Pernahkah Mums melihat anak demam berkepanjangan disertai kulit tangan terkelupas dan lidah penuh bintik merah seperti stroberi? Berhati-hatilah jika Mums menemukan tanda-tanda seperti ini. Biasanya, ciri-ciri tersebut merupakan gejala penyakit kawasaki.

 

Demam tak biasa ini pertama kali ditemukan oleh seorang dokter anak bernama serupa, Kawasaki Tomisaku, pada 1967. Ini merupakan penyakit langka yang dikenal sebagai sindrom mucocutaneous lymph node atau sindrom Kawasaki.

 

Dilansir dari www.ncbi.nlm.nih.gov, penderita kawasaki di Jepang pada 2012 mencapai 15.442 pria dan 11.249 perempuan. Meskipun berawal dari daratan Asia, penyakit kawasaki juga menyebar ke penjuru dunia. Umumnya, penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dengan rentang usia 0-4 tahun. Namun, tak jarang orang dewasa pun bisa terjangkit kawasaki.

 

Sebagaimana dilaporkan oleh Kawasaki Disease Foundation (KDF), penyakit langka ini memengaruhi lebih dari 4.200 anak di Amerika Serikat setiap tahunnya. Menurut sebuah ulasan yang diterbitkan dalam American Family Physician pada 1999, kawasaki merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung pada anak-anak di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya.

 

Di Indonesia sendiri, setiap tahun sedikitnya ada 3.300 sampai 6.600 kasus kawasaki. Namun karena masih minimnya tenaga medis dan masyarakat yang mengetahui gejala penyakit ini, menyebabkan sering terjadi kesalahan dan keterlambatan diagnosis.

 

Ciri-cirinya yang cenderung mengelabui mata, membuat kawasaki sering didiagnosis sebagai campak, alergi obat, infeksi virus, atau penyakit gondong. Yuk, kenali dengan baik detail tentang kawasaki agar tidak salah kaprah saat mengobatinya.

Baca juga: Penyakit Varisela pada Anak dan Pencegahannya

 

Bagaimana Gejalanya?

Kawasaki merupakan demam akut yang menyebabkan vaskulitis sistemik (peradangan) pada pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Gejalanya mirip demam, tapi muncul dalam 3 tahap yang berbeda, yaitu:

 

Fase pertama

  • Demam yang sering kali di atas 39°C serta berlangsung lebih dari 3 hari.
  • Mata memerah (konjungtivis).
  • Ruam berwarna kemerahan muncul di sekujur punggung, dada, tangan, dan kaki.
  • Bibir memerah dan bengkak.
  • Kulit bibir kering dan terkelupas (pecah-pecah).
  • Lidah bengkak. Permukaan lidah dipenuhi oleh bintik merah (lidah stroberi).
  • Telapak tangan dan kaki membengkak.
  • Terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening.
  • Pasien cenderung lebih pemarah daripada biasanya.

 

Fase kedua

Pada fase kedua, penyakit ini menunjukkan perubahan gejala, antara lain:

  • Kulit tangan dan kaki mengelupas, terutama ujung jari tangan dan kaki.
  • Nyeri sendi.
  • Sakit perut.
  • Pembesaran kantong empedu.
  • Terkadang terjadi gangguan pendengaran sementara.

 

Fase ketiga

Pada fase ketiga, tanda dan gejala dari penyakit ini berangsur menghilang, kecuali jika terjadi komplikasi.

 

Apa Penyebabnya?

Penyebab penyakit kawasaki masih belum diketahui secara pasti. Faktor genetik dan lingkungan merupakan 2 penyebab yang paling sering menjadi hasil spekulasi para peneliti penyakit ini. Ada sejumlah teori yang menghubungkan penyakit ini dengan bakteri, virus, atau faktor lingkungan lainnya.

 

Kesimpulan ini mungkin disebabkan oleh riset yang menunjukkan bahwa kawasaki rentan terjadi selama musim-musim tertentu dan cenderung memengaruhi anak-anak keturunan Asia. Meskipun belum ada yang tahu secara pasti penyebabnya, para ilmuwan memastikan bahwa penyakit ini tidak menular melalui kontak fisik.

Baca juga: Konjungtivis, Penyebab Mata Merah

 

Siapa Saja yang Berisiko Terkena Penyakit Ini?

Semua orang dari berbagai etnis berisiko terkena kawasaki. Anak-anak di bawah usia 5 tahun paling rentan terkena penyakit ini. Namun pada beberapa kasus, ada juga pasien yang baru terdiagnosis penyakit ini setelah dewasa.

 

Apa Saja Komplikasi yang Bisa Terjadi?

Sekitar 25 persen anak-anak yang terpapar kawasaki biasanya mengalami masalah jantung yang serius, menurut ulasan yang diterbitkan dalam American Family Physician. Hal ini serupa dengan informasi dari medspace.com, yang menyebutkan bahwa kawasaki yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Bila tidak ditangani dengan baik, risiko serangan jantung ini akan mengakibatkan dampak serius, antara lain:

  • Radang otot jantung (miokarditis).
  • Ritme jantung abnormal (disritmia).
  • Melemah dan menonjolnya dinding arteri (aneurisma).
Baca juga: Seluk Beluk Aneurisma Aorta, Penyakit Pakar Kuliner Bondan Winarno

 

Bagaimana Cara Mengobatinya?

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah segera bawa pasien ke rumah sakit. Pasien harus lekas mendapatkan pengobatan, untuk mencegah kerusakan pada arteri dan jantung. Umumnya, penderita kawasaki diberikan aspirin dosis tinggi untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit.

 

Selain itu, terapi immunoglobulin intravena juga wajib diberikan dalam dosis tinggi selama 12 jam, dalam waktu 10 hari. Tujuannya, agar kebutuhan protein dan kekebalan tubuh pasien tetap tercukupi. Pemberian aspirin dosis rendah mungkin tetap diperlukan selama 6-8 minggu setelah demam hilang, untuk mencegah terjadinya pembekuan darah.

 

Normalnya, seluruh perawatan ini sangat efektif bagi kesembuhan penderita kawasaki. Namun bagi pasien kawasaki yang mengalami komplikasi, dosis pemberian aspirin harus ditambah. Pasien kemungkinan perlu mengencerkan darah, menjalani prosedur seperti angioplasty koroner, stenting arteri koroner, atau bypass arteri koroner.

 

Anak-anak yang mengalami masalah arteri koroner akibat kawasaki harus menghindari gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Beberapa contohnya ialah obesitas, kolesterol tinggi, dan merokok.

 

Dapatkah Penyakit Ini Dicegah?

Sayangnya, hingga saat ini belum ada upaya pencegahan yang dapat ditempuh. Melalui program seperti Kawasaki Disease Research Program di SanDiego, para pakar dari Jepang dan Amerika Serikat bekerja sama untuk memahami lebih lanjut mengenai langkah pencegahan terhadap penyakit misterius ini.

 

Bagaimana Proses Perawatan Jangka Panjang untuk Penderita?

Diagnosis dan pengobatan yang tepat sejak awal biasanya akan memberikan pemulihan yang maksimal dalam waktu beberapa minggu. Tidak perlu khawatir, sebab catatan medis menunjukkan hanya sekitar 1 persen dari pasien kawasaki  di Amerika Serikat yang meninggal akibat komplikasi. Ke depannya, anak-anak dengan riwayat penyakit ini harus mengikuti ekokardiogram setiap 1 atau 2 tahun, untuk memonitor masalah jantung .

 

Meskipun penyakit ini termasuk langka dan berbahaya, Mums tidak perlu khawatir. Gejala kawasaki jarang muncul kembali untuk periode waktu yang lama. Menurut penelitian di Jepang, hanya sekitar 4,3 persen dari survivor kawasaki yang melaporkan pernah mengalami kambuh dan terdiagnosis penyakit ini lagi. Amati selalu ciri-ciri sakit yang dialami si Kecil saat ia terkena demam berkelanjutan. Jika suatu ketika muncul tanda-tanda seperti gejala kawasaki, segera hubungi dokter. (TA/AS)