Hamil dan aktivitas seksual, sering jadi dua hal yang saling bertentangan. Pasalnya, ditakutkan aktivitas bercinta bisa membahayakan kehamilan, seperti membuat air ketuban pecah.

 

Jangan Percaya, Ketuban Tak Akan Pecah Karena Bercinta

Saat proses persalinan dimulai, ketuban akan pecah karena kepala bayi menekan kantung ketuban. Ibu hamil akan menyadari proses ini dengan melihat semburan cairan bening atau kuning pucat, atau merasakan tetesan air yang keluar dari vagina yang terjadi secara terus-menerus.

 

Jika hal ini terjadi, para dokter kandungan umumnya akan menyarankan agar proses melahirkan dilakukan dalam waktu 12-24 jam setelah ketuban pecah. Jika lebih dari itu, dokter akan merekomendasikan operasi caesar untuk memastikan keamanan ibu dan bayi.

 

Kenapa terburu-buru? Ini karena bakteri lebih mudah masuk ke dalam rahim setelah ketuban pecah. Tentu saja, akan meningkatkan risiko infeksi dan menjadi komplikasi, sehingga membuat ibu dan bayi terancam berisiko. Mungkin juga membuat kelahiran lebih sulit.

 

Karena begitu serius dampaknya, wajar saja jika mendengar kata “ketuban pecah” menjadi mengerikan untuk semua ibu hamil. Karena membayangkan kantung ketuban seperti balon diisi air, maka aktivitas fisik seperti bercinta pun dihindari sebagai bentuk kehati-hatian.

 

Tapi, tunggu dulu. Siapa nih, yang bilang kalau bercinta berbahaya dan akan menyebabkan ketuban pecah? Karena nyatanya, tak ada bukti medis yang menunjukkan hasil tersebut, lho.

 

Berhubungan seks selama kehamilan aman, sehat dan tidak akan menyakiti bayi. Pasalnya, penetrasi penis tidak dapat menembus vagina, sehingga tidak akan mencapai bayi. Menurut sebuah penelitian, sebagian besar wanita memiliki vagina yang panjangnya sekitar 9,6 sentimeter. Vagina pun akan meregang menjadi lebih panjang selama hubungan seksual. Namun, penis tidak akan bisa masuk ke leher rahim, sedalam apa pun penetrasinya. Artinya, penetrasi tidak akan bisa mencapai kantung ketuban, apalagi bayi yang berada di dalamnya.

 

Bayi pun terjamin keamanannya selama Mums dan Dads bercinta, karena selain dilindungi oleh kantung ketuban, juga oleh otot rahim yang kuat. Selain itu, ada sumbat lendir (mucus plug) yang tebal dan menutup serviks untuk membantu melindungi dari infeksi. Maka bisa dibilang, secara umum kondisi bayi “tersegel” dengan baik. Walau kantung ketuban sangat halus dan tipis, tetapi sangat kuat untuk menjaga bayi tetap baik dan nyaman.

 

Untuk memastikan hal ini, sebuah studi juga sudah dilakukan. Hasilnya, tidak ada posisi atau aktivitas seksual yang berhubungan secara signifikan dengan ketuban pecah dini.

 

 

 

 Baca juga: Stop Pijat Hidung Bayi, Tak Akan Bikin Mancung!

 

 

Catat, Jangan Bercinta di Kondisi Ini

Di balik kabar baik, tentu ada kondisi yang perlu diperhatikan ya, Mums. Pada kehamilan berisiko tinggi, bercinta seringkali dilarang demi keselamatan ibu dan bayi. 

 

Kehamilan berisiko tinggi umumnya merupakan akibat dari kondisi medis yang ada sebelum kehamilan. Dalam kasus lain, kondisi medis yang berkembang selama kehamilan pada Mums atau bayi, dapat menyebabkan kehamilan menjadi berisiko tinggi.

 

Faktor-faktor spesifik yang bisa menyebabkan kehamilan berisiko tinggi antara lain:

 

  • Usia ibu

 

Risiko kehamilan lebih tinggi untuk ibu yang berusia lebih dari 35 tahun.

 

 

  • Masalah kesehatan ibu

 

Tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes, epilepsi, penyakit tiroid, gangguan jantung atau darah, asma yang tidak terkontrol, dan infeksi dapat meningkatkan risiko kehamilan.

 

 

  • Komplikasi kehamilan

 

Berbagai komplikasi yang berkembang selama kehamilan dapat menimbulkan risiko. Contohnya: Posisi plasenta yang tidak biasa, serta pertumbuhan janin terhambat.

 

 

 

 Baca juga: 6 Tanda Anak Sayang Sama Ibunya

 

 

 

  • Kehamilan kembar

 

Risiko kehamilan lebih tinggi jika mengandung lebih dari satu janin.

 

 

  • Riwayat kehamilan

 

Riwayat gangguan hipertensi terkait kehamilan seperti preeklampsia, meningkatkan risiko diagnosis kehamilan berisiko tinggi pada kehamilan berikutnya. Selain itu, jika melahirkan secara prematur pada kehamilan terakhir atau pernah mengalami beberapa kelahiran prematur, maka Mums berisiko lebih tinggi untuk melahirkan lebih awal pada kehamilan berikutnya. 

 

 

  • Pilihan gaya hidup

 

Merokok, serta minum alkohol dapat membahayakan kehamilan.

 

Kuncinya, melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) secara berkala dengan dokter kandungan, akan menjadi rutinitas yang sangat menguntungkan untuk Mums dan bayi. Jadi, aktivitas bercinta pun dapat dilakukan tanpa rasa takut atau khawatir. (IS)

 

 

 

Baca juga: Anak-anak Alami Ereksi, Nyatanya Wajar Banget!

 

 

 

Referensi:

NCBI. Amniotic Sac

Planned Parenthood. Penetration

Mayo Clinic. High Risk Pregnancy