Ketika kita berobat ke klinik atau rumah sakit, dokter umumnya akan memberikan resep. Orang awam kerap tidak menyadari resep apa yang dituliskan dokter. Selain tulisan dokter yang sulit dibaca, pasien juga enggan bertanya. Saat menebus obat di apotek, barulah tercengang dengan harga obatnya. Padahal kini ada obat generik yang lebih murah dengan khasiat yang sama dengan obat paten. Jangan ragu minta resep obat generik dan bertanya langsung pada apoteker.

 

Menyambut Hari Apoteker Sedunia (World Pharmacist Day) yang diperingati setiap tanggal 25 September, PT Hexpharm Jaya menggelar diskusi media bertajuk Optimalisasi Peran Apoteker untuk Menjamin Pengobatan Rasional dan Cost-Effective di Jakarta (24/9).

 

Adapaun tema peringatan WPD tahun ini Safe and Effective Medicine for All, artinya menekankan bahwa pengobatan yang aman dan efektif adalah suatu keharusan. Apa saja yang harus Kamu tahu tentang pengobatan yang aman dan efektif? Simak penjelasan para pakar berikut!

 

Baca juga: Obat Generik bagi Penderita Penyakit Kronis

 

Cara Menggunakan, Menyimpan dan Membuang Obat dengan Benar

Dra. R. Dettie Yuliati, Apt. Msi, Wakil Sekretaris Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menjelaskan, masyarakat kerap tidak memanfaatkan keberadaan apoteker di apotek saat membeli obat. Oleh karena itu, IAI akan melakukan sosialisasi lebih luas lagi terutama tentang penggunaan obat yang benar. 

 

Sosialisasi yang dilakukan bernama DaGaSiBu, yaitu: 

 

1. Dapatkan obat asli 

Obat yang benar dan asli (bukan obat palsu) umumnya didapatkan di tempat yang resmi, misalnya apotek dan unit farmasi rumah sakit. Jangan sembarangan membeli obat di toko obat atau secar aonline, apalagi yang tidak jelas kredibilitasnya.

 

2. Gunakan dengan benar

Obat harus digunakan sesuai jenis dan indikasi penyakitnya. Misalnya obat untuk demam dan diminum saat demam 3 kali sehari, atau obat yang harus dimasukkan ke anus (suposituria) tentu saja tidak untuk diminum.

 

3. Simpan

Ini menurut dra. Dettie yang suka diabaikan, bagaimana menyimpan obat di rumah. Ada obat yang harus disimpan di kulkas, disimpan di suhu ruang, atau tempat sejuk yang tidak terkena sinar matahari. Salah menyimpan obat akan mengurangi khasiat obat tersebut karena komposisinya menjadi rusak.

 

Ada obat yang harus habis, misalnya antibiotik. Tidak boleh menyimpan sisa antibiotik. Obat yang boleh disimpan misalnya penurun demam, dan obat batuk, yang bisa digunakan lagi saat dibutuhkan asalkan perhatikan suhu dan tempat penyimpanannya.

 

4. Buang

Membuang sisa obat yang sudah tidak terpakai tidak boleh sembarangan termasuk membuang kemasaannya. Buanglah sisa obat dan kemasannya dengan aman agar tidak membahayakan orang lain.

 

Baca juga: 8 Kesalahan yang Sering Dilakukan saat Menyimpan Obat

 

Obat Generik Sama Efektif dengan Obat paten

Di era JKN, pelayanan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh BPJS, termasuk biaya obat. Dr. Nurifansyah, Asisten Deputi Bidang Pembiayaan Manfaat Kesehatan Primer BPJS menjelaskan, saat ini jumlah peserta BPJS yang telah terdaftar mencapai 230 juta otang.

 

Salah satu permasalahan mendasar adalah bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat untuk bisa mengakses pelayanan kesehatan, termasuk pembiayaan obat. “Obat termasuk proporsi yang cukup besar dalam pelayanan JKN. Sekitar 30-40% peserta yang membutuhkan pelayanan kesehatan, pulang membawa obat,” jelasnya. 

 

Apalagi saat ini jumlah peserta BPJS yang menderita penyakit katastropik meningkat tajam, terutama hipertensi dan diabetes. Mereka ini membutuhkan obat seumur hidup. Dua penyakit ini menyerap 30% pembiayaan BPJS Kesehatan.

 

“Dari 230 peserta JKN, 11 juta merupakan penderita hipertensi, dan 9 juta penderita diabetes melitus (DM). Dua penyakit ini merupakan nenek moyang utama penyakit katastropik di Indonesia, yang membutuhkan biaya pengobatan yang mahal bila sudah terjadi komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal,” jelas dr. Nurifansyah.

 

Untungnya ada obat generik yang jauh lebih murah. Menurut dr. Ifan, obat yang dicover BPJS dan ada Formularium Nasional, sekitar 60% obat generik, dan 40% obat paten. Masyarakat tidak perlu khawatir menggunakan obat genetik karena kualitasnya sama dengan obat paten.

 

Mulia Lie, Presidan Direktur PT Hexpharm Jaya menjelaskan, obat generik dibuat dengan CPOB (Cara pembuatan obat yang baik). “Harga obat generik yang murah akan mengurangi pembiayaan yang harus ditanggung oleh BPJS Kesehatan, sehingga tidak terlalu berat. Terutama untuk penyakit degeneratif yang membutuhkan pengobatan seumur hidup,” jelasnya.

 

Geng Sehat, meski harga obat generik murah, tapi tidak murahan. Efikasinya tetap terjaga, setara dengan obat paten. Jangan ragu meminta obat generik ke apoteker atau dokter! Apoteker memang tidak bisa mengganti resep dokter namun ia bisa menanyakan langsung ke dokter jika pasien meminta. 

 

Baca juga: Mitos Obat Generik Berlogo: Tidak Seampuh dan Seaman Obat Paten