Kejujuran adalah kunci keberhasilan sebuah hubungan. Nasihat ini memang terdengar klasik, tapi tak pernah lekang dimakan waktu. Namun, kita juga perlu melihat sesuatu dari sisi yang lain. Apa benar bersikap jujur berarti memberi tahu semua hal kepada pasangan? Yuk, ulik lebih dalam di sini.

 

Punya Rahasia Berarti Tidak Jujur?

Setiap orang jelas memiliki kekuatan dan kelemahan. Tetapi satu kelemahan yang tidak semestinya ada dalam hubungan pernikahan adalah kecenderungan untuk tidak jujur kepada pasangan. Bahkan untuk hal-hal kecil, ketidakjujuran bisa merusak pernikahan.

 

Namun, ada satu fakta yang menarik. Menyimpan rahasia dalam suatu hubungan nyatanya sangat umum terjadi, lho. Sebuah studi dari Universitas Columbia mengungkapkan, bahwa masing-masing orang menyembunyikan rata-rata 13 rahasia dari pasangannya. Kenapa ya, begitu? Menurut penelitian, ketika terikat dalam sebuah hubungan, alasan pertama dan terpenting mengapa menyimpan rahasia, terutama bagi wanita, adalah keengganan untuk menyakiti pasangannya atau merusak hubungan. Bagi yang sudah menikah, menjaga rahasia memungkinkan mereka untuk menghindari ketidaksetujuan pasangan mereka. Rasa malu adalah pendorong lain untuk menyimpan rahasia, karena individu dalam sebuah hubungan romantis merasa bahwa apa yang ia lakukan tidak hanya akan membuat pasangannya tidak setuju, tetapi juga kehilangan kepercayaan.

 

Ya, kejujuran memang bisa menjadi pedang bermata dua dalam pernikahan. Namun, nyatanya bersikap jujur bukan berarti Mums harus selalu berbagi setiap pikiran, mimpi, ketakutan, atau fantasi, lho. Setiap individu sejatinya boleh dan wajar memilah apa yang ingin dibagikan dan apa yang tidak perlu. Dari sinilah ada dua hal yang terlihat sama namun sebenarnya berbeda, yaitu rahasia dan privasi. 

 

Baca juga: Suami Positif Covid-19 dan Isolasi di Rumah? Ini yang Harus Mums Lakukan

 

Rahasia vs Privasi

Seorang pakar hubungan bernama Bruce Muzik, memberikan definisi jelas untuk membedakan antara rahasia dan privasi. Rahasia adalah informasi yang disembunyikan dengan sengaja. Rahasia disembunyikan karena cenderung dimotivasi oleh dua perasaan, yaitu malu dan takut. Malu karena merasa tidak enak dengan apa yang telah dilakukan, dan takut karena jika rahasia tersebut diungkapkan dapat mengakibatkan hilangnya cinta, rasa hormat, atau kesetiaan pasangan.

 

Selain itu, suatu fakta menjadi sebuah rahasia apabila tahu pasangan akan marah jika ia mengetahui bahwa pasangannya menyembunyikan suatu hal tertentu. Sudah jelas ya, bahwa keberadaan rahasia menjadi “racun” untuk pernikahan, karena cepat atau lambat akan menjadi bom waktu yang bisa memunculkan pertengkaran, sakit hati, dan rusaknya kepercayaan.

 

Beberapa rahasia yang dapat merusak pernikahan umumnya adalah:

  • Perselingkuhan.
  • Masalah pekerjaan.
  • Menyembunyikan kecanduan atau kebiasaan penggunaan zat terlarang.
  • Terjerat masalah hukum.
  • Meminjam atau meminjamkan uang.
  • Berbohong tentang bagaimana menggunakan uang.
  • Tidak membayar tagihan/tanggung jawab finansial lain.
  • Tidak memberitahu bahwa menderita suatu penyakit.
  • Menemui keluarga dan teman secara diam-diam.

 

Lalu bagaimana dengan privasi? Privasi adalah ruang pribadi untuk diri sendiri. Privasi adalah sesuatu hal yang tidak teramati atau keinginan untuk bisa memiliki pengalaman hidup tanpa pengawasan orang lain. Privasi adalah tentang memiliki kehidupan yang tidak ingin dibagikan dengan orang lain. Privasi adalah kebutuhan untuk menyendiri, sehingga bisa terhubung dengan diri sendiri. 

 

Dengan definisi seperti itu, privasi disimpan untuk diri sendiri bukan dengan maksud untuk menyembunyikan, namun menjadi hak asasi. Privasi bisa digambarkan seperti memperbolehkan masing-masing pihak untuk memiliki me-time, tidak mengecek ponsel pasangan secara diam-diam, serta tidak mengorek masa lalu pasangan yang sudah lama berlalu dan tidak ada kaitannya dengan pernikahan. Privasi bahkan juga bisa terlihat dari keputusan istri untuk tidak mau memberitahu berapa berat badannya kepada suami, karena alasan tidak percaya diri, tidak nyaman, atau lainnya. 

 

Berbeda dengan rahasia, baik suami atau istri justru sangat wajar dan sehat jika saling memiliki privasi. Pasalnya tanpa kehidupan pribadi, seseorang tidak bisa benar-benar mengenal dirinya sendiri. Apalagi dalam pernikahan di saat Mums dan Dads berbagi kehidupan, tempat tinggal, anak, serta banyak hal lainnya, privasi dapat terus-menerus terancam. Jika masing-masing pihak tidak menjaga dan menghormatinya, sangat mungkin akan merasa kehilangan dengan identitas diri sendiri. Dalam hubungan yang sehat, masing-masing pihak akan menaruh kepercayaan dan rasa hormat, serta menyadari kesakralan privasi, sehingga menghormatinya tanpa ingin mengganggu. 

 

Bukan hal yang sepele, ketika seseorang kehilangan identitas dan rasa dirinya setelah menikah, ia hanya akan menilai dirinya berdasarkan peran yang harus dijalankan. Ia akan merasa bahwa “hanya seorang” suami atau istri, ibu atau ayah, pencari nafkah atau ibu rumah tangga, dan lain-lain. 

 

Selanjutnya, kehilangan diri sendiri dalam suatu hubungan ini dapat menciptakan kecemasan, kebencian, dan bahkan perasaan putus asa, yang dapat menimbulkan keinginan untuk memberontak atau mengekspresikan diri secara berlebihan atau ekstrem, hingga dapat mengancam pernikahan. Bahkan dapat menyebabkan seseorang mencari rasa harga diri dari orang lain. Mengerikan ya, efeknya!


Baca juga: 7 Hal yang Penting Dilakukan Setelah Bertengkar dengan Suami

 

 

 

Tips Menjaga Privasi dalam Pernikahan

Baik Mums dan Dads tentu tak menginginkan hal di atas terjadi. Nah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memiliki dan menjaga privasi serta menjalin hubungan yang sehat dengan pasangan tanpa kehilangan diri sendiri, antara lain:

  • Berhentilah mengandalkan pasangan untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan satu sama lain.
  • Habiskan waktu secara terpisah, sehingga baik Mums maupun Dads memiliki hal-hal unik dan menarik untuk dibagikan satu sama lain.
  • Pertahankan teman yang dikenal sebelum menikah, sambil berkenalan dengan lingkungan baru, baik dengan status sebagai istri/suami, maupun sebagai individu.
  • Pastikan kompromi yang dibuat dalam pernikahan tidak berat sebelah.
  • Selama itu positif, tak perlu meninggalkan hobi yang Mums dan Dads suka hanya karena pasangan tidak ingin berpartisipasi di dalamnya.
  • Tetap fokus pada tujuan bersama dan tujuan pribadi.
  • Belajarlah untuk bahagia dengan atau tanpa pasangan. Ingat, kebahagiaan bukanlah pemberian orang lain, tapi kita sendiri yang menciptakannya.

 

Ketika menikah, dua orang memang melebur menjadi satu. Tapi, tetap perlu mempertahankan nilai yang menjadi hak milik diri sendiri, yaitu privasi. Ingat, memiliki kehidupan pribadi yang sehat adalah awal dari bagaimana menjalin hubungan pernikahan yang sehat. (IS)

 

Baca juga: Terungkap! Wanita Merasa Paling Bergairah di 3 Waktu Ini

 

Referensi:

VeryWell. Secrets in Marriage

Psychology Today. Maintaining Privacy

Rewire. Privacy vs Secrecacy

Love at First Sight. Privacy

Mmediations. Identity in Marriage