Bertengkar sering diibaratkan sebagai bumbu pernikahan. Namun, bukan berarti bertengkar dijadikan kebiasaan, ya. Waspadalah dengan beberapa hal di bawah ini yang bisa memicu pertengkaran dan bisa menjadi ancaman hubungan.

 

 

Bertengkar itu Baik?

Konflik dalam setiap hubungan pasti tidak dapat dihindari. Pasalnya, tidak ada dua manusia yang memproses kehidupan dengan cara yang sama persis, dan setiap pribadi memiliki pola pikir serta respons emosional yang berbeda. Karena itulah, sangat wajar jika kemudian Mums dan Dads tidak sepakat tentang sesuatu, yang dengan cepat meningkat menjadi pertengkaran.

 

Alih-alih memandang berdebat sebagai hal yang buruk, para ahli justru sepakat bahwa pertengkaran pasangan sebenarnya bisa menyehatkan. Karena, menjadi kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang satu sama lain dan melatih bagaimana kedua pihak dapat bekerja sama sebagai sebuah tim. Hal ini dinamakan konflik konstruktif.

 

Di sisi lain, hati-hati jika pertengkaran Mums dan suami termasuk konflik destruktif, atau pertengkaran yang meliputi berteriak, melempar barang, atau hanya berfokus untuk menang ketimbang mencari solusi. Pada konflik semacam ini, dapat menggerogoti suatu hubungan hingga memburuk. Bukan tak mungkin, kedua orang yang tadinya saling mencinta perlahan tidak lagi bisa melihat sisi baik dari masing-masing pasangan, tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki, dan tidak berminat membicarakan hal-hal yang penting bagi hubungannya atau satu sama lain.

 

Itulah pentingnya untuk memetakan masalah, melihat setiap kejadian dari sudut pandang lain, dan keluar dari pikiran bahwa Mums atau Dads yang menjadi korban. Semua ini diperlukan agar pertengkaran tak memperuncing perbedaan, namun malah menyatukan. Tentu saja, sulit untuk melihatnya seperti itu ketika darah mendidih dan kepala dipenuhi oleh kemarahan. Oleh karena itu, tak masalah kok, jika masing-masing menjauhkan diri untuk mendinginkan kepala dan membahasnya kembali saat emosi sudah surut.

 

Baca juga: Puting Payudara Terasa Nyeri? Kenali 5 Penyebab Umumnya

 

Pemicu Pertengkaran dalam Rumah Tangga

Oke, sudah jelas bahwa tak ada pernikahan yang bisa selamat dari pertengkaran. Bahkan seringkali, kedua pihak yang terlibat di dalamnya seringkali tak paham mengapa pertengkaran bisa terjadi. Nah, menurut dr. Judith Wright dan Dr. Bob Wright, sepasang pakar hubungan dan  penulis buku Heart of the Fight, memaparkan bahwa setidaknya ada beberapa hal yang menjadi pemicu pertengkaran dalam pernikahan. Di antaranya adalah:

 

 

  • Melemparkan kesalahan kepada pasangan

Jika pertengkaran Mums dan Dads seringkali karena saling menyalahkan, hal ini umumnya didasari atas keinginan salah satu atau kedua pihak bahwa kebahagiaan pernikahan ada di pundak pasangan. Alih-alih saling menyalahkan, lebih baik cari tahu apa yang membuat sangat kesal, apa yang salah, dan bagaimana mengubahnya sekarang dan di masa depan.

 

 

  • Meributkan tugas rumah tangga

Semua pernikahan sudah pasti pernah bertengkar karena masalah kebiasaan, seperti meletakkan benda tidak di tempatnya, meninggalkan piring kotor di meja, atau kebiasaan buruk lainnya. Dan perlu diakui, keributan akibat masalah ini tidak hanya seputar itu, melainkan juga  menjadi cara untuk merebut kekuasaan dan mengontrol pasangan. Di samping itu, ada keperluan untuk merasa dihargai dan ingin mendapatkan bantuan dari pasangan dalam menyelesaikan tugas rumah. Untuk mengatasi agar hal ini tidak berulang terus-menerus, keterbukaan adalah satu-satunya cara. Sehingga tidak ada lagi pihak yang merasa tidak dihargai dan didominasi.

 

 

  • Keuangan

Uang memang segalanya di dunia ini, tapi segala urusan rumah tangga membutuhkan uang. Inilah kenapa perencanaan dan keterbukaan finansial menjadi pondasi penting dalam pernikahan. Masalah kerap kali muncul jika salah satu pihak memiliki kebiasaan boros, tidak terbuka dalam urusan utang, ataupun kekurangan uang. Untuk mencegah atau mengatasi masalah ini, suami-istri perlu memiliki visi dan misi yang sama tentang perencanaan keuangan.

 

Baca juga: Pengaruh Ukuran Areola saat Menyusui

 

 

 

 

  • Mengkritik pasangan

Seiring bertambahnya usia hubungan, kita akan lebih mudah untuk menunjuk kekurangan pasangan daripada kelebihannya. Tak ayal, rasanya ingin sekali untuk mengkritik kebiasaan-kebiasaannya yang mengganggu. Memberi masukan sebenarnya sah-sah saja. Namun, cobalah juga introspeksi ke diri sendiri. Apakah keinginan untuk mengkritik pasangan adalah murni agar ia menjadi lebih baik, atau berniat ingin menyerangnya karena ada sesuatu yang lebih besar mengganggu? Hal ini tak bisa diabaikan begitu saja dan perlu dicari tahu masalah sebenarnya.

 

 

  • Selalu dan tidak pernah

Apakah dalam setiap pertengkaran, sering terlontar kata “selalu” atau “tidak pernah”? Jika ya, yuk mulai ubah kebiasaan ini. Pasalnya, dua kata ini adalah bentuk lain untuk menyerang pasangan ketika salah satu pihak tidak mampu memenuhi kebutuhan pasangannya. Padahal perlu diketahui, sebuah masalah tidak akan terjadi dengan sendirinya. It takes two to tango. Tak adil jika menuntut pasangan untuk memenuhi kebutuhan kita, sementara di sisi lain bisa saja kita sendiri juga belum bisa melakukannya.




Walau ada begitu banyak hal yang bisa menjadi potensi pertengkaran, ingatlah satu kunci yang bisa dijadikan pegangan. Bertengkar berarti Mums dan Dads sedang memperjuangkan pernikahan yang sudah dibina. Jadi, jalani pertengkaran itu bukan untuk menyakiti orang yang kita cinta, tapi sebagai jalan untuk mencari titik temu. (IS)

 

Baca juga: Duh, Si Kecil Sering Tantrum Menjelang Tidur!

 

Referensi:

Good Housekeeping. Fights in Marriage

Oprah Daily. Fighting in Relationship