Post-traumatic stress disorder atau PTSD adalah gangguan stres pada seseorang setelah mengalami kejadian trauma yang berat. PTSD adalah penyakit yang bisa terjadi pada siapa saja.

 

Kejadian trauma berat yang dimaksud biasanya menyebabkan seseorang merasa takut, terkejut, dan putus asa berat. Gangguan mental ini bisa menyebabkan efek jangka panjang, termasuk gangguan tidur, dan gangguan kecemasan.

 

Contoh kejadian traumatis yang bisa menyebabkan PTSD adalah perang, pemerkosaan, kebakaran, kecelakaan, kematian orang terdekat, atau kekerasan. Memori dan pikiran terkait kejadian tersebut terus terjadi, meskipun kejadiannya sudah lewat. 

 

Menurut penelitian, PTSD memengaruhi sekitar 7 - 8 persen populasi. Jenis kelamin yang lebih banyak terkena PTSD adalah wanita. Setelah melewati kejadian traumatis, penderita PTSD malah menjadi semakin khawatir dan ketakutan. PTSD bisa mengganggu kehidupan penderitanya selama bertahun-tahun.

 

Namun, gangguan mental ini bisa disembuhkan. Untuk tahu lebih jauh tentang PTSD, simak penjelasan berikut ini!

 

Baca juga: Merasa Khawatir atau Cemas, Ya? Ini Cara Membedakannya!

 

Gejala dan Diagnosis PTSD 

Gejala PTSD biasanya dialami dalam kurun waktu yang lama. Dapat berlangsung satu bulan hingga tahunan setelah paparan awal dan dapat muncul kembali ketika ada sesuatu yang mengingatkan penderitanya akan kejadian traumatik di masa lalu.

 

Kriteria diagnosis PTSD menurut American Psychological Association's (APA) Diagnostic and Statistical Manual Fifth Edition (DSM-5) adalah:

  1. Pernah mengalami kecelakaan atau pernah terancam mati, mengalami cedera atau kekerasan seksual, baik secara langsung atau pernah menyaksikannya.
  2. Mengalami gejala di bawah ini selama lebih dari satu bulan:
  • Mengalami gejala intrusi (contohnya seperti mimpi buruk, kilas balik, sensasi bahwa kejadian traumatisnya sedang terulang lagi, pikiran ketakutan).
  • Mengalami gejala penghindaran (contohnya seperti tidak mau membicarakan tentang kejadian traumatisnya, menghindari situasi yang mengingatkannya tentang kejadian tersebut).
  • Dua atau lebih dari gejala yang memengaruhi mood dan pemikiran (contohnya seperti ketidakmampuan untuk mengingat beberapa aspek dari kejadian traumatisnya, merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, merasa menjauh dari orang terdekat, mengalami penurunan motivasi hidup, sulit berkonsentrasi, serta masalah mental seperti depresi, fobia, dan kekhawatiran).
  • Dua atau lebih gejala gairah dan reaktivitas (contohnya seperti sulit tidur, sensitif dan suka marah, sangat sensitif terhadap situasi berbahaya, merasa tegang dan khawatir).

 

 

PTSD Bisa Menimbulkan Gejala Fisik

PTSD adalah penyakit mental yang juga memiliki gejala fisik, seperti:

  • Efek pada fisik, seperti berkeringat, menggigil, sakit kepala, pusing, masalah perut, nyeri dan rasa sakit, serta nyeri dada.
  • Sistem imun yang menurun, sehingga menyebabkan infeksi yang lebih sering.
  • Gangguan tidur yang menyebabkan kelelahan dan masalah kesehatan lainnya.

 

Kemungkinan PTSD akan mengubah perilaku penderitanya sehingga memengaruhi hubungannya dengan rekan kerja, pasangan atau orang lain yang berinteraksi dengannya.

 

Gejala PTSD pada Anak-anak dan Remaja

PTSD adalah penyakit yang bisa menyerang semua umur. Pada anak-anak berusia 6 tahun atau kurang, gejalanya seperti:

  • Ngompol meskipun sudah bisa menggunakan toilet sendiri.
  • Ketidakmampuan untuk berbicara.
  • Memerankan kejadian traumatisnya saat ia bermain.
  • Menjadi manja kepada orang dewasa.

 

Pada anak berusia 5 - 12 tahun, mungkin tidak akan mengalami kilas balik dan bahkan ia sulit mengingat kembali kejadian traumatis tersebut secara jelas. Namun, anak-anak bisa mengingat kejadiannya secara terpisah-pisah. 

 

Anak yang mengalami PTSD juga bisa mengalami mimpi buruk dan sensitif. Hal tersebut bisa mengganggu aktivitasnya di sekolah dan bermain bersama teman. Sementara itu,  untuk anak berusia 8 tahun ke atas, mereka cenderung memiliki reaksi yang serupa dengan orang dewasa.

 

Untuk remaja berusia 12 - 18 tahun, mereka kemungkinan akan menunjukkan perilaku memberontak atau tidak sopan, serta impulsif dan agresif. Anak-anak yang pernah mengalami kekerasan seksual lebih cenderung memiliki gejala-gejala ini:

 

  • Merasa ketakutan, sedih, khawatir, dan terisolasi.
  • Memiliki penghargaan atau penilaian diri yang rendah.
  • Berperilaku agresif.
  • Menunjukkan perilaku seksual yang tidak biasa.
  • Melukai diri sendiri.
  • Menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan alkohol.

 

Skrining dan Diagnosis PTSD

PTSD adalah penyakit yang juga membutuhkan skrining serta diagnosis. Sebagai bagian dari diagnosis, penderita kemungkinan disarankan melakukan tes skrining. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan skrining bisa beragam, mulai dari 15 menit hingga beberapa jam. Kalau gejalanya hilang setelah beberapa minggu, maka diagnosisnya mungkin gangguan stres akut.

 

PTSD adalah penyakit yang cenderung bertahan lebih lama. Gejalanya bisa lebih parah dan kemungkinan tidak akan muncul hingga beberapa saat setelah kejadian traumatis tersebut.

 

Faktor Risiko PTSD

Masih belum jelas kenapa beberapa orang bisa terkena PTSD, sementara sebagian orang lainnya tidak. Namun, beberapa faktor risiko bisa menyebabkan penyakit tersebut, seperti:

  • Memiliki masalah tambahan setelah kejadian yang traumatis, misalnya kehilangan pekerjaan setelah kehilangan orang terdekat.
  • Kekurangan dukungan sosial setelah mengalami kejadian traumatis.
  • Memiliki riwayat masalah kesehatan mental.
  • Memiliki riwayat mengalami kekerasan, misalnya di masa kecil.
  • Memiliki kesehatan fisik yang menurun setelah kejadian traumatis. 

 

Beberapa faktor fisik dan genetik juga berperan dalam meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan kecemasan, depresi, dan PTSD.

Struktur otak: scan otak telah menunjukkan bahwa hipokampus terlihat berbeda pada orang yang memiliki PTSD. Hipokampus adalah bagian otak yang berperan dalam proses pembentukan emosi dan memori.

Respon terhadap stres: kadar hormon yang biasanya diproduksi pada situasi fight-or-flight terlihat berbeda pada penderita PTSD.

Jenis kelamin: menurut penelitian, meskipun pria lebih cenderung mengalami kekerasan, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi terkena PTSD.

 

Baca juga: Pernah Menangis Tanpa Sebab? Ternyata Ini Alasannya!

 

Cara Menurunkan Risiko PTSD

PTSD adalah penyakit yang bisa risikonya bisa dikurangi. Ilmuwan mencari beberapa faktor yang bisa menyembuhkan atau menghindari PTSD, yaitu:

  • Mendapatkan dukungan dari orang lain.
  • Memiliki strategi untuk mengatasi masalah mental.
  • Memiliki kemampuan untuk optimis dan senang ketika menghadapi kesulitan.

 

Kapan Harus ke Dokter?

PTSD adalah penyakit yang tentunya harus diperiksa oleh dokter. Pasalnya, banyak orang yang mengalami gejala-gejala setelah mengalami kejadian traumatis, seperti menangis, kekhawatiran, dan sulit berkonsentrasi. Namun, gejala tersebut bukan berarti PTSD.

 

Hubungi dokter jika Kamu mengalami hal ini:

  • Gejalanya tidak kunjung menghilang selama lebih dari satu bulan.
  • Gejalanya cukup parah hingga mengganggu kemampuan penderitanya untuk kembali menjalani hidup normal.
  • Mengalami pikiran melukai diri sendiri.

 

Pengobatan PTSD

Pengobatan untuk PTSD biasanya mencakup psikoterapi, konseling, obat oral, atau kombinasi. Psikoterapi adalah pilihan yang baik untuk mengatasi trauma. Psikoterapi mencakup:

  • Cognitive Behavioural Therapy (CBT)
  • Exposure therapy

 

Sementara itu untuk obat-obatan, biasanya dokter memberikan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti paroksetin. SSRI baik untuk mengatasi depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Ketiganya adalah termasuk gejala PTSD.

 

Terkadang, dokter memberikan benzodiazepin untuk mengatasi gejala sensitif, insomnia, dan kecemasan. Akan tetapi, penggunaan obat ini harus dalam pengawasan dokter.

 

Tips Menolong Diri Sendiri Jika Mengalami PTSD

Mengatasi masalahnya secara aktif adalah bagian penting dari proses penyembuhan. Hal ini memberikan kesempatan kepada penderitanya untuk menerima dampak dari kejadian traumatis yang dialami, dan melakukan hal untuk meningkatkan kondisinya.

 

Hal-hal yang bisa dilakukan adalah:

  • Belajar tentang PTSD dan memahami respon negatif terhadap kejadian traumatis itu normal, serta membutuhkan waktu untuk penyembuhan.
  • Menerima bahwa sembuh bukan berarti melukapan apa yang sudah terjadi, namun semakin tidak terganggu akibat gejalanya dan memiliki kepercayaan diri dalam kemampuan diri untuk mengatasi pikiran negatif.
  • Menghabiskan waktu bersama orang lain yang tahu tentang kejadian traumatis tersebut.
  • Memberi tahu orang lain tentang apa yang bisa memicu gejalanya.
  • Melakukan olahraga fisik, seperti berenang, berjalan kaki, atau yoga.
  • Melakukan relaksasi, seperti teknik meditasi.
  • Menerima bahwa PTSD bukan pertanda kelemahan dan bisa terjadi pada siapa saja. (UH)

 

Baca juga: Fobia Unik Para Selebriti, dari Alpukat Hingga Sendok!

 

 

Sumber:

The National Institute of Mental Health. Post-Traumatic Stress Disorder.

NHS. PTSD in children.

The Royal College of Psychiatrists & The British Psychological Society. Children and young people with PTSD.

Medical News Today. PTSD: What you need to know.