Walaupun sudah mengenal dan hidup bersama sekian lama, Mums dan suami tetaplah dua orang yang berbeda, sehingga terkadang menafsirkan situasi dengan cara yang tidak selalu sama. Di sinilah akan sangat mungkin terjadi konflik dan pertengkaran. Tapi ingat, pertengkaran tidak selamanya buruk lho, selama kedua pihak dapat menyelesaikannya dengan baik. Yuk tenangkan diri lalu ketahui cara yang perlu Mums lakukan setelah bertengkar dengan suami.

 

Pernikahan Belum Berakhir Jika Mums dan Dads Bertengkar

Cinta tak selamanya indah. Pernikahan tak selalu penuh dengan pelangi. Di saat datang masalah, konflik dapat pecah menjadi pertengkaran. Konflik dalam suatu hubungan adalah sebuah yang hal mutlak dan tidak dapat dihindari. Pasalnya, kita semua memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda. Maka dari itu, wajar saja jika perbedaan keinginan dan kebutuhan ini membuat kita tidak selalu sejalan dengan pasangan. Bahkan kesalahpahaman atas hal kecil dapat memicu perkelahian besar.

 

Namun pertengkaran nyatanya bukanlah hal yang benar-benar buruk. Walau harus melalui berbagai emosi negatif saat itu terjadi, pertengkaran memiliki beragam manfaat untuk kualitas hubungan Mums dan Dads. Beberapa di antaranya adalah:

  • Bertengkar adalah tanda bahwa Mums dan Dads masih peduli dengan pernikahan yang dijalani. Para ahli bahkan mengatakan bahwa pasangan yang bersedia melewati ketegangan perselisihan yang tidak nyaman dengan menggunakan komunikasi yang baik dan jelas, sebenarnya sedang menginvestasikan kesuksesan untuk hubungan mereka. 
  • Pertengkaran memperkuat hubungan Mums dan Dads. Pasalnya, kedua pasangan secara aktif berpartisipasi untuk menyelesaikan perselisihan, serta merasa nyaman karena mengetahui bahwa konflik dapat ditangani dengan matang dan hangat, tanpa mempertaruhkan masa depan hubungan. Dengan berhasil melewati pertengkaran, masing-masing pihak dapat dengan bebas mengungkapkan kekecewaan dan ketidakbahagiaan, tanpa meninggalkan ruang untuk waktu dan dendam. Pada akhirnya, ini dapat membantu memperkuat hubungan dan meningkatkan peluang untuk bertahan lama.
  • Lebih mengenal satu sama lain. Pertengkaran merupakan suatu proses mengeluarkan keluhan dan menawarkan klarifikasi kepada pasangan. Secara tidak langsung, Mums dan Dads belajar hal baru tentang satu sama lain.

 

Baca juga: 10 Manfaat Bercinta saat Hamil yang Belum Diketahui

 

 

7 Hal yang Penting Dilakukan Setelah Bertengkar dengan Suami

Sudah jelas, jika dilakukan dengan benar, pertengkaran bisa menjadi pengalaman belajar untuk membantu meningkatkan kualitas hubungan dan membawa hubungan menjadi lebih dekat. Nah, setelah pertengkaran berakhir dan emosi mereda, kini saatnya memulihkan kondisi dan kembali menjadi partner untuk pasangan.

 

Ada beberapa hal yang bisa Mums lakukan, seperti:

 

1. Menjauh sejenak

Mencoba menyelesaikan pertengkaran ketika Mums dan suami dalam kondisi terbebani secara emosional, sangat berisiko dan seringkali justru menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Itulah mengapa penting untuk menjauh sejenak dan punya waktu untuk menyendiri. Manfaatkan waktu ini untuk mengambil napas, menenangkan pikiran, dan mendinginkan emosi.

 

2. Ketika waktunya tepat, berbaikan

Setelah Mums dan Dads tenang, cobalah untuk tidak menyimpan perasaan marah dan sakit hati. Ini hanya akan membuat Mums lebih menderita dan berisiko membahayakan pernikahan, lho. Jadi, ketika waktunya tepat, pertimbangkan untuk meminta maaf. Perlu Mums ketahui, menjadi orang pertama yang meminta maaf tidak berarti Mums bertanggung jawab penuh atas pertengkaran tersebut. Sebaliknya, permintaan maaf berarti mengakui bahwa Mums telah terluka; namun masih peduli dan ada untuk Dads, dan ingin menyelesaikan pertengkaran itu. Tak harus frontal mengucapkan maaf, Mums juga bisa melakukannya dengan mencairkan ketegangan dan memulai percakapan dengan Dads.

 

3. Dengarkan sudut pandang pasangan dan akui setiap luka yang disebabkan dari pertengkaran

Ketika di tengah-tengah pertengkaran, kita akan berusaha keras untuk menyampaikan maksud kita sendiri, sehingga pada dasarnya melupakan sisi orang lain. Jika Mums dan Dads sudah berada di kondisi yang lebih rasional, sekaranglah waktunya untuk mendengarkan apa yang dirasakan masing-masing. Di sinilah Mums akan mendengarkan bahwa telah membuat pasangan kecewa atau sakit hati. Meskipun mungkin sulit untuk mendengar pasangan berbicara tentang peran Mums dalam sebuah argumen, sekarang bukan waktunya untuk membela diri. Dengarkan saja dulu tanpa perlu merespons. Ketahuilah, mendengarkan secara aktif juga merupakan  salah satu bentuk komunikasi yang sehat dan cara yang efektif untuk meningkatkan ikatan dengan pasangan, karena ia merasa didengar.

 

4. Ungkapkan perasaan Mums, namun tak perlu emosional

Setelah memberikan kesempatan kepada suami untuk mengungkapkan perasaannya, sekarang gilirannya untuk mengungkapkan perspektif Mums. Hindarilah berfokus pada kesalahan, karena momen ini adalah untuk mencari solusi. Hati-hati, momen ini bisa berisiko menjadi pertengkaran lanjutan jika tidak dilakukan dengan baik, lho. Hindarilah memulai pernyataan dengan "Kamu selalu" dan gunakan subjek “Saya”. Cara berbicara ini tidak terkesan menyalahkan yang dapat memicu reaksi defensif dan menimbulkan pertengkaran.

 

Baca juga: Parental Burnout, Masalah yang Suka Tidak Disadari Orang Tua

 

5. Ketika semuanya sudah benar-benar tenang, kembali ke akar masalahnya

Setelah Mums dan Dads sudah berada di keadaan yang lebih tenang, saatnya untuk kembali ke akar masalah. Cobalah untuk menggali apa yang sebenarnya terjadi yang membuat salah satu, atau Mums dan Dads, begitu marah.

 

Misalnya, jika ini adalah pertengkaran tentang hidangan, apakah itu benar-benar tentang hidangan? Atau apakah ini tentang kebencian mendasar yang Mums rasakan karena merasa memikul bagian pekerjaan rumah yang tidak proporsional? Mungkin lebih dalam lagi, hal ini mengingatkan Mums tentang dinamika hubungan orang tua yang Mums hadapi di masa kecil. Sangat penting untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mendasari masalah, karena ini dapat mencegah argumen yang sama meningkat lagi. Karena ini membutuhkan kemampuan untuk menggali, Mums dan Dads dapat mencapai solusi atau jalan tengah lebih cepat ketika kedua pihak sudah merasa rasional. Jadi pastikan melakukan tahap ini ketika keduanya memiliki waktu yang cukup dan tidak lagi marah.

 

6. Bekerja sama untuk menemukan solusi praktis

Setelah saling memberi ruang untuk melampiaskan keluhan serta keduanya merasa didengar dan dipahami, cobalah bekerja sama untuk menemukan solusi praktis. Misal, jika yang memicu pertengkaran adalah seputar pembagian tugas rumah tangga, cobalah untuk menyebutnya sebagai tugas tim, bukan tugas satu orang saja. Berkomunikasi dan bekerja sama dengan mentalitas tim, terbukti dapat melonggarkan cengkeraman rasa tidak aman yang dirasakan oleh salah satu pihak. Kemudian, dengan memutuskan hal ini berdasarkan perspektif dan persetujuan kedua pihak, maka keputusan dapat diterima dengan baik dan bukan disikapi dengan bertindak defensif. 

 

7. Jika terus memiliki argumen yang sama, atau kesulitan menemukan solusi, pertimbangkan konseling pasangan

Jika Mums dan Dads berjuang untuk menemukan solusi yang dapat diterima bersama, menghadapi masalah yang sama di lain waktu, atau merasa konflik baru muncul lebih cepat daripada yang dapat ditangani, mungkin ini saatnya mencari bantuan dari seseorang di luar hubungan, seperti konselor pernikahan.

 

Menemui konselor pernikahan dapat membantu lebih memahami pikiran, perasaan, dan kebutuhan satu sama lain. Kedua pihak juga akan mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi bagaimana pasangan merespons sesuatu dan bagaimana mengakhiri konflik dengan cara yang sehat. Dengan keahlian khusus yang dikuasai oleh tenaga profesional seperti konselor pernikahan, dapat memoderasi antara Mums dan Dads, sambil bersikap netral dan objektif untuk memberi masukan yang efektif kepada pasangan. Perlu diakui, memutuskan untuk menemui konselor pernikahan adalah keputusan yang besar dan perlu keberanian. Maka, tak perlu terburu-buru untuk menjatuhkan pilihan dan pastikan ini dilakukan atas kesepakatan berdua.

 

Menyembuhkan hubungan setelah pertengkaran memang bisa memakan waktu, ketekunan, dan kesabaran. Tapi kembali lagi, dengan berkomunikasi dan memecahkan masalah bersama, Mums dan Dad akan memahami satu sama lain dengan lebih baik, memperkuat hubungan pernikahan, dan menemukan solusi yang efektif untuk berdua. Tetap semangat ya, Mums! (IS)

 

Baca juga: Terungkap! Wanita Merasa Paling Bergairah di 3 Waktu Ini

 

Referensi

VeryWell. Why It's Good to Fight in a Relationship

Zencare. How to Heal Relationship after Fight