakan. 

 

“Kamu boleh makan es krim, setelah merapikan kamar. Bagaimana?” Dengan cara ini, anak akan lebih dibujuk tanpa Mums harus berteriak dan mengomel menyuruhnya bersih-bersih. Selain itu, cara ini juga akan lebih memotivasi anak mengerjakan tugas-tugas hariannya. Bukankah ini adalah win-win solution?

 

9. Tunjukkan bahwa Mums memahami dia

Menunjukkan kepada anak bahwa Mums benar-benar memahami emosinya adalah ide yang bagus. Dengan begini, anak akan lebih mudah terbuka dan kooperatif untuk diajak berdiskusi mengenai apa yang dia inginkan dan rencanakan. Yang tak kalah penting, Mums harus terbuka dan mendengarkan anak dan mengedepankan komunikasi dua arah dengannya. Berbicaralah dengan nada lembut tapi tetap tegas, dan berikan pencerahan tentang mengapa dia tidak boleh melakukan hal tersebut atau apa dampaknya, daripada mengatakan “jangan” atau “tidak boleh” secara langsung. 

 

Misalnya, ketika putri Mums mengatakan bahwa ia menyukai permen dan menginginkannya, Mums dapat mengatakan bahwa Mums juga menyukai permen sepertinya. “Ibu sangat sering memakannya dulu, namun kemudian ibu harus berhenti karena gigi ibu rusak dikarenakan terlalu banyak makan permen.” Memberi penjelasan seperti ini akan lebih efektif karena anak cenderung akan memahaminya sebagai sinyal bahwa Mums melarangnya makan permen agar ia tidak sakit gigi, bukan karena Mums tidak ingin dia makan permen.

 

Trik-trik kecil ini bekerja seperti sulap pada anak-anak. Mereka terlalu kecil untuk memahami kata “tidak” yang rumit dan tanpa alasan. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus memberikan waktu dan tenaga ekstra untuk membuat mereka memahami perbedaan antara apa yang baik untuk mereka dan apa yang dapat membahayakan mereka. Memberikan alternatif lain selalu bisa menjadi pilihan yang bagus untuk dilakukan. 

 

Reference:

Parentlane.com. Saying-no-to-your-child-all-the-time-why-you-shouldnt-do-it