“Jangan makan telur banyak-banyak, nanti kolesterol naik!” Mungkin Geng Sehat pernah mendengar ini, baik dari keluarga maupun teman. Apalagi kalau Kamu memang sangat suka dengan makanan ini. Mau itu telur dadar, telur ceplok (mata sapi), hingga telur rebus.

 

Namun, benarkah telur menyebabkan penyakit jantung? Bila selama ini kita tenang-tenang saja mengonsumsi telur barang sebutir per hari, sepertinya sekarang sudah harus waspada, nih. Masalahnya, terdapat penelitian yang mengatakan bahwa konsumsi telur erat kaitannya dengan kenaikan kolesterol dan penyakit kardiovaskular. Waduh!

 

Kolesterol pada Kuning Telur

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Northwestern Feinberg School of Medicine di Chicago, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa orang dewasa yang makan telur lebih banyak berisiko semakin besar menderita kenaikan kolesterol dan penyakit kardiovaskular. Mereka juga lebih berisiko meninggal.

 

Menurut Norrina Allen, profesor kedokteran pengobatan untuk pencegahan penyakit di universitas tersebut, orang yang mengonsumsi kolesterol lebih rendah juga lebih kecil kemungkinannya terserang penyakit jantung.

 

Baca juga: Bolehkah Penderita Diabetes Makan Telur?

 

Sebenarnya, mengonsumsi telur masih termasuk aman selama tidak berlebihan. Malah, putih telur yang kaya akan protein sering dikonsumsi oleh para atlet. Yang mengandung banyak kolesterol adalah kuning telur. Gurih dan bagian yang lebih enak, sayangnya berbahaya bagi kesehatan. Sebutir besar telur saja mengandung 186 mg kolesterol pada bagian kuningnya.

 

Manfaat Sarapan Telur - GueSehat.com

 

Panduan Makan Telur Tahun 2015

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit jantung adalah penyebab kematian utama di Amerika Serikat. Hal inilah yang juga memicu perdebatan mengenai batas aman mengonsumsi telur ayam, terutama untuk menghindari penyakit jantung dan kematian dini. Sebelumnya pada 2015, rekomendasi makan telur yang aman di Amerika Serikat adalah jangan sampai melebihi 300 mg per hari, yang berarti sebutir telur besar saja.

 

Baca juga: Viral, Foto Telur di Instagram Kalahkan Rekor Like Kylie Jenner!

 

Kandungan Lengkap Telur Ayam

Dengan penelitian di atas, jangan lantas langsung menolak makan telur sama sekali ya, Gengs! Telur ayam memiliki kandungan nutrisi yang menyehatkan, seperti:

  • Lutein dan zeaxanthin yang bagus untuk kesehatan mata.
  • Kolin yang baik untuk kesehatan otak dan saraf.
  • Vitamin A, B, dan D.

 

Sebutir besar telur juga mengandung 6 gr protein dan 72 kalori. Klaim bahwa makan telur sebutir sehari itu aman berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Universitas Harvard selama beberapa puluh tahun. Hasilnya? Tidak ada bukti konkret bahwa makan telur menyebabkan kenaikan kolesterol dan penyakit jantung.

 

Baca juga: Cara Mengatasi Alergi Telur pada si Kecil

 

Waspada Menu Lain yang Dimakan Bersama Telur

Jika telur bukan penyebab langsung kenaikan kolesterol maupun penyakit jantung, jadi apa dong penyebabnya? Lihat dulu menu lain yang biasanya dimakan bersama telur. Mentega, keju, dan daging olahan, seperti bacon dan sosis, kaya akan lemak jenuh.

 

Apalagi bila makan telur dengan menu lain yang karbohidratnya tinggi, seperti roti (dalam roti lapis isi telur dan daging), kentang goreng, dan nasi putih. Makanya, jangan heran kalau masalah kolesterol tinggi dan jantung kerap mengintai. Padahal, bukan telur yang menjadi biang keladi.

 

Panduan Makan Telur yang Aman

Hmm, jadi seperti apa panduan makan telur yang aman? Menurut Anthony Komaroff, MD., dari Harvard University, sebaiknya makanlah telur sekitar 2 hingga 3 butir per minggu. Selain itu, hindari mengombinasikan telur dengan menu lain yang tinggi karbohidrat dan lemak jenuh. Sebaiknya, campurkan telur dengan sayuran segar. (AS)

 

Baca juga: Jangan Mudah Percaya, Isu Telur Palsu yang Beredar Ternyata Hoax!

 

 

Sumber

Harvard Health Publishing: Are eggs risky for heart health?

Medical News Today: Higher cholesterol, egg consumption linked to heart disease

Science Daily: Higher egg and cholesterol consumption hikes heart disease and early death risk