Mendengar begitu tingginya prevalensi penyakit diabetes, jantung, hingga obesitas, membuat hati ini miris, ya, Mums. Semua penyakit tersebut memang tidak menular, namun justru menyebabkan ketidakmampuan dan kematian yang tidak kalah besar. Angka kejadiannya terus meningkat setiap tahun. Ternyata, penyakit-penyakit itu bisa dimulai dari kondisi stunting atau kekurangan gizi kronis di awal kehidupan. Maka pemberian gizi yang optimal di 1000 Hari Pertama Kehidupan, penting untuk menciptakan anak sehat. 

 

Ya, kunci untuk menciptakan generasi penerus terbaik sangat erat kaitannya dengan kualitas gizi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) seorang anak. Fase ini bukanlah tahap yang bisa dilewatkan begitu saja, karena menjadi satu-satunya kesempatan menyiapkan anak yang sehat dan cerdas.

 

Stunting di awal kehidupan tidak hanya menyebabkan anak berperawakan pendek, namun juga perkembangan otaknya sangat tidak maksimal. Saat dewasa ia tidak bisa bersaing karena rata-rata kualitas IQ mereka lebih rendah. Dan ini tidak bisa diperbaiki lho, Mums!

 

Mengapa? Karena di 1000 HPK, terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat sampai si Kecil berusia 2 tahun. Setelah itu perkembangan otaklnya tidak akan secepat sebelumnya. Lalu, apa saja yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan 1000 Hari Pertama Kehidupan seorang anak? Baca terus hingga akhir ya, Mums.

 

1000 Hari Pertama Kehidupan, Jangan Sampai Lewat! 

Banyak yang berpendapat bahwa ukuran fisik, termasuk tubuh pendek, gemuk, dan beberapa penyakit tertentu, disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian timbul anggapan bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau mengubah kondisi tersebut.

 

Namun, berbagai bukti ilmiah dari banyak penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset gizi dan kesehatan terbaik di dunia, telah mengubah paradigma tersebut. Ternyata, tubuh pendek, gemuk, penyakit kronis, dan beberapa indikator kualitas hidup lainnya, ditentukan oleh kualitas tumbuh kembang anak di 1000 Hari Pertama Kehidupan. Dan itu dimulai dengan bagaimana status gizi ibu selama hamil hingga anak berusia 2 tahun.

 

Seribu Hari Pertama Kehidupan pertama kali dikonsepkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), dengan pembagian ke dalam 3 fase, yaitu:

  1. 270 hari kehamilan.
  2. 365 hari di tahun pertama kehidupan bayi.
  3. 265 hari di tahun kedua bayi.

 

Seribu Hari Pertama Kehidupan juga dikatakan sebagai periode sensitif, karena dampak yang ditimbulkan akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya. 

 

Hal ini bukanlah persoalan sepele, karena pada usia dewasa, kekurangan ini terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif, Akibatnya, produktivitas ekonomi pun rendah dan mengantarkan pada siklus kehidupan di bawah standar. Duh, sungguh bukan persoalan main-main, ya.

 

Baca juga: Perawatan Bayi Baru Lahir

 

Nutrisi, Gerbang Awal untuk Mengoptimalkan 1000 HPK 

Penelitian menunjukkan bahwa proses tumbuh kembang janin dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kesehatan ibu sewaktu remaja dan saat akan menjadi ibu. Dengan demikian, upaya untuk mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang janin sampai anak berusia 2 tahun, dimulai dari perbaikan status gizi pada ibu hamil, lalu dilanjutkan pada anak 0—24 bulan.

 

Ketika hamil, pertumbuhan otak seorang anak manusia sangat pesat. Bayangkan, tabung saraf sudah terbentuk sejak 16 hari konsepsi terjadi. Dan, otak sudah mencapai tahap sempurna menyerupai otak dewasa ketika usia kehamilan menginjak 7 bulan. Tak sampai di situ, menginjak usia 4 minggu kehamilan, otak janin diperkirakan memiliki 10.000 sel, dan saat dia usia kehamilan 24 minggu, telah memiliki 10 milyar sel otak. Mengagumkan, ya!

 

Tak hanya otak, perkembangan organ penting janin yang lain juga berlangsung, seperti jantung, hati, ginjal. Pertumbuhannya pun terus berjalan seiring dengan pertambahan berat dan panjang badannya. Semua proses ini nyatanya memang harus dimaksimalkan selama si Kecil dalam kandungan, karena pada saat si Kecil dilahirkan, sebagian besar perubahan akan menetap atau selesai, kecuali beberapa fungsi, seperti perkembangan otak dan imunitas yang masih akan terus berlanjut hingga usia 2 tahun.

 

Memaksimalkan pemberian nutrisi di periode emas, secara singkat dapat ditempuh melalui langkah berikut ini:

  • Mengonsumsi makanan beraneka ragam selama hamil dan menyusui. Setiap hari ibu hamil dan menyusui harus mengonsumsi 5 kelompok makanan, yaitu sumber karbohidrat (serealia seperti padi, jagung, gandum, pasta, dan kentang), protein hewani (daging/ayam/ikan), protein nabati (kacang-kacangan), produk susu dan turunannya (susu, keju, yoghurt, dan lain-lain), serta sayur dan buah.
  • Melakukan Inisiasi Menyusui Dini pada 30 menit-1 jam pertama setelah kelahiran bayi, lalu dilanjutkan dengan pemberian hanya ASI di 6 bulan pertama kehidupan bayi. 
  • Memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) secara bertahap pada usia 6 bulan dan tetap memberikan ASI. 
  • Menimbang berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala bayi secara rutin setiap bulan.

 

Baca juga: Informasi Penting tentang Menu MPASI 6 Bulan

 

Stimulasi, Mendukung Nutrisi 

Selain gizi yang optimal, stimulasi di usia dini juga tak bisa diremehkan. Pasalnya, otak si Kecil tak akan berkembang tanpa adanya rangsangan bahasa, sosial, emosional, sensorik, dan motorik dari orang tua dan lingkungan di sekitar si Kecil.

 

Struktur otak memang sudah terbentuk sejak si Kecil di dalam kandungan. Namun, fungsi otak sangat ditentukan dari bagaimana stimulasi yang diperolehnya sejak dini. Stimulasi berperan menumbuhkan serabut-serabut saraf antar sel-sel otak. Semakin rapat dan panjang serbut otak, anak semakin cerdas. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan si Kecil harus dilakukan sesuai tahapan usianya.

 

Dilansir oleh Science Daily, menurut ahli saraf yang juga merupakan profesor di Norwegian University of Science and Technology (NTNU), Audrey van der Meer, neuron dalam otak akan meningkat, baik jumlah maupun spesialisasinya, ketika bayi mempelajari keterampilan baru dan lebih banyak bergerak.

 

Jutaan neuron dalam otak dihubungkan oleh sinapsis atau serabut saraf yang berfungsi sebagai pengantar informasi antar sel-sel otak (neuron). Saat si Kecil beradaptasi dengan hal-hal di sekitarnya, saat itulah sinapsis baru di otak membawa pengetahuan baru. Bahkan, faktanya otak seorang bayi baru lahir mengembangkan 2-3 juta sinapsis per detik! Bisa dibayangkan kan Mums, betapa sayangnya melewatkan periode emas ini jika tidak diimbangi dengan pemberian stimulasi yang tepat?

 

Jika sinapsis tersebut dilatih, pengetahuan akan bertahan di otak bayi. Sebaliknya, jika tidak dilatih maka pengetahuan dapat menghilang. Bisa dikatakan, kecerdasan yang dimiliki anak bergantung pada bagaimana stimulasi yang didapat. Jika tidak mendapat stimulasi, tentunya perkembangan akan jadi lebih lambat.

 

Memproteksi dengan Imunisasi 

Pertumbuhan seorang anak tentu tak akan optimal apabila tidak didukung oleh tubuh yang sehat. Sementara, imunitas tubuh sebagai garda terdepan untuk menangkal bakteri dan virus penyebab penyakit, belum sepenuhnya lengkap saat anak masih bayi. Padahal, setiap hari sejak si Kecil dilahirkan, ia terpapar banyak sekali kuman yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya. Di sinilah pemberian imunisasi lengkap sangat dibutuhkan.

 

Sayangnya, masih saja ada anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi secara lengkap, bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sama sekali sejak lahir. Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan,  sejak 2014-2016 terhitung sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya. Inilah yang mendasari Kementerian Kesehatan mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. 

 

Imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan. Kenapa harus ada imunisasi lanjutan? Karena, imunisasi dasar saja tidak cukup untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.

 

Imunisasi rutin lengkap yang diwajibkan diberikan kepada bayi di 1000 Hari Pertama Kehidupannya adalah:

  • Hepatitis B. Diberikan pertama kali 12 jam setelah bayi lahir, atau pada bayi usia 0-7 hari. Dosis kedua pada saat anak berusia 1-2 bulan dan dosis selanjutnya saat berusia 6-18 bulan.
  • BCG untuk mencegah penyakit TBC, diberikan sekali sebelum bayi berusia 3 bulan.
  • Polio, diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi berusia 1-4 bulan.
  • DPT-HB diberikan saat bayi berusia 2,3, dan 4 bulan.
  • Campak diberikan saat anak berusia 9 bulan.

 

Baca juga: Bekali Kesehatan Anak dengan 3 Imunisasi Dasar Ini!

 

 

 

Sumber:

Unicef. The First 1000 Days of Life.

AAP News & Journals. Improving Nutrition in The First 1000 Days.