Akhir-akhir ini, isu mengenai depresi dan pikiran bunuh diri sedang populer dibahas. Hal ini dimulai dengan rilisnya film seri 13 Reasons Why yang mengangkat tema depresi, bully, pemerkosaan, dan bunuh diri pada remaja hingga berita mengenai blue whale challenge, yaitu tantangan yang mendorong remaja untuk mengakhiri hidupnya. Berbagai hal tersebut diharapkan bisa meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental dan kondisi remaja yang membutuhkan pertolongan ketika depresi.

 

Baca Juga: Blue Whale Challenge, Tantangan Masa Kini yang Harus Diwaspadai Orang Tua

 

American Psychiatric Association (APA) mendefinisikan depresi sebagai penyakit mental serius yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan secara negatif. Depresi bisa menyerang siapapun, tetapi umum dialami oleh remaja hingga berusia pertengahan 20 tahun. Bukan hal yang sepele, depresi bisa juga memengaruhi fisik serta kondisi emosi penderitanya, serta mengurangi produktivitas dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

 

Kenali Gejala Depresi

Untungnya, depresi dapat disembuhkan dengan diagnosis dan penanganan yang tepat. Sebagai langkah awal, kenali beberapa gejala depresi berikut yang dilansir dari halaman resmi APA dan helpguide.org:

  • Merasa sedih atau memiliki suasana hati depresi.
  • Kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya disukai.
  • Perubahan selera makan, berdampak pada turunnya berat badan yang tidak berhubungan dengan diet.
  • Mengalami gangguan tidur atau tidur terlalu sering.
  • Kehilangan energi dan merasa lelah.
  • Melakukan aktivitas fisik yang tidak berguna (misalnya memeras tangan atau mondar-mandir), atau gerakan dan bicara yang lambat.
  • Merasa tidak berguna dan bersalah.
  • Kesulitan berpikir, berkonsentrasi, atau membuat keputusan.
  • Memikirkan kematian atau bunuh diri.

 

Selain gejala depresi, waspada juga terhadap tanda-tanda yang bsia mengindikasikan seseorang memiliki pemikiran untuk bunuh diri (suicidal thoughts) berikut:

  • Berbicara atau bercanda mengenai bunuh diri.
  • Mengatakan hal-hal pesimis seperti “lebih baik aku mati”, “sudah tidak ada jalan keluar lagi”, atau “aku harap aku bisa menghilang selamanya”.
  • Mengatakan hal-hal yang meromantisasi kematian, seperti “kalau aku mati, aku akan lebih dicintai oleh orang-orang”.
  • Membuat tulisan mengenaik kematian atau bunuh diri.
  • Terlibat dalam perilaku berbahaya yang mengakibatkan kecelakaan atau cedera.
  • Berpamitan pada keluarga dan teman seakan-akan ini kesempatan terakhir untuk bertemu.
  • Mencari cara untuk membunuh diri dengan membeli obat-obatan ataupun senjata.



Yang bisa Dilakukan Orang Tua

  • Mengajak anak untuk terbuka mengenai masalahnya. Cipatakan diskuis yang kondusif dan fokus pad amendengarkan cerita, bukan menceramahinya.
  • Akui perasaan mereka. Jangan menyepelekan setiap hal yang dirasakan oleh anak, walaupun memang mungkin terdengan tidak masuk akal. Agar anak merasa didukung, akui bahwa kesedihan mereka itu benar-benar terjadi.
  • Bantu anak terlibat dalam berbagai aktivitas, seperti olahraga, kelas musik, kelas seni, dan lain sebagainya.
  • Ajak anak menjadi relawan. Membantu sesama dapat meningkatkan self-esteem dan berfungsi sebagai anti-depresan. Dengan menjadi relawan, diharapkan anak bisa kembali merasa memiliki tujuan hidup.
  • Perhatikan pula kesehatan fisik anak. Siapkan makanan bergizi, batasi penggunaan gadget, atur waktu jam tidur yang sesuai, pastikan mereka mendapat tidur yang cukup, dan ajak anak untuk berolahraga.

 

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional

Dalam memilih pilihan pengobatan, ajak anak untuk terlibat dan memberi masukan agar anak bisa lebih kooperatif. Segera hubungi profesional ketika anak mulai menunjukkan tanda-tanda memiliki pikiran untuk bunuh diri atau mengalami gangguan perilaku dan fisik yang semakin parah. DI Indonesia sendiri, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia membuka layanan konseling melalui saluran telepon yang dibuka selama 24 jam di nomor 021-500-454. Layanan ini bisa menjadi tempat bercerita dan berbagi keluhan bagi siapapun yang membutuhkan.