Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan ditemukan data bahwa 1 dari 5 orang dewasa memiliki gangguan kecemasan. Sayangnya, masih ada yang belum menyadari jika dirinya mengalami gangguan kecemasan tersebut. Untuk itu, Kamu sebaiknya bisa mengetahui lebih jelas mengenai tanda-tanda gangguan kecemasan yang dialami seseorang.

 

Tidak sedikit orang yang mencoba untuk menutupi masalah ini dari orang terdekat dan kerabatnya. Meski gejalanya tidak terlalu terlihat jelas, penderita gangguan kecemasan akan sering merasa tertekan. Apalagi jika dirinya sedang dalam kondisi yang memojokkan mereka. Nah, jika dibayangkan mungkin Kamu akan merasa kasihan dan ingin berusaha membantu mereka menangani masalahnya. Tapi kenyataanya tidak semudah itu. Mereka sendiri pun masih merasa sulit untuk mengubah perasaan mereka. Bukan meringankan beban mereka, bantuanmu justru bisa menambah rasa cemas yang semakin berlebihan. Untuk itu, agar Kamu tahu apa yang mereka rasakan, berikut beberapa poin yang ingin disampaikan oleh para penderita gangguan kecemasan mengenai bagaimana perasaan mereka sebenarnya:

 

1. “Kami juga tidak suka untuk mengkhawatirkan segala sesuatu.”

Penderita gangguan kecemasan juga tidak mau terus-menerus merasa khawatir. Kecemasan yang mereka alami terjadi secara biologis karena bagian otak yang menyebabkan mereka merasa tidak aman dan nyaman. Mereka akan mempercayai apa yang mereka khawatirkan sebagai ancaman yang sebenarnya terjadi. Pada beberapa pasien mungkin gejala ini hanya terjadi saat situasi tertentu. Tetapi bagi kebanyakan penderita kecemasan, perasaan takut datang meskipun tanpa alasan yang jelas.

 

Walaupun sudah menghindari hal-hal yang menyebabkan stres atau perasaan tertekan, kecemasan tetap saja datang. Justru kecemasan yang bersifat antisipatif ini bisa meningkat dan terbangun dalam pikiran jika penderita mencoba menghindari. Beberapa gangguan kecemasan yang umum terjadi adalah kecemasan dalam kehidupan sehari-hari dan sosial yang seringkali dipicu dari interaksi dengan orang lain. Kecemasan juga dapat berasal dari lingkungan dan pengalaman pribadi.

 

 

2. “Kecemasan tidak hanya memengaruhi pikiran, tapi juga tubuh kami.”

Ketika seseorang mengalami gangguan kecemasan, seluruh tubuhnya akan mengalami respon yang sama. Otak akan menerjemahkan situasi tertentu sebagai ancaman dan mengirimkan sinyal tersebut kepada tubuh sehingga muncul reaksi tertentu. Reaksi yang mungkin muncul seperti jantung berdebar, sulit menelan dan bernapas, pusing, menggigil, berkeringat, dan gemetar.

 

3. “Kami sulit mengambil keputusan.”

Tak hanya tubuh yang terpengaruh, mereka yang mengalami keadaan ini akan merasa sering bimbang. Para penderita juga akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, meskipun hanya hal-hal kecil atau remeh.

 

4.  “Mungkin kami terlihat malas, tapi sebenarnya kami perfeksionis!”

Seringkali, penderita kecemasan dikaitkan dengan sifat pemalas dan lamban dalam mengerjakan sesuatu. Padahal, ketakutan telah menutupi sikap perfeksionis dan pekerja keras yang sebenarnya ada di dalam diri mereka. Mereka ingin melakukan yang terbaik, tapi otak dan tubuh mereka merangsang kecemasan dan ketakutan, sehingga dianggapnya sebagai ancaman.

 

5. “Kami merasa seperti orang yang gagal dan kadang (memang) gagal.”  

Susah melakukan sesuatu yang sebenarnya sederhana tidak hanya membuat penderita gangguan mental ini rendah diri atau tertutup, tetapi juga membuat mereka merasa seperti orang yang gagal. Pemikiran “aku bisa melakukannya” sangat jarang muncul di benak mereka. Walaupun sebenarnya mereka bisa dan mampu berhasil, tetap saja mereka merasa dekat dengan kegagalan, terlebih jika mereka benar mengalami kesalahan atau kegagalan.

 

6. “Kami bukan anti sosial.”

“Walaupun dikelilingi dengan perasaan cemas, bukan tidak mungkin kami pandai bergaul dan sering meluangkan waktu bersama orang lain”. Pernyataan tersebut adalah salah satu yang ingin ditegaskan oleh para pasien anxiety disorder. Beberapa mungkin memang memiliki masalah terhadap keramaian, tetapi banyak juga di antara mereka yang tidak menunjukkan sifat anti sosial.

 

7. “Kami menghargai kepedulian kalian.”

Dukungan dan sikap empati pada para penderita mungkin memang terlihat membantu mereka.

 

8. “…, tapi selalu membantu kami terkadang tidak benar-benar membantu.”

Tapi ada kalanya Kamu tidak perlu berpura-pura mencemaskan keadaan mereka. Kamu tetap dapat  pergi tanpa mereka atau memutuskan sesuatu tanpa mereka. Mungkin terdengar kejam, tetapi memperlakukan mereka seperti penderita kecemasan yang harus selalu didampingi dan ditunggu justru malah meningkatkan perasaan ketakutan dan ketidaknyamanan.

 

9. “Kami tidak selemah yang Kalian Bayangkan.”

Seseorang dengan penyakit kecemasan sebenarnya merupakan pribadi yang kuat karena mungkin terbiasa mendapatkan kritik dan selalu diliputi perasaan negatif. Mereka yang bertahan dengan penyakit ini sejak lahir tidak selemah yang dibayangkan. Mereka juga tidak mau berada dalam kondisi ini dan sebisa mungkin mencoba untuk mengubah diri.

 

10. “Bukan kewajiban Kalian untuk mengobati gangguanku ini.”

Walaupun penderita gangguan ini adalah teman atau keluarga Kamu, sebenarnya bukan menjadi keharusan bagimu untuk mengobati gangguan kesehatan mental ini. Mengapa? Karena jika Kamu terlalu mendorong pasien untuk sembuh dan berubah justru dapat memperbesar tekanan dan trauma yang dialami. Penderita juga akan merasa tidak nyaman karena bagi mereka Kamu tidak mengalami hal yang dirasakan mereka.

 

11. “Kami membutuhkan bantuan ahli kesehatan mental.”

Jadi, dari pada Kamu berusaha menyembuhkan mereka tetapi tidak berdampak, sebaiknya bawa mereka kepada ahli kesehatan mental atau pakar yang memang sudah terpercaya. Penanganan yang dilakukan secara profesional akan lebih menjamin kesembuhan mereka. Biasanya, terapi yang dilakukan berupa terapi tindakan dan kognitif atau kadang penderita juga diberikan obat tertentu.

 

12. “Kami terus berusaha.”

Secara umum, perawatan dan penanganan secara rutin pada penderita kecemasan harus dilakukan minimal selama 12 minggu atau 3 bulan. Banyak dari mereka yang telah mengalami perkembangan dengan cepat. Tetapi pada beberapa kasus, dibutuhkan waktu yang lebih banyak, sekadar untuk memberikan perubahan positif yang sederhana dari para penderita.

 

Setelah membaca pernyataan di atas, Kamu mungkin bisa semakin mengenal perasaan penderita kecemasan, bukan? Terimalah mereka dengan terbuka dan bantu mereka melewati masa-masa sulit dalam hidupnya. Mari bantu dengan cara yang tepat dan bukan menghakimi mereka.