Teknologi kedokteran berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk teknologi di bidang pembedahan tulang belakang. Dijelaskan oleh dokter spesialis bedah saraf dari Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta, dr. Heri Aminuddin, Sp.BS (K)., tulang belakang memiliki struktur yang kokoh sebagai  pelindung saraf.

 

Bisa dikatakan, tulang belakang adalah rumah dari sistem saraf tubuh manusia, yang kemudian bercabang-cabang ke seluruh bagian tubuh. Uniknya, meskipun kokoh, tulang belakang itu sangat fleksibel sehingga kita bisa bergerak.

 

“Karena proses penuaan, cedera, atau penyakit, maka tulang belakang dapat mengalami pelemahan atau kerusakan,” jelas dr. Heri.  Efeknya tidak hanya nyeri tetapi menyebabkan pergerakan sehari-hari menjadi terganggu, tergantung berat ringannya masalah pada tulang belakang.

 

Ketika seseorang mengalami gangguan pada tulang belakang, maka yang terbayang adalah tindakan bedah atau operasi. Misalnya pada kasus saraf kejepit. Umumnya, orang menghindari operasi di tulang belakang karena takut efek terburuknya menjadi lumpuh. Pasalnya, saraf-saraf besar terdapat di tulang belakang.

 

Baca juga: Ini Fakta Seputar Nyeri Tulang Belakang!
 

Namun, pemikiran tersebut ternyata keliru! Menurut dr. Heri, saat ini operasi pada tulang belakang sangat aman, bahkan keberhasilannya mencapai 90%. “Dulu mungkin benar bahwa efek samping operasi pada tulang belakang jika gagal dapat menyebabkan lumpuh. Namun, itu 40 tahun yang lalu. Saat ini, teknologi kedokteran sudah menemukan alat-alat canggih dengan pencitraan (imaging) yang bisa melihat jelas area yang dioperasi, sehingga kemungkinan gagal sangat kecil,” jelasnya.

 

Ditambahkan oleh dr. Wawan Mulyawan, SpBS., tingkat keberhasilan operasi tulang belakang untuk berbagai masalah yang mencapai 90% adalah terkait berkurangnya nyeri dan kepuasan pasien. “Bukan berarti yang 10% gagal sama sekali, hanya mungkin tingkat kepuasan dan berkurangnya nyeri tidak terlalu signifikan. Bahkan angka kelumpuhan sesudah operasi tulang belakang itu jauh di bawah 1%,” tegas dokter dari RSU Bunda ini.

 

Baca juga: Trigeminal Neuralgia, Nyeri Wajah yang Menyiksa!

 

 Inilah Penyebab Tulang Keropos - Guesehat

 

Apa saja sih teknologi terbaru untuk mengatasi berbagai gangguan pada tulang belakang? Inilah beberapa di antaranya, seperti dijelaskan oleh para dokter spesialis bedah saraf dari Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta, pada Jumat, 2 November 2018:

 

Penanganan Low Back Pain dengan Teknik Intervensi Nyeri

Tahukan Kamu bahwa salah satu masalah kesehatan yang paling banyak dialami di seluruh dunia adalah sakit punggung bawah atau low back pain. Menurut dr. Wawan, keluhan ini hanya kalah dari sakit kepala. Delapan puluh persen orang dewasa akan mengalami sakit punggung minimal sekali seumur hidup.

 

Apakah nyeri punggung merupakan tanda adanya masalah serius pada tulang belakang? Belum tentu. “Sembilan puluh persen nyeri punggung akan membaik dalam waktu 6 minggu, 5% akan membaik dalam 3 bulan, dan hanya 5% yang perlu pengobatan intensif,” jelas dr. Wawan.

 

Kamu hanya waspada jika nyeri punggung menjalar sampai ke kaki atau bagian tubuh lain.  Atau jika sakit punggung menimbulkan nyeri seperti ditusuk, ditekan, rasa panas, rasa pegal, kesemutan, rasa tebal, atau diikuti kelemahan motorik pada tangan dan kaki.

 

Intervensi pada nyeri punggung tidak harus dioperasi, kok! Jika diberikan obat-obatan pereda nyeri tidak membaik, masih ada satu tindakan lagi sebelum operasi, yaitu terapi intervensi nyeri. Ini adalah tindakan non-bedah, yang tujuannya memblokir saraf nyeri agar tidak dapat menghantarkan sinyal nyeri dari otak. Tindakannya singkat dan pasien langsung bisa pulang.  

 

Baca juga: Terapi Alami untuk Nyeri Punggung Bawah
 

“Menambal” Tulang yang Mengalami Osteoporosis

Osteoporosis atau pengeroposan tulang bisa juga menimpa tulang belakang. Gejalanya biasanya postur tubuh yang makin lama makin bungkuk. Dokter Ibnu Benhadi, SpBS(K)., menjelaskan, kini ada teknologi kyphoplasty dan vertebroplasty. Ini merupakan teknologi bedah minimal invasif, untuk mengatasi fraktur tulang belakang akibat osteoporosis.

 

Caranya, bahan khusus seperti semen disuntik ke tulang belakang yang mengalami fraktur. Sebelum penyuntikan bahan “semen” ini, balon khusus dimasukkan dan dikembangkan pada tulang yang mengalami fraktur atau retak, menggunakan bantuan X-ray menuju lokasi yang akan ditambal.

 

Tujuan tindakan ini adalah mengembalikan tinggi dan bentuk tulang belakang, sehingga mengurangi deformitas dan meningkatkan stabilitas tulang belakang. Tindakan bedah minimal ini umumnya membutuhkan waktu hanya sekitar 30-60 menit.

 

Baca juga: Inilah Penyebab Tulang Cepat Keropos

 

Tindakan Endoskopi untuk Degenerasi Bantalan Sendi Tulang Belakang

Bantalan sendi tulang belakang atau spinal disk layaknya sistem suspensi kendaran bermotor, yakni berfungsi sebagai peredam kejut antar vertebra. Namun seiring proses penuaan atau dikarenakan faktor lain, bantalan sendi dapat mengalami kerusakan.

 

Dijelaskan oleh dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS., gejalanya berupa nyeri tajam yang terus-menerus terjadi di punggung dan leher. Namun tergantung bantalan sendi yang rusak, nyeri bisa juga dirasakan di daerah pinggang, pantat, paha bagian atas, hingga telapak kaki.

 

Jika obat-obatan tidak membantu, dapat dilakukan tindakan endoskopi disektomi. Ini merupakan tindakan bedah minimal invasif pada tulang belakang, untuk mengatasi masalah herniasi (saraf kejepit) di bantalan sendi. “Endoskopi memiliki banyak keuntungan, misalnya sayatan sangat minimal hanya 7 mm, sehingga proses penyembuhan lebih cepat dan angka keberhasilan mencapai 90%,” jelas dr. Mahdian.

 

Nah, Kamu tidak perlu ragu jika mengalami gajala-gejala nyeri yang timbul akibat terdapat masalah pada tulang belakang. Teknologi dan keahlian dokter saraf saat ini sudah sangat baik dan Kamu tidak perlu berlama-lama dirawat di rumah sakit. (AY/AS)

 

Baca juga: Yang Harus Kamu Ketahui tentang Nyeri Lutut