Mums, kita sering mendengar bahwa ibu yang bahagia akan membuat anak-anak dan keluarganya pun bahagia. Namun, sebagai manusia tidak mungkin akan bahagia selamanya. Sebagai seorang ibu, Mums pasti kadang mengalami stres, sedih, marah, bahkan putus asa. Emosi negatif ini wajar, namun jangan sampai berlarut-larut dan merusak hari-hari Mums, Dads, dan si Kecil. Bagaimana cara mengelola emosi buat para ibu?

 

Ada banyak sekali persoalan dalam hidup yang memicu emosi negatif. Misalnya, masalahan keuangan, sulitnya mendidik anak, hubungan dengan suami atau mertua, masalah dalam pekerjaan bagi ibu bekerja, semuanya menghadirkan gejala depresi dan kecemasan. Belum lagi untuk generasi sandwich, kerap ada juga kewajiban mengurus orang tua secara bersamaan.

 

Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani menjelaskan, semua jenis emosi ada manfaatnya dan boleh dialami secara wajar. “Stres dibutuhkan untuk membuat kita lebih bersemangat. Namun jika stres berlebihan, akan bisa merugikan anak, diri sendiri dan seluruh keluarga,” jelasnya dalam webinar bertema “Mengelola Emosi Positif Bunda dalam Pengasuhan si Kecil”. Acara ini diadakan oleh Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia melalui Sahabat Bunda Generasi Maju (SBGM dalam rangka memperingati Hari Ibu, 22 Desember 2021.

 

Baca juga: Apa Itu Midlife Crisis dan Bagaimana Tanda-Tandanya?

 

Apa itu Toxic Positivity?

Menurut Nina, kondisi tubuh atau fisik sangat berkaitan dengan kondisi psikis. Tubuh yang sehat didapatkan dari psikis yang juga sehat. Selain urusan rumah tangga, sumber stres dan emosi negatif seorang ibu juga bisa muncul dari tekanan diri sendiri atau faktor internal.

 

Faktor internal yang dimaksud adalah toxic positivity. Ini adalah suatu kondisi untuk selalu berpikir dan bersikap positif “Seorang ibu dituntut untuk terlihat sebagai sosok yang selalu bahagia dan memancarkan emosi positif. Sedangkan, Ibu yang berkeluh kesah karena kelelahan mengasuh anak kerap dipermalukan dan ini sangat mempengaruhi kondisi mental ibu,” jelas Nina.

 

Nah, jika Mums sudah terjebak pada toxic positivity, maka cara terbaik mengatasinya adalah kembali menguasai emosi diri sendiri. Mums harus belajar cara menenangkan diri. Berkeluh kesah dan terlihat lelah adalah normal, dan jika Mums membutuhkan bantuan dan dukungan, maka katakan saja. “Lakukan kebiasaan baik , jika masalah terus berlanjut maka konsultasikanlah kepada ahli,” ujar Nina lagi.

 

Sampai saat ini, kesadaran akan kesehatan mental seorang ibu masih minim. Menurut Nina, faktor lingkungan dan budaya turut mempengaruhi, sehingga ibu kerap kali mengabaikannya.

 

“Dukungan emosional dari lingkungan sekitar, khususnya keluarga di rumah, sangat diperlukan ibu untuk menghadapi masa pandemi, terlebih agar ibu tidak merasa sendirian dan tetap semangat untuk mengasuh si Kecil menjadi Anak Generasi Maju,” tambah Anna Surti Ariani.

 

Baca juga: Toxic Positivity, Bahaya Selalu Berpikir Positif

 

Head of Careline & Communities Danone SN Indonesia, Flora Pramasari menambahkan bahwa pengasuhan yang sehat agar anak dapat tumbuh menjadi generasi maju harus dimulai dari Ibu yang sehat juga secara mental.

 

"Melalui SBGM yang saat ini berjumlah lebih dari 60 orang, dengan latar belakang yang berasal dari Pendidikan Gizi, Kebidanan, Keperawatan dan Kesehatan, Danone selama tahun 2021 telah mendampingi lebih dari 200,000 orang tua di seluruh Indonesia dengan menjawab pertanyaan mereka mengenai nutrisi, produk dan tumbuh kembang si Kecil," jelasnya. 

 

Edukasi seputar kesehatan mental ibu juga merupakan salah satu upaya meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental seorang ibu yang memiliki peran besar dalam kehidupan seorang anak sejak di 1000 Hari Pertama Kehidupan dan berlanjut hingga anak dewasa dan bisa mandiri. 

 

Baca juga: Selama Pandemi, Buat Rutinitas Baru agar Anak Tidak Bosan dan Sedih