Kehidupan pernikahan bahagia terus? Rasanya enggak mungkin, ya. Bahkan pada situasi tertentu, Mums atau Dads merasa sulit untuk meminta maaf kepada satu sama lain. Kenapa ya, begitu? Tulisan berikut ini mungkin bisa menjadi pencerahan.

 

Kenapa Sulit Banget Minta Maaf?

Ketika tak sengaja membentak si Kecil atau tidak menepati janji kepadanya, Mums atau Dads pastinya merasa sangat bersalah dan segera meminta maaf kepada si Kecil. Bahkan untuk kejadian kecil seperti ketika anak jatuh, pulang dari kantor terlambat, atau saat ia sakit, Mums tak merasa sulit untuk meminta maaf kepada anak.

 

Tapi, coba bandingkan ketika bertengkar dengan pasangan. Rasa kesal, marah, penat, dan gengsi membuat sangat berat untuk meminta maaf kepada satu sama lain. Salahkah hal ini?

 

Permintaan maaf jelas merupakan langkah penting untuk memperbaiki hubungan interpersonal. Tetapi nyatanya juga normal lho, jika memiliki perasaan yang rumit tentang hal tersebut. Pasalnya, beberapa dari kita dipaksa untuk meminta maaf di masa kecil ketika berbuat salah, tanpa paham benar apa makna di balik tindakan tersebut. Pada akhirnya, kita bisa saja tumbuh menjadi pribadi yang merasa asing dengan konsep meminta maaf yang benar.

Tak hanya itu, para ahli menyimpulkan ada beberapa alasan lain mengapa kita atau pasangan sangat berat untuk meminta maaf saat terjadi konflik. Mau tahu? Berikut beberapa di antaranya:

 

Meminta maaf dipandang sebagai kelemahan

Sayangnya, ini adalah persepsi umum namun sangat tidak sehat tentang konsep dan praktik meminta maaf. Karena pandangan inilah, seseorang akan mencoba untuk menghindari praktik ini sama sekali. Padahal, seseorang yang bisa meminta maaf dan bersungguh-sungguh, telah menunjukkan kekuatannya untuk mengalahkan ego.

  

Memiliki sikap perfeksionisme

Jika Mums ataupun suami sulit hingga hampir tidak pernah pernah meminta maaf, bisa didasarkan atas memiliki kecenderungan perfeksionisme. Artinya, sifat ini menjadikan seseorang menjadi sangat keras dan kritis pada diri sendiri, sehingga hanya menyisakan sedikit ruang secara emosional untuk meminta maaf kepada orang lain.

 

Memiliki harga diri (self esteem) yang buruk

Aspek mendasar dari permintaan maaf adalah menjadi rentan dan mengakui fakta bahwa telah melakukan kesalahan. Untuk melakukan ini, seseorang harus bersedia merendahkan hati, bahkan menurunkan harga dirinya. Nah, jika Mums atau pasangan selalu menolak untuk meminta maaf, itu bisa menjadi pertanda bahwa memiliki harga diri yang buruk, lho.

 

Merasa malu

Alasan ini sangat terkait dengan bagaimana pola asuh di masa kecil. Apa yang diajarkan, dialami, dilihat, dan ditanamkan oleh keluarga, membentuk persepsi bahwa meminta maaf sebagai tanda kelemahan dan harga diri yang buruk. Kombinasi ketiga hal ini, kemudian menghasilkan rasa malu yang sangat dalam untuk berinisiatif meminta maaf kepada pasangan.

 

Baca juga: Merasa Kesepian Setelah Menjadi Ibu? Mums Tidak Sendirian

 

Takut ditolak

Terkadang rasa takut akan penolakan membuat permintaan maaf begitu sulit untuk diucapkan. Bayangan bahwa pasangan akan bersikap dingin dan tidak memaafkan, membuat seseorang sulit bahkan tak tahu bagaimana caranya meminta maaf.

 

Menyangkal bahwa telah berbuat salah

Beberapa orang berpikir bahwa jika tidak mengakui kesalahan, maka itu seperti tidak melakukan kesalahan sama sekali. Jika tidak ada pengakuan kesalahan, maka tidak perlu bertanggung jawab. Dengan pemikiran seperti ini, akhirnya beberapa orang lebih memilih untuk tetap dalam penyangkalan. Andai saja semudah itu! 

 

Melihat semua hal hanya “hitam” atau putih”

Ada pula beberapa orang yang memiliki pandangan sempit dan menilai sesuatu berdasarkan hitam atau putih. Pemikiran itu pun membuat seseorang menganggap bahwa meminta maaf seperti menjadi "pecundang" dan orang yang menerima permintaan maaf adalah "pemenang".

 

Baca juga: Tips agar Tak Terpancing Emosi saat Anak Tak Mau Menurut

 

Apa yang Bisa Dilakukan?

Jika salah satu atau beberapa faktor di atas menjadi penyebab mengapa Mums atau Dads sulit meminta maaf, haruskah diam saja? Tentu tidak, dong. Karena, justru bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja akibat terlalu lama dipendam dan menggunung. Pastinya tak mau dong, mengorbankan pernikahan ini hanya karena satu kesalahan kecil yang sebenarnya bisa diubah secara perlahan.

 

Nah, ada beberapa hal yang bisa Mums usahakan agar diberi kelapangan hati untuk meminta maaf. Yaitu:

 

Beri diri waktu untuk menenangkan diri

 Lalu, dekati kembali pasangan saat sudah merasa tenang. Lebih baik memisahkan diri sejenak, daripada memaksakan terus berdua namun hanya saling “bertabrakan” dan menyakiti.

 

 Pahami bahwa bukan hanya kita yang terluka

 Seringkali, ketika kita merasa terluka, kita sangat ingin merasa dimengerti. Kali ini, cobalah untuk melihat sesuatu dari sudut pandang pasangan agar bisa berempati.

 

Cari inti masalahnya

 Perasaan terluka biasanya lebih dalam dari sekadar reaksi. Misal, Mums marah dengan suami karena terlambat menjemput. Padahal, bisa saja itu hanya masalah di permukaan. Sebenarnya, Mums marah dan bereaksi keras karena merasa bahwa bukan prioritas suami, atau suami sering bersikap cuek. 


Untuk itu, jangan hanya memfokuskan pada permintaan maaf atas masalah yang menjadi pertengkaran. Namun, gali dan selidiki lebih dalam untuk bisa menyelesaikan masalahnya secara tuntas. Inilah perbedaan sebenarnya antara permintaan maaf yang hanya basa basi dan permintaan maaf yang bijaksana untuk menyelesaikan suatu masalah.

 

Semua langkah di atas memanglah sulit. Namun kembali lagi, apakah Mums ingin terus-menerus menjadi pribadi yang keras hati dan mengorbankan sesuatu yang lebih besar, yaitu rumah tangga? Hanya Mums dan Dads yang punya bisa menjawabnya. (IS)

 

Baca juga: Sebel sama Suami? Jangan Diperlihatkan ke Anak ya, Mums

 

 

Referensi:

Marriage. Refuse to Apologize

Today. Hard to Say Sorry

Bustle. How to Apologize