Kanker adalah salah satu penyakit dengan kematian yang cukup tinggi. Berbagai kemajuan dalam terapi kanker terus ditemukan, dengan harapan dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan memperbaiki kualitas hidup pasien kanker.

 

Dulu, terapi kanker hanya mengenal pembedahan atau operasi untuk kanker padat (bukan kanker darah), dilanjutkan kemoterapi, lalu radiasi. Namun, ketiga mudalitas terapi tersebut belum dapat sepenuhnya mengalahkan kanker, terutama kanker yang sudah memasuki stadium akhir dan bermetastasis.

 

Kendati demikian, bukan berarti penelitian dalam pengobatan kanker berhenti sampai di situ. Setiap saat selalu ada perkembangan yang menggembirakan. Terobosan pengobatan medis untuk kanker saat ini dapat memberikan harapan baru karena lebih efektif dan terarah. 

 

Salah satu terobosan penting dalam pengobatan kanker adalah ditemukannya terapi target. Terapi target merupakan pengobatan kanker yang secara khusus menyasar ke sel kanker tanpa mengganggu sel normal. Terapi target disesuaikan dengan tipe atau sifat sel kanker, sehingga tidak berlaku "satu obat untuk semua".

 

Beberapa terapi target yang sudah dikembangkan antara lain untuk kanker payudara, kanker paru, dan kanker kolorektal (kanker usus besar). Inilah beberapa penjelasan tentang terapi untuk kanker, khususnya untuk kanker kolorektal.

 

Baca juga: BPJS Berencana Stop Sebagian Obat Kanker, Ini Kata Pasien

 

Terapi yang Bersifat Lebih Individual

Dalam acara media sharing session bersama Cancer Information and Support Center (CISC), pada 20 Desember lalu, Dr. dr. Cosphiadi Irawan, Sp.PD, KHOM, dokter spesialis hematologi dan onkologi dari FKUI/RSCM Jakarta, mengatakan, “Penelitian di bidang kanker terus aktif dilakukan untuk mencari terobosan pengobatan, khususnya untuk menghentikan kecepatan pertumbuhan sel kanker.” 

 

Dulu, menurut dokter yang biasa dicapa dr. Chos ini, pengobatan kanker terbatas pada pengobatan konvensional, seperti kemoterapi, pembedahan, dan radioterapi, dengan efek samping yang menakutkan bagi beberapa orang. 

 

Dalam beberapa tahun terakhir, sudah ada metode pengobatan yang lebih lebih tepat sasaran, sehingga lebih efektif serta efek samping yang lebih minimal. Salah satunya Terapi Target (targeted therapy) yang merupakan pengobatan personalisasi bagi penderita kanker.

 

Baca juga: Jangan Terlambat Deteksi Kanker Usus Besar

 

Dokter Cosphiadi melanjutkan, banyak yang beranggapan bila terapi target merupakan pengobatan pendamping kemoterapi. Padahal, terapi target merupakan kemajuan pengobatan untuk melengkapi apa yang tidak bisa ditawarkan oleh kemoterapi dalam menghadapi sel kanker.

 

Bedanya dengan kemoterapi adalah jika kemoterapi seperti rudal yang membunuh sel kanker tetapi menyebabkan kerusakan di sel-sel yang seharusnya tidak bersalah (sel sehat), maka terapi target hanya menyasar sel kanker saja. Biasanya yang disasar adalah kemampuan sel memperbanyak diri atau justru jalur suplai makanannya yang diserang. Dengan begitu sel akan mati.  

 

Dalam beberapa kasus, jelas dengan atau tanpa kombinasi kemoterapi, terapi taget ini dapat meningkatan respons pengobatan yang bermakna, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Bahkan pada beberapa pasien lain, dapat memperpanjang harapan hidup mereka,” jelasnya.

 

 

Apakah Semua Pasien Bisa Diterapi dengan Terapi Target?

Dokter Fajar Firsyada, Sp.B-KBD, dokter spesialis bedah dan ahli kanker saluran cerna (digestive), menjelaskan, beberapa pasien kanker kolorektal mendapatkan manfaat dari terapi target yang diberikan mendampingi kemoterapi konvensional. Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum.

 

Karena terapi target ini bersifat personalisasi, maka hanya pasien dengan kriteria tertentu saja yang diberikan. Jenis sel kankernya diperiksa untuk melihat biomarker yang sesuai dengan terapi target yang akan diberikan. Jika biomarkernya positif, pasien akan mendapatkan manfaat terapi target. Jika tidak ditemukan biomarker yang dicari, maka pemberian terapi target akan sia-sia saja.

 

Baca juga: 7 Gejala Kanker Lambung yang Perlu Kamu Waspadai

 

Jadi, penerima terapi ini sudah sangat terseleksi. Menurut dr. Fajar, pemeriksaan biomarker ini sangat menguntungkan pasien karena dapat menghindarkan dari pemakaian obat yang tidak tepat dan biaya yang tidak perlu, dan paling utama efek samping yang minimal.

 

Terapi target juga memberikan manfaat besar pada pasien kanker yang awalnya tidak bisa dioperasi menjadi bisa dioperasi, sehingga memberi kemungkinan untuk bisa ditangani dengan lebih baik,” tambah dr.Fajar.

 

Jangan Terlambat Mendeteksi dan Mengobati Kanker

Meskipun kemajuan terapi kanker sudah sangat jauh, kanker tetap saja menakutkan. Menurut dr. Fajar, masyarakat seharusnya tidak takut dan mengabaikan semua gejala yang kemungkinan ada kaitannya dengan kanker. “Kematian yang berkaitan kanker umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, pasien takut berobat. Kedua mereka lari dari dokter dan memilih berobat alternatif. Jika tidak sembuh, baru kembali ke dokter dengan kondisi sudah terlambat,” jelas dr. Fajar.

 

Temuan obat-obatan yang lebih bersifat individual seharusnya tidak lagi membuat pasien takut dengan efek samping terapi. Dunia medis pun terus melakukan penelitian untuk memahami sepenuhnya sifat-sifar sel kanker yang dikenal pintar bermutasi dan menyulitkan pengobatan.

 

“Kita tidak akan bisa menyembuhkan kanker jika tidak tahu apa itu kanker. Namanya memang sel kanker tetapi jenisnya sangat banyak. Makanya pengobatannya tidak sama, disesuaikan dengan jenis kanker dan kondisi pasiennya,” ujar dr. Fajar. 

 

Baca juga: 6 Kebiasaan Baik Ini Dapat Menurunkan Risiko Kanker Payudara

 

Terapi target jika diberikan pada pasien kanker kolorektal yang cocok, dapat meningkatkan angka harapan hidup sampai 23 bulan. Dibandingkan kemoterapi saja, penambahan terapi target memiliki hasil terapi lebih baik. Sayangnya, harga obat ini masih relatif mahal meskipun beberapa obat ditanggung BPJS. Namun, ada rencana obat terapi target akan dihentikan pemerintah atau BPJS.

 

Pengobatan kanker memang tidak mudah dan murah. Maka mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk mencegah kanker, terutama kanker kolorektal, mulai sekarang kurangi mengonsumsi daging merah dan daging olahan, kurangi berat badan, berolahraga, dan perbanyak makan serat. Satu lagi yang paling penting adalah tidak merokok. (AY/AS)