“Jess, setelah ini mau ambil spesialis apa?”

 

“Hmm, minat sih mau mendalami kesehatan anak. Kamu gimana?”

 

“Anak menarik ya, Cuma kadang aku kurang suka sih.” Rekan saya terdiam sebentar. “Pengennya sih ambil kedokteran jiwa. Tapi, masih mikir-mikir lagi deh.

 

“Kenapa?” tanyaku yang mulai tertarik dengan alasannya.

 

“Yah, tau sendiri di negara kita, kejiwaan masih hal yang tabu.”

 

Aku berpikir sejenak. “Iya juga sih, di sini orang yang berkonsultasi ke psikolog atau psikiater cenderung dicap gila.”

 

True. Padahal banyak banget penyakit kejiwaan yang ringan. Dan terapi bisa mencegah beberapa keadaan tersebut menjadi lebih parah.”

 

“Iya, stigma di Indonesia tentang berobat ke dokter jiwa masih negatif. Padahal insomnia, depresi ringan, kecemasan, dan serangan panik merupakan kompetensi mereka,” kataku sambil menghitung jari.

 

“Aku sangat tertarik sih untuk mendalaminya. Yang lebih penting tuh ya, beberapa orang yang sakit jiwa enggak tau kalau mereka sakit. Itu yang paling kasihan.”

Baca juga: Mengenal Depresi dan Pikiran Bunuh Diri pada Remaja

 

Bagaimana menurut kalian mengenai dialog singkat di atas?

Sebagai seseorang yang bekerja di tenaga medis, harus saya akui bahwa stigma negatif tentang masalah kejiwaan itu masih ada. Jangankan skizofrenia (penyakit yang sering mendapat sebutan gila), beberapa orang dengan gangguan ringan saja langsung menghindar jika disarankan untuk berkonsultasi ke dokter jiwa. Padahal, dokter jiwa memiliki kunci untuk menangani permasalahan itu, lho.

 

Saya sendiri beberapa kali mengalami insomnia. Insomnia yang saya alami cukuplah mengganggu kegiatan sehari-hari saya. Seringkali mood dan emosi saya terganggu, karena kurang tidur. Sampai suatu hari saya mengobrol dengan senior saya yang merupakan spesialis kedokteran jiwa.

Baca juga: 7 Penyebab Insomnia yang Jarang Disadari

 

Beliau menyarankan saya beberapa cara dan memberikan beberapa obat-obatan. Jika saya sudah tidak bisa tidur lagi dalam beberapa hari, obat-obatan tersebut baru boleh dikonsumsi. Namun, yang ingin saya garis bawahi di sini adalah bukan terapi yang dianjurkan, namun proses konsultasi yang berjalan dengan sangat menyenangkan.

 

Beliau mencari tahu beberapa penyebab yang mungkin menjadi pencetus dari insomnia saya dengan cara yang tidak disadari. Namun setelah sesi konsultasi tersebut, saya menjadi lebih baik. Ternyata, terapi juga bisa dilakukan secara psikologis.

 

Serangan panik, kecemasan yang tinggi, depresi, dan bipolar (orang yang mengalami depresi dan manik atau kesenangan yang berlebih secara bergantian) merupakan keadaan yang dipayungi oleh para dokter spesialis jiwa. Saat mereka depresi dan sedih, mereka terkadang tidak sadar bahwa mereka sedang dalam keadaan sedih yang mendalam.

 

Jika mereka mengalami bipolar, mereka mungkin tidak akan sadar bahwa sedang mengalami masa euforia tersebut. Akibatnya, mereka dapat menghamburkan uang sesuka hati mereka. Seperti dialog saya di atas, kejiwaan merupakan hal yang sulit diatasi, karena mereka sendiri sering kali tidak menyadari kalau mereka sakit.

 

Apa yang bisa kita lakukan?

Mari secara pelan-pelan kita ubah pandangan kita. Lepaskan stigma negatif dari berbagai keadaan masalah kejiwaan tersebut. Rangkul lah mereka. Siapa tahu dengan uluran tangan kita, nyawa orang-orang di sekitar kita bisa terselamatkan!

Baca juga: Orang Dengan Gangguan Jiwa Perlu Dirangkul dan Dibantu