Halo, Geng Sehat ! Mendengar kata neurotransmiter, apakah yang terlintas dalam pikiran Kamu? Kita tahu transmiter merupakan sebutan untuk sebuah pemancar, yang berfungsi mengirimkan pesan. Sedangkan neurologi adalah salah salah cabang ilmu kedokteran yang menangani seputar saraf dan otak.

 

Jika didefinisikan, neurotransmiter merupakan senyawa neurokimia yang bertugas menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel saraf target. Neurotransmiter diibaratkan sebagai seorang kurir atau signal messenger

 

Neurotransmiter memainkan peranan penting untuk mengatur kinerja sistem tubuh kita, seperti jantung, alat pernapasan, pencernaan, siklus tidur, nafsu makan, gerakan otot, bahkan suasana hati. 

 

Baca juga: Kenali Gejala Meningitis pada Orang Dewasa

 

Berbicara tentang neurotransmiter, tentu tidak terlepas bicara tentang otak. Otak manusia diperkirakan terdiri dari 100 miliar neuron (sel saraf). Miliaran sel-sel saraf ini saling berkomunikasi satu sama lain untuk menghasilkan respons dan tindakan fisik. Nah, bagaimana satu neuron dengan neuron lain berkomunikasi, di sinilah peran neurotransmiter.

 

Secara sederhana begini cara kerjanya, Gengs. Satu neuron atau sel saraf terdiri dari badan sel, ujung axon, dan dendrit. Antara ujung neuron satu dengan yang lain terdapat yang namanya celah sinaps.

 

Ketika satu neuron menerima berbagai informasi yang datang, mengolah, dan mengintepretasikannya, neurotransmiter yang terbungkus dalam celah sinaps akan keluar, untuk mengirimkan informasi tersebut ke neuron-neuron lainnya

 

Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino. Dalam menjalankan perannya, neurotransmiter punya pembagian tugas. Dan Geng Sehat tahu enggak bahwa neurotransmiter ini perannya penting? Jika mengalami gangguan, bisa berakibat ke gangguan perilaku bahkan psikiatri.

 

Ada 6 neurotransmiter utama bagi otak yang perannya penting dalam mengatur sistem kinerja tubuh, antara lain:

 

  1. Adrenalin

Gengs pasti sering mendengar olahraga ekstrem memicu adrenalin. Ya, adrenalin, disebut juga epineprin, merupakan neurotransmiter yang bersifat fight and flight respon. Ketika seseorang stres atau takut, adrenalin akan dilepaskan. Adrenalin membantu otak membuat keputusan cepat dalam menghadapi bahaya.

 

Namun, adrenalin yang dilepaskan secara berlebihan akibat stres yang terus-menerus malah berdampak kurang baik bagi tubuh kita. Kelebihan adrenalin dapat memicu gangguan imun, tekanan darah tinggi, diabetes, juga penyakit jantung.

 

Baca juga: Mengenal Dr. Terawan Agus Putranto, Menteri Kesehatan Terpilih untuk Periode 2019-2024

 

  1. Asetilkolin

Neurotransmiter satu ini dikenal berperan dalam proses pembelajaran (learning neurotransmitter) dan memori. Selain itu, asetilkolin juga berperan pada sensasi nyeri, sinyal pergerakan otot, dan pengaturan sistem endokrin di tubuh.

 

Kekurangan jumlah asetilkolin dapat memicu gangguan medis, salah satunya myasthenia gravis (kelemahan otot). Kerusakan pada sistem kolinergik (penghasil asetilkolin) di otak juga terbukti ada hubungannya dengan defisit memori yang terkait dengan penyakit Alzheimer.

 

  1. Dopamin

Dopamin dikenal sebagai pleasure neurotransmitter, yang mana memediasi kesenangan di otak juga motivasi. Makanan, seks, perasaan cinta, dan obat-obatan tertentu dapat menstimulasi pelepasan dopamin.

 

Gejala kekurangan dopamin bisa berakibat ke perasaan bosan, apatis, kelelahan kronis, juga penyakit Parkinson. Beberapa gangguan psikiatri dapat terjadi karena efek dopamin yang rendah, antara lain psikosis, skizofrenia, dan depresi.

 

Baca juga: Apa Benar Rutin Konsumsi Teh Bisa Cerdaskan Otak?

 

  1. Endorfin 

Kata endorfin berasal kata endogen, yang berarti “dari dalam tubuh”, dan morfin. Seperti morfin, neurotransmiter ini berfungsi sebagai pereda sakit alami dan memberikan rasa euforia (rasa gembira yang berlebihan). Olahraga dan aktivitas seks dapat memicu pengeluaran endorfin.

 

Neurotransmiter ini mempunyai banyak manfaat, antara lain meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi kecemasan, mencegah depresi, mengurangi berat badan, dan juga meminimalkan rasa sakit saat melahirkan.

 

  1. GABA (Gamma Aminobutyric Acid)

GABA merupakan neurotransmiter yang mempunyai efek menenangkan (calming). Beberapa gangguan bisa terjadi jika level GABA rendah, antara lain gangguan kecemasan, panik, kejang, dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Nah, sumber GABA alami bisa Kamu dapatkan dari makanan berfermentasi, seperti tempe, miso, dan kimchi. Suplemen GABA bisa dikonsumsi jika memang diperlukan.

 

  1. Serotonin

Serotonin dikenal sebagai mood neurotransmitter. Neurotransmiter ini berfungsi mengatur suasana hati (mood), emosi, tidur, juga perilaku sosial. Kekurangan serotonin ada hubungannya dengan gangguan depresi. Karenanya, selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) sering digunakan sebagai obat anti-depresan.

 

Bagaimana Geng Sehat, sungguh ajaib bukan neurotransmiter yang ada di otak kita? Tugas kita adalah menjaga keseimbangan dan kecukupan mereka, sehingga sistem tubuh dapat berjalan sesuai fungsinya. Terapkan pola hidup sehat dan berpikir positif ya, Gengs! (AS)

 

Baca juga: Jurus Antipikun dengan Jalan Kaki 1 Jam Setiap Hari

 

Referensi

  1. Fon EA, Edwards. Molecular mechanisms of neurotransmitter release. Muscle Nerve. 2001. Vol. 24(5). p.581-601.
  2. Berry J. What are Neurotransmitter
  3. Campeau, et al. Neurotransmitter diseases and related conditions. Molecular Genetics and Metabolism. 2007. Vol.  92(3).  p.189-9