Saya ingat sekali dengan kali pertama saya mengenal penyakit yang dinamakan dengan Hirschsprung Disease. Anak kecil, masih balita, berada di kamar operasi dengan berbagai persiapan operasi di sekitarnya. Operasi apa dok, saya bertanya dengan dokter bedah anaknya. “Hirschsprung dik, kamu sudah pernah lihat kasus Hirsprung?” Saya mengangguk, namun tidak yakin karena saya ingat betul bagaimana kompleksnya masalah yang bisa disebabkan oleh Hirschsprung.

 

Mengenal Hirschsprung

Penyakit Hirschsprung merupakan suatu keadaan dimana terdapat bagian usus besar yang seharusnya ikut bekerja untuk mengeluarkan kotoran saat buang air besar, tidak berfungsi dengan semestinya. Tidak berfungsinya hal ini disebabkan oleh tidak adanya ganglion atau persarafan pada bagian usus tersebut, sehingga ia manjadi tidak bisa bekerja. Hal ini berefek pada tidak berjalannya fungsi defekasi atau membuang kotoran. Pada umumnya penyakit Hirschsprung ini dapat dikenali ketika anak-anak masih bayi, namun pada beberapa kasus juga bisa ditemui di anak yang lebih besar.

Bagaimana mengenali gejalanya?

Kesulitan buang air besar merupakan gejala utama yang bisa ditimbulkan oleh penyakit Hirschsprung ini. Keluhan bisa dianggap seperti konstipasi atau sulit BAB pada umumnya, sehingga terkadang kita tidak berpikir ke arah yang lebih kompleks daripada konstipasi. Konstipasi ini tidak hanya terjadi sekali dua kali saja, namun berulang. Pada beberapa anak kita bisa melihat perut yang semakin besar akibat fungsi buang air besar yang terganggu tersebut. Jika dibiarkan terlalu lama dan tidak diberikan intervensi, keadaan ini dapat berpengaruh ke pertumbuhan dan perkembangan si anak. Gejala dari Hirschsprung ini bisa didapat sejak usia 2-3 hari (ketika bayi baru lahir belum juga BAB untuk pertama kalinya) sampai usia sekolah, ketika keluhan konstipasi kronis terjadi. Pada keluhan usia sekolah, hal ini mungkin disebabkan ada beberapa bagian usus yang masih bisa menjaga fungsinya. Pada usia yang lebih besar ini, biasanya didapatkan berat badan anak yang dibawah rata-rata.

Salah satu komplikasi yang ditakutkan terjadi adalah penyebaran infeksi yang berasal dari usus besar tersebut. Kotoran yang menumpuk terlalu lama dapat menjadi faktor dari penyebaran infeksi ini, dan infeksi yang terjadi bisa dari ringan sampai berat, bahkan mengancam nyawa.

Ke siapa harus berobat?

Pada umumnya, dokter bedah anak atau dokter bedah adalah dokter yang biasanya memberikan intervensi pada keadaan ini. Penegakkan diagnosis Hirsprung tidak dilakukan dengan sekali pemeriksaan saja, namun biasanya dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pada keluhan awal, dapat dilakukan foto ronsen pada perut untuk melihat keadaan umum di perut. Hal ini juga dapat dibantu dengan pemeriksaan biopsi (paling tepat untuk menegakkan Hirschsprung) dan pemberian kontras barium.

Pengobatan Hirschsprung ini sendiri merupakan langkah yang cukup kompleks. Langkah awal setelah identifikasi penyakit ini adalah persiapan untuk operasi untuk membuang bagian yang tidak berfungsi tersebut. Hal ini dilakukan secara bertahap sehingga membutuhkan observasi yang cukup lama. Salah satu langkah yang diambil adalah membuat kolostomi, sehingga anak akan buang air besar dari kantong tersebut untuk sementara waktu. Setelah beberapa saat, operasi akan dilanjutkan dengan menyambungkan bagian usus tersebut dengan bagian yang menghibungkan rektum sehingga diharapkan dapat berfungsi seperti sedia kala. Perjalanan ini bukan perjalanan yang mudah karena biasanya membutuhkan proses operasi yang bertahap. Dibutuhkan support dari keluarga untuk keberhasilan proses prosedur ini.