Setelah terdiagnosa kanker darah, saat ini mantan Ibu Negara Ani Yudhoyono mulai menjalani pengobatan intensif di Rumah Sakit National University Singapore. Dua hari lalu, istri SBY tersebut mengunggah kondisinya terkini lengkap dengan foto-foto lewat media sosial pribadinya di instagram.

 

Dalam unggahan tersebut, Ani mengungkapkan bagaimana terkejutnya ia beserta keluarga ketika mendengar dirinya didiagnosis leukemia oleh dokter di Singapura. Namun, Ani memutuskan untuk menerima penyakitnya tersebut dengan ikhlas dan bertekad kuat untuk sembuh.

 

"Setiap hari saya mencatat pengobatan apa saja yang harus saya jalani. Saya jalani dengan tabah, tegar, penuh disiplin. I can fight this Cancer. With strong supports from everyone in Indonesia and in the world. Thank you very much for your love and care, dear my husband and family," ungkap Ani dalam tulisan yang diunggahnya pada 17 Februari 2019 lalu.

 

Tak lupa Bu Ani membagi foto-foto bersama orang-orang tersayang yang menungguinya di rumah sakit. Tentu saja suami tercinta, anak, cucu dan menantunya. Nampak Bu Ani tengah mencatat terapi yang sudah dijalaninya dalam busana rumah sakit berwarna peach. Dari foto tersebut, Bu Ani nampak segar dan sehat. 

 

Selain menceritakan kondisinya, Ani juga menjelaskan tentang pengobatan yang harus dijalani. Dalam tulisannya tersebut, ia menyebutkan sedang menjalani pengobatan kemoterapi dan juga transfusi darah. Leukemia memang memiliki beragam jenis pengobatan yang bisa dipilih sesuai dengan kondisi pasien dan jenis leukemia yang dideritanya. Nah, supaya Geng Sehat lebih paham tentang jenis-jenis pengobatan leukemia, termasuk yang dijalani Ani Yudhoyono, simak penjelasan di bawah ini, ya!

 

Baca juga: 4 Jenis Leukemia pada Orang Dewasa, Seperti Dialami Ani Yudhoyono

                                                                                                                                            

Harus Diisolasi

Banyak rangkaian terapi yang dijalani ibu 2 anak dan 4 cucu ini. Mulai dari obat, suntikan kemo, hingga transfusi darah. "Karena pengobatan itu, saya harus ketat, sementara diisolasi untuk menghindari penyakit lain masuk," ujar Bu Ani.

 

Diagnosis kanker darah yang dialami Bu Ani Yudhoyono termasuk cepat. Karena banyak jenis leukemia yang tidak menunjukkan gejala dini yang jelas, penyakit ini sering terdiagnosis secara tidak sengaja ketika pasien sedang menjalani pemeriksaan fisik atau melalui tes darah rutin. Kalau seseorang memiliki gejala pucat, pembengkakan getah bening, pembengkakan gusi, pembengkakan hati, pendarahan, demam, sering terkena infeksi, atatu kelelahan, maka dokter akan mencurigai penyebabnya leukemia.

 

Diagnosis leukemia dilakukan jika tes darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang berlebihan pada pasien. Untuk mengonfirmasi diagnosis dan mengidentifikasi jenis leukemianya, maka biopsi harus dilakukan. Selain itu, sampel sumsum tulang belakang juga akan diambil dari tulang pelvis untuk memeriksa sel-sel leukemia, DNA, dan perubahan kromosom.

 

Hal-hal di atas penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor penting dari leukemia, seperti usia pasien, jenis leukemia, dan ketidaknormalan kromosom di dalam sel leukemia dan sumsum tulang belakang. Fakto-faktor tersebut digunakan dokter untuk menentukan pengobatan mana yang paling sesuai untuk pasien.

 

Baca juga: Bu Ani Kena Kanker Darah, Kenali Tipe dan Gejalanya!

 

 

Apa Saja Pengobatan Leukemia?

Perkembangan pengobatan kanker, termasuk leukemia semakin maju. Tak hanya dalam pengobatan kemoterapi namun juga temuan rejimen obat kanker lain yang semakin meningkatkan harapan hidup pasien. Tujuan pengobatan untuk jenis leukemia limfositik akut (LLA) adalah remisi, yaitu kondisi pasien membaik dan tidak ada lagi tanda-tanda gejala penyakit. Pengobatan yang umumnya paling tepat diberikan untuk pasien LLA adalah kemoterapi. Pasien LLA menjalani pengobatan leukemia di rumah sakit, dan harus menetap di ruangan isolasi untuk mencegah infeksi lain.

 

Karena penderita LLA memiliki jumlah sel darah sehat yang sangat rendah, mereka membutuhkan transfusi darah dan keping darah untuk membantu mencegah atau menghentikan pendarahan. Penderita LLA juga biasanya diberikan antibiotik untuk mencegah atau mengobati infeksi. Selain itu, penderita LLA juga diberikan obat untuk meredakan efek samping pengobatan yang dilakukan.

 

Penderita LLA memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mencapai remisi jika kemoterapi dijadikan pengobatan utama. Kemudian, untuk mengontrol penyakitnya, penderita LLA harus menjalani kemoterapi konsolidasi selama 1 - 4 bulan. Fungsi kemoterapi konsolidasi adalah untuk menghilangkan sisa-sisa sel ganas. Penderita leukemia akut pada umumnya menjalani pengobatan kemoterapi hingga dua tahun.

 

Sementara itu, untuk pasien leukemia mielositik akut (LMA) yang sudah mencapai remisi, biasanya harus melakukan transplantasi sel punca alogenik. Sebelumnya penderita LMA harus mendapatkan sel punca dari pendonor yang memiliki jenis jaringan dan karakteristik genetik yang cocok terlebih dahulu.  Transplantasi sel punca alogenik sangat mahal dan berisiko tinggi. Namun, jika berhasil, hasilnya bisa memberikan penderita LMA remisi jangka panjang.

 

Kalau pengobatan di atas tidak bekerja sesuai harapan, atau jika kankernya kambuh, dokter akan melakukan terapi gen jenis lain. Terapi gen yang dimaksud disebut CAR T-cell, dimana beberapa sel imun tertentu sudah diprogram untuk melawan kanker. Namun, karena terapi ini bisa menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya, maka prosedurnya harus dilakukan dengan hati-hati.

 

Sementara itu, untuk leukemia limfositik kronis (LLK), tidak semua penderitanya membutuhkan pengobatan langsung. Yang diutamakan adalah menghilangkan gejala  seperti demam, keringat malam selama 14 hari berturut-turut, dan kehilangan 10% berat badan selama 6 bulan. Gejala lain yang membutuhkan pengobatan secepatnya, seperti pembengkakan kelenjar limfa yang menimbulkan nyeri, pembengkakan hati yang menimbulkan nyeri, dan mengalami gagal sumsum tulang belakang.

 

Untuk penderita leukemia mielositik kronis (LMK), kemoterapi oral umumnya efektif untuk mengontrol gejalanya selama beberapa tahun. Dahulu, kebanyakan kasus LMK cenderung cepat menjadi akut, meskipun penderitanya diberikan pengobatan. Jadi, ahli dan dokter menyarankan transplantasi sumsum tulang belakang selama fase kronis. Namun, transplantasi sel punca alogenik juga menjadi pengobatan pilihan untuk penderita LMK yang resisten terhadap pengobatan utama atau yang sudah memasuki fase akut.

 

Penemuan obat yang disebut imatinib sangat membawa dampak positif terhadap pengobatan LMK. Imatinib adalah obat yang digunakan dalam terapi target untuk penderita LMK. Obat terapi target ini melawan perubahan genetik yang menyebabkan sel darah putih tumbuh tidak terkontrol. Imatinib tidak bisa menyembuhkan LMK, namun obat ini bisa memberikan remisi jangka panjang dan meningkatkan prognosis penderita LMK. Kalau penderita LMK mengalami resisten imatinib, dokter akan memberikan obat lain, yaitu bosutinib, dasatinib, nilotinib, atau ponatinib.

 

Baca juga: Leukemia Merenggut Nyawa Dian Pramana Poetra

 

Jadi, setiap jenis leukemia diterapi dengan pendekatan berbeda. Dengan menjalani pengobatan yang tepat, penderita leukemia bisa memiliki prognosis yang lebih baik. (UH/AY)

 

Apa Itu Limfoma?

Sumber:

American Cancer Society. "Learn About Cancer (Detailed Guide): Leukemia--Acute Lymphocitic."

American Cancer Society. "Learn About Cancer: Leukemia - Acute Myeloid (AML)."

American Cancer Society. "Learn About Cancer: Leukemia - Chronic Lymphocytic (CLL)."

American Cancer Society. "Learn About Cancer: Leukemia - Chronic Myeloid (CML)."

American Cancer Society. "Learn About Cancer: Leukemia in Children."

National Cancer Institute. "Leukemia."

Leukemia & Lymphoma Society. "Leukemia."